saranginews.com, Jakarta – Varsila merupakan salah satu masyarakat yang dapat menikmati manfaat Holding Ultra Mikro (UMi Holding) melalui program PNM Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera).
Berkat akses permodalan dari UMi Holdings yang membentuk BRI, ia mampu mengatasi kesulitan dan mengembangkan perekonomian keluarga.
Baca juga: PNM Manado adakan pelatihan konservasi terumbu karang untuk perekonomian dan lingkungan
Tak mau bangkit dari keterpurukan, sang suami, salah satu korban PHK akibat pandemi Covid-19, mengadu nasib dengan membuka usaha menjahit baju pria, wanita, dan anak-anak.
Usaha ini dimulai pada tahun 2019 dengan modal awal dari pesangon suami dan hasil penjualan alat jahit rumah.
Baca Juga: Pencairan KUR BRI Akhir April 2024 Capai Rp 59,96 Triliun
Bertekad dan gigih, Varsila memulai bisnisnya sendiri.
“Bisnis (pekerjaan) itu bermula dari pemecatan suami saya.” Itu terjadi secara tidak sengaja. Dari situlah PHK menimpa suami saya, dan saya pun berjualan peralatan menjahit di rumah. Saya berpartisipasi di dalamnya. Kebetulan modalnya dari pesangon. Alhamdulillah, saya terpisah dari suami saya saat itu. Gaji yang diperoleh “membeli mesin jahit”. Selain menjahit, saya juga menjual peralatan menjahit, jadi saya menyiapkan perlengkapan peralatan menjahit,” jelas Varsila.
Belakangan, Varsila mendapat informasi dari temannya bahwa ada skema layanan pinjaman modal bagi pengusaha mikro. Program yang disebut PNM Mekaar ini memberikan pinjaman modal kepada perempuan miskin untuk mengembangkan usaha mereka.
MECAR merupakan bentuk permodalan kelompok bagi perempuan pengusaha mikro untuk memulai atau mengembangkan usaha.
Akses modal yang mudah dan cicilan yang mudah memberikan angin segar bagi Varsila untuk mengembangkan usahanya. Tanpa ragu, Varsila melamar.
Pinjaman dari UMi BRI Holding juga ia gunakan untuk menambah inventaris toko, membeli peralatan menjahit, dan mengembangkan bisnis persewaan pakaian. Berkat kegigihan dan strategi yang tepat, usahanya berkembang pesat.
“Iya, alhamdulillah meski tidak secara langsung. Berkat pinjaman ini, dia membantu saya untuk terus menyetok toko saya,” ujarnya.
Saat ini omzet Warsila mencapai Rp 5 juta atau lebih per bulan.
Ia bercita-cita merekrut karyawan dan terus mengembangkan usahanya
“Insyaallah harusnya (punya karyawan). Kalau bisnisnya seimbang ya biarlah. Artinya pengeluaran dan pemasukan lebih teratur,” imbuhnya.
Varsila berharap akses layanan keuangan induk UMi BRI tetap membantu pelaku ultra mikro seperti dirinya dengan persyaratan yang lebih mudah dan tidak ada sistem tanggung jawab bersama.
“Saya berharap PNM Mekar selalu membantu pengusaha seperti saya. Oh ya, persyaratannya jangan terlalu tinggi, keluhan saya hanya tanggung jawab bersama. Kadang kalau kita buka usaha, kita sudah berharga, dan yang lain belum. , ini tanggung jawab kita, jadi kalau bisa kenapa mau begini,” ujarnya.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, peran UMi Holding dalam pertumbuhan inklusi keuangan nasional sangat berpengaruh. Menurut lembaga riset BRI, posisi inklusi keuangan nasional akan meningkat menjadi 87,30 persen pada tahun 2023, yakni menjadi 3,3 persen dari 84 persen pada tahun 2022. Sementara itu, kedalaman inklusi keuangan meningkat sebesar 3,9 poin persentase menjadi 27,7. persen pada tahun 2023.
Tingkat inklusi keuangan ini diukur dari kepemilikan dan penggunaan tabungan, serta kepemilikan investasi, pinjaman, dana asuransi, dan dana pensiun (DAPEN).
“Masyarakat Indonesia mulai mengalami peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi pengambilan keputusan, pengelolaan keuangan, dan pencapaian kesejahteraan,” pungkas Supari (jpnn).