saranginews.com, JAKARTA – Anggota DPD RI Konstituensi Papua Joris Raveyai menilai institusi Dewan Perwakilan Daerah telah dirusak oleh gaya kepemimpinan sebelumnya.
Hal itu disampaikannya menyikapi momen paripurna DPD RI pada Jumat (12/7) yang menimbulkan kegaduhan di kalangan sesama senator.
BACA JUGA: Sela, Senator Philip Wamafma mengkritik Presiden DPD RI di paripurna, ini alasannya.
Ia melihat kekacauan sebagai dinamika yang tidak bisa dihindari mengingat gaya kepemimpinan La Nyala Mahmoud Mattaliti dan Nono Sampono saat ini.
“Ini respon sebagian besar DPD yang tidak bisa dihentikan. “Akibat gaya kepemimpinan Pak La Nyalla dan Pak Nono yang otoriter dan tertutup, kekecewaan demi kekecewaan sudah terbangun sejak lama sehingga menimbulkan resistensi yang semakin besar,” kata Ioris dalam keterangannya, Senin (15/7).
Baca juga: PSU DPD RI Sumbar, Emma Johanna mengatakan partisipasi pemilih rendah
Ketua panitia “II DPD” ini menambahkan, sejak awal seluruh anggota DPD menaruh harapan besar kepada pengurus untuk membawa perubahan lembaga ke arah yang lebih baik. Namun, tidak ada perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu. Sebaliknya, DPD diatur oleh pemahamannya sendiri: tertutup dan penuh rasa takut.
“Pak La Nyalla dan Pak Nono telah mengadopsi lembaga DPD sebagai lembaga mereka sendiri, dimana suara dan aspirasi anggota yang kritis dan beragam cenderung diabaikan,” kata Joris.
BACA JUGA: DPD PSU Sumbar, Rahmat Baja. aman dan masih terkendali
Menurut Yoris, puncak kekhawatiran anggota DPD itu terungkap pada rapat paripurna DPD kemarin. Revisi peraturan perundang-undangan yang akan diambil dalam rapat paripurna belum melalui mekanisme dan prosedur sebagaimana diatur dalam Peraturan DPD RI Nomor 1 Tahun 2022 tentang Tata Tertib.
“Kode Etik ini dibuat untuk mengatur dan mengatur kerja DPD agar berdampak maksimal bagi masyarakat. Oleh karena itu, kode etik perlu dipahami dan disepakati, serta perubahan apa pun yang perlu segera diusulkan, jelas Joris.
Lebih lanjut, Ketua MPR Papua menilai Lanyala Mahmud Mattaliti dan Nono Sampono gagal memimpin DPD. Perubahan kode etik yang akan disahkan lebih responsif terhadap kepentingan pribadi dan kelompok.
Apalagi, keduanya diketahui mengumumkan diri sebagai calon pimpinan PDP periode berikutnya.
Bisa dibayangkan betapa korupnya lembaga DPD ke depan jika gaya kepemimpinan Pak La Nyalla dan Pak Nono terus berlanjut, pungkas Joris. (tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAGI… Sultan Sarankan Anggota DPD RI Boleh Maju di Pilkada