saranginews.com, Jakarta – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta meluncurkan website untuk dapat memantau perkembangan kualitas udara di provinsi tersebut dengan ikon Monas.
Asep Kuswanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemprov DKI Jakarta, mengatakan laman ini merupakan platform digital yang datanya terintegrasi untuk mewujudkan data kualitas udara luar Jakarta.
Baca juga: Kualitas Udara di Kabupaten Tangerang Kurang Baik untuk Kesehatan
Menurut dia, laman bernama Air Jakarta ini merupakan komitmen pihaknya dalam menjaga kualitas udara.
Hal ini tertuang dalam Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 576 Tahun 2023 tentang Strategi Pengendalian Pencemaran Udara Terpadu (SPPU).
Baca juga: Kualitas udara Jakarta terburuk kelima di dunia saat ini
“Platform ini memudahkan akses masyarakat terhadap informasi. “Setiap orang dapat mengaksesnya melalui website air.jakarta.go.id dengan menggunakan gadget yang berbeda-beda,” kata Espe dalam keterangan tertulisnya, Kamis (7/11).
Esp mengatakan, data yang ditampilkan di Jakarta Air telah sesuai dengan beberapa Standar Nasional Indonesia (SNI).
Baca juga: Komentator ini menilai bioetanol bukanlah solusi untuk meningkatkan kualitas udara
Selain itu, DLH juga mengacu pada Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 14 Tahun 2020 tentang indeks kualitas udara dengan standar indeks pencemaran udara (ISPU) yang menjadi acuan nasional.
Merujuk pada Jakarta Air Page, ISPU merupakan satuan tak bernomor yang menggambarkan kondisi kualitas udara berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya.
ISPU diperoleh dengan mengkonversi nilai konsentrasi pengukuran pencemaran udara pada suatu lokasi tertentu menjadi nilai indeks.
Ketujuh parameter tersebut adalah PM10, PM2.5, dinitrogen oksida (NO2), sulfur oksida (SO2), karbon monoksida (CO), ozon (O3) dan hidrokarbon (HC).
DLH bekerja sama dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Key Strategies dalam pengumpulan data melalui SPKU.
Menurut Asep, SPKU terintegrasi berjumlah 31 unit, di antaranya 9 unit milik DLH Pemprov, 14 unit hasil kerja sama Vital Strategies, dan 3 unit milik WRI Indonesia.
Menurut Asep, laman ini dapat menyajikan data historis kualitas udara terkini sehingga masyarakat dapat memantau tren dan perubahannya.
“Platform tersebut juga terhubung dengan data prakiraan kualitas udara selama tiga hari ke depan dari Badan Meteorologi, Meteorologi, dan Geofisika. Selain itu, terdapat fitur edukasi dan informasi terkini mengenai kualitas udara dan dampaknya terhadap kesehatan. , kata Aesop.
Ke depan, fitur dan keakuratan Data Jakarta Air akan ditingkatkan, seperti memberikan notifikasi kualitas cuaca kepada pengguna, serta menambahkan alat pemantauan melalui penganggaran APBD dan kolaborasi dengan pihak lain.
Esp mengungkapkan, saat ini sumber pencemaran udara terbesar di Jakarta adalah sektor transportasi.
Dari situlah Pemprov DKI Jakarta terus bekerja sama dan berkolaborasi dengan pemerintah pusat untuk memerangi pencemaran udara di sektor tersebut.
Pemprov DKI bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta Kementerian Perhubungan.
Peningkatan kualitas bahan bakar, kualitas angkutan umum, kesesuaian moda transportasi, baik pusat maupun DKI Jakarta dijalankan oleh Pemprov, menyediakan ruang publik seperti trotoar yang nyaman dan penanaman tanaman, kata Asep.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Bansar Panjatan menginformasikan pemberitahuan tersebut seperti elektrifikasi armada bus, penetapan zona emisi ultra rendah, serta penetapan jaringan transportasi berdasarkan data telekomunikasi.
Wakil Menteri Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Kelautan dan Perikanan Rachmat Kemuddin mengatakan pada tahun 2027, upaya untuk meningkatkan kualitas bahan bakar rendah sulfur dapat dilakukan di tingkat nasional. (ast/jpnn)
Baca artikel lainnya… Kualitas udara DKI Jakarta terburuk keempat di dunia, wilayah ini terkena dampak paling parah