Dumbo, Gajah Kebanggaan Warga Surabaya dan Kekhawatiran Setelah Kematiannya

saranginews.com – Seekor gajah mati baru-baru ini di Kebun Binatang Surabaya (KBS). Kematian gajah Dumbo tidak hanya menimbulkan banyak kesedihan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran mengenai penyebabnya.

Laporan Ari Saputra, Surabaya

Baca Juga: Bu Risma Ajak Cucunya ke KBS Kini Dumbo Sudah Dewasa

DUMBO adalah gajah kebanggaan KBS. Warga Surabaya juga menyukai gajah sumatera.

Dumbo diberi nama oleh Trai Rismaharini pada tahun 2019 saat Ibu Risma, atau panggilan akrabnya, menjabat Wali Kota Surabaya. Dumbo lahir pada 22 Juli 2019 dari orang tua bernama Lembang (49) dan laki-laki Doa (54).

Baca Juga: Dumbo Si Gajah Terbang Kecil

Humas KBS Agus Supangkat Dumbo lahir normal dengan berat badan 112 kg dan tinggi 88 cm. Lingkar dadanya 118 sentimeter.

Mirisnya, Dumbo meninggal dunia pada Rabu (15/12) pukul 03.26 WIB dalam usia 2,5 tahun. Kematiannya disebabkan oleh Elephant Endothetropic Herpes Virus (EEHV).

Baca juga: Peninggalan Gajah Purba di Bandung dan Penampakannya

Tidak ada yang mengira Dumbo sakit. Di seluruh kebun binatang di Indonesia, belum pernah terjadi kematian gajah akibat EEHV.

Kasus matinya seekor gajah muda juga menyita perhatian. Pasalnya Dumbo merupakan gajah peliharaan pertama yang mati karena virus kebun binatang.

Sehari sebelum kematiannya dilaporkan, Dumbo lemah, lesu, dan kurang nafsu makan. Baru-baru ini, tim dokter hewan memeriksanya.

Berdasarkan hasil tes, Dumbo mengalami sianosis. Lidah hewan itu berwarna biru dan matanya bengkak.

Tim dokter juga merawat Dumbo secara intensif dengan terapi cairan, pengobatan, vitamin oral, dan suntikan. Ada juga pengobatan enema untuk Dumbo, untuk membuang sisa pencernaannya.

Namun kenyataannya tidak sesuai harapan. Keesokan harinya, Dumbo meninggal karena virus yang disebut herpes.

Rupanya EEHV tidak hanya menyerang Dumbo. Saudaranya, Hati Gonzalez, juga tertular EEHV.

Untungnya, gajah berusia 11 tahun itu pulih setelah mendapat perawatan intensif.

Setelah kematian Dumbo, staf KBS mulai mendisinfeksi pintu masuk kandang gajah. Hal ini dilakukan untuk menenangkan gajah lainnya.

Langkah ini diambil sesuai rekomendasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur, kata Agus.

Kabar meninggalnya Dumbo sampai ke telinga Anas Karno, Wakil Ketua Komisi B DRC di Surabaya. Ia mendesak KBS mempublikasikan penyebab kematian gajah tersebut.

Saya ingin hasil autopsinya diumumkan, kata Anas.

Ia menegaskan KBS tidak berafiliasi dengan pihak manapun. “KBS adalah milik pemerintah kota dan dimiliki serta dicintai oleh masyarakat Surabaya,” ujarnya.

Persatuan Dokter Spesialis Hewan Liar, Eksotik dan Akuatik, drh. Wisnu Vardana mengatakan kematian Dumbo sangat mengejutkan.

“Ini (kematian gajah kebun binatang akibat EEHV, Red) pertama kali mengagetkan saya. “Virus juga berbahaya, terutama bagi anak gajah,” ujarnya.

Menurutnya, EEHV diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2014. Virus tersebut telah menyebar ke beberapa kawasan konservasi, antara lain Tangkahan (Sumatera Utara) dan We Kambas (Lampung).

Wisnu mengatakan gajah berusia antara nol dan sepuluh tahun rentan terhadap EEHV. Dia menyebut virus yang sangat mematikan itu asing.

“Saat Covid-19 pertama kali muncul, banyak orang yang meninggal, namun seiring berjalannya waktu, banyak orang yang sembuh karena perawatan intensif,” ujarnya.

Sejauh ini, belum ada dokter atau ilmuwan yang menemukan obat untuk gajah yang terinfeksi EEHV. Untungnya, virus ini hanya bisa menular dari satu hewan ke hewan lainnya.

“Penyakit ini tidak bisa menular ke hewan lain, hanya bisa menular ke gajah. Semakin muda maka semakin rentan. Ini gejala-gejala penyakitnya,” jelas anggota aktif Persatuan Kebun Binatang Indonesia (PKBSI) ).

Asal usul EEHV juga tidak jelas. Virus tersebut dianggap ilusi karena bisa ditularkan oleh orang yang memelihara gajah.

Wisnu teringat gajah Asia dan Afrika yang disebut-sebut oleh para ahli sebagai pembawa virus EEHV. Virus bisa datang dari mana saja selama gajah hidup di alam liar.

“Kalau tinggal di tengah hutan, bisa tertular virus dari mana saja, tapi tidak menyadarinya,” kata Wisnu.

Mantan konsultan World Wildlife Fund (WWF) di Indonesia berspekulasi bahwa virus tersebut mungkin sudah masuk ke tubuh Dumbo. Otopsi mengungkapkan bahwa rahang Dumbo bengkak dan lapisan belalainya pucat atau biru.

“Darah mengalir dari seluruh organ tubuhnya. Saya lihat dari gambar otopsi itu virus (herpes, Red). Saya sangat percaya diri,” tegasnya.

Visno menjelaskan, herpes gajah merupakan penyakit berbahaya yang tidak dapat disembuhkan. Penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan perawatan intensif yang diawasi secara ketat.

Maka Wisnu menyarankan KBS untuk memperketat sistem biosekuriti. Wisnu berkata, “Jangan biarkan anak gajah itu diekspos. (mcr12/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *