9 Siswa Tewas, Kemendikbudristek Diminta Moratorium dan Mengubah Konsep Study Tour

saranginews.com, Jakarta – Sembilan siswa SMK Lingga Kencana Depok tewas dan beberapa lainnya luka-luka dalam kecelakaan bus Putra Fajar di Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024).

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) juga diminta menerapkan suspensi dan mengubah persepsi terhadap kegiatan eksternal, khususnya wisata sekolah.

Artikel terkait: Hardiknas 2024, Ketua DPR X: Pendidikan Indonesia masih menghadapi tantangan berat

“Hingga dimulainya tahun ajaran baru, banyak penyelenggara pendidikan yang akan melakukan kegiatan luar ruangan seperti jalan-jalan dan wisata sekolah. “Dalam pelaksanaan sementara proyek ini, kami akan mengubah konsep untuk memberikan manfaat yang lebih baik kepada siswa.”

Huda mengatakan kejadian di Subang merupakan kisah pilu bagi dunia pendidikan Indonesia.

Baca juga: Shaiful Huda: Kalau Ini Terjadi, Saya Khawatir Seleksi Jutaan Guru Terhormat di PPPK Akan Terganggu

Huda mengatakan, persoalan ini tidak boleh terulang kembali mengingat mahasiswa merupakan aset terbesar negara.

“Semua pihak memahami bahwa pelajar adalah milik negara dan harus dilindungi dari ancaman terhadap keselamatan fisik dan mentalnya,” kata Huda.

Baca juga: Jasa Rahulja Ajukan Santunan untuk Seluruh Korban Kecelakaan Bus Subang

Politisi PKB ini menilai pelarangan kegiatan di luar ruangan bertujuan untuk memastikan perjalanan sekolah dan tamasya benar-benar aman bagi siswa.

Ketika penyelenggara pendidikan melaksanakan kegiatan eksternalnya, perlu mengadopsi standar umum dalam pengoperasian peraturan dan peraturan teknis.

“Tujuan-tujuan tersebut perlu mendefinisikan ruang lingkup tindakan, termasuk keselamatan minimum transportasi, akomodasi dan penggunaan siswa. Oleh karena itu, larangan perjalanan harus dipertimbangkan sebelum menetapkan standar praktik untuk tindakan-tindakan eksternal ini .”Kami tidak ingin tragedi Subang terulang kembali. ”

Selain itu, Koda mengatakan perlu adanya perubahan sikap siswa dalam belajar dengan menjadikan mereka aktif.

Selama ini, kata Huda, ide wisata penelitian memposisikan mahasiswa sebagai subjek yang diajak berwisata dan berlibur bersama. Struktur ini mungkin lebih menekankan sisi bisnis dibandingkan sisi pendidikan.

“Penyelenggara sering kali memangkas biaya perjalanan, makanan, dan penginapan untuk meningkatkan keuntungan, yang pada akhirnya dapat menghalangi peserta untuk berpartisipasi,” katanya.​

Agar edukasi dan wisata sekolah lebih efektif, Huda mengatakan sekolah bisa berkolaborasi dengan desa wisata yang kini sedang marak di berbagai daerah.

Di sini, sekolah dapat melibatkan siswa dalam perbaikan pengelolaan, seperti membuat materi promosi, menerbitkan tiket online, dan memberikan masukan terhadap jenis atraksi yang tersedia.

Bapak Kota menyimpulkan, “Ide ini memungkinkan siswa untuk menikmati waktu luang (rekreasi) di tempat-tempat indah, sekaligus memungkinkan upaya inovatif dalam pengembangan tempat-tempat indah yang menarik wisatawan.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *