Pembunuh Penjual Nasi Goreng di Cilincing Terancam 15 Tahun Bui

saranginews.com, CILINCING – Pria pembunuh pedagang nasi goreng di Jalan Baru Cilincing, Jakarta Utara divonis 15 tahun penjara pada Selasa (9/4).

Bucing alias MM (30) ditangkap pada Rabu (17/4) di rumah keluarganya di Pulau Kelapa Dua, DKI Jakarta, Kabupaten Kepulauan Seribu, Kabupaten Kepulauan Seribu Utara.

Baca Juga: Polisi Tangkap Pembunuh karena Bunuh Penjual Nasi Goreng

“MM alias Bucing dijerat dengan Pasal 338 KUHP dan atau Pasal 351 ayat (3) KUHP dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun penjara,” ujarnya. Sabtu, Kamis (18/4).

Fernando mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Selasa (9/4) pagi di Jalan Baru Cilincing, RW 03, Kelurahan Kalibaru, Silincing, Jakarta Utara.

Baca Juga: Pandangan Kriminal Terhadap Pembunuhan Sahur

Peristiwa tragis bermula saat korban AF mengikuti sekelompok pemuda yang baru bangun tidur untuk sahur usai berjualan nasi goreng.

“Setelah korban dijual, anak-anak bergabung dengan kami untuk sarapan dan bangun karena sound system,” kata Kapolsek Fernando.

Baca juga: Pria Pembunuh dan Kuburkan Istri Didakwa Melakukan Pembunuhan Tak Sadar

Di tengah acara, seseorang yang mengendarai sepeda motor menabrak rombongan pejalan kaki hingga menimbulkan keributan.

Alhasil, rombongan terus berjalan, berdebat dan memperdebatkan kepergian pelakunya.

“Buking kembali membawa senjata tajam dan menyerang kelompok tersebut hingga melukai korban,” ujarnya.

Ia mengatakan, korban mengalami luka terbuka di dada dan dagu kiri, serta luka tunggal di kepala kiri atas yang mengakibatkan korban meninggal dunia.

Usai melakukan aksinya, pelaku melarikan diri ke Kepulauan Seribu dan akhirnya ditangkap di rumah keluarganya di Pulau Kelapa Dua, Kecamatan Kepulauan Utara Seribu, Kabupaten Kepulauan Seribu (17/4).

Awal mula gerakan protes ini tersebar di media sosial yang diduga merupakan perkelahian antara dua geng remaja di Chilinking pada Ramadhan 1445.

Namun Fernando AF membantah korban tewas dalam tawuran tersebut melainkan hanya dalam perkelahian.

“Bukan perkelahian, tapi adu mulut yang menyebabkan korban terluka,” kata Kompol Fernando.

Menurutnya, tawuran itu bukan karena keluar rumah tanpa membawa senjata, melainkan untuk membangunkan warga untuk sahur.

“Jika terjadi perang, mereka keluar rumah dengan siap menggunakan senjata tajam dan alat lainnya untuk berperang,” ujarnya. (antara /jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *