saranginews.com, BUKITTINGGI – Kementerian Agama (Kemenag) memberikan pelatihan bagi pimpinan masjid, ustadz, dan Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) untuk bersiap menghadapi bencana alam.
Pelatihan ini terselenggara atas kerja sama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Pengelola Program Perubahan Sosial (multi-UNESCO) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Barat.
BACA JUGA: Mendapat Izin Kemenag, YBM BRLiaN Sah Menjadi Lembaga Amil Zakat Nasional
Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah mengatakan wilayahnya mempunyai potensi bencana yang tinggi.
“Sumbar pasti menghadapi bencana, antara lain banjir, gunung meletus, hujan es, gempa bumi, dan tsunami,” ujarnya saat membuka lokakarya penguatan penelitian kebencanaan berbasis kearifan lokal untuk pengurangan risiko bencana di Bukittinggi.
BACA JUGA: Irjen Kemenag dan BPJPH berkolaborasi membentuk tata kelola berbasis CACM
Mahyeldi berharap lokakarya ini dapat memberikan kesadaran dan kesiapsiagaan bencana, khususnya bagi kelompok disabilitas yang lebih rentan ketika terjadi bencana.
“Lokakarya ini dapat membantu masyarakat Sumbar dalam menghadapi bencana dan mengurangi risiko,” imbuhnya.
BACA JUGA: Angka Perceraian Turun 10,2%, Kemenag Kaji Mediator Pedoman Pernikahan
Kepala Subbagian Sastra Islam Kementerian Agama Noor Rahmawati mengatakan, ada tiga tujuan kajian tersebut.
Pertama, meningkatkan pemanfaatan pengetahuan lokal untuk meningkatkan pengurangan risiko bencana di Sumatera Barat.
Kedua, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membangun kesiapsiagaan dan menyikapi situasi melalui pelatihan literasi bencana yang terpadu dan berkelanjutan.
“Pada akhirnya diharapkan mampu memberikan rekomendasi berupa kebijakan yang efektif dalam memanfaatkan pengetahuan lokal dan teknologi informasi untuk mengurangi dan mengendalikan bencana,” jelasnya.
Noor mengatakan, seminar ini sebagai bentuk peringatan kepada masyarakat Sumbar agar berhati-hati saat terjadi bencana.
“Mereka (takmir dan ustadz) adalah tokoh di lingkungannya. Dengan adanya pelatihan ini, kami berharap mereka dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat sekitar dalam menghadapi bencana,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif UNESCO Fahriati mengatakan lokakarya ini merupakan respons terhadap bencana besar beberapa bulan lalu di Sumbar.
Banjir Galodo di sekitar kawasan Gunung Marapi, Agam, dan Tanah Datar, serta banjir di Pesisir Selatan dan wilayah lainnya menjadi perhatian kami, ujarnya.
Workshop yang dilaksanakan selama dua hari, 30 – 31 Juli 2024 ini dihadiri oleh takmir masjid, anggota dewan dan 15 penyandang disabilitas. (flo/jpnn)