saranginews.com – JAKARTA – Dalam rangka Hari Guru Nasional 2024, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menggelar empat pembicaraan mengenai isu guru dan pendidikan.
Sekretaris Jenderal FSGI, Heru Purnomo menjelaskan, pembahasan isu pendidikan sebaiknya fokus pada dua isu, yaitu akses dan kualitas bagi seluruh anak di Indonesia.
BACA JUGA: Menteri Pendidikan Dasar Abdul Muti: Guru PPPK Bisa Mengajar di Sekolah Swasta Mulai 2025
“Kami menilai Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) telah memberikan sinyal kuat untuk mengkaji ulang beberapa kebijakan pendidikan. Oleh karena itu, FSGI punya banyak rekomendasi,” kata Heru dalam pidatonya di Jakarta, Jumat ( 26)./11).
Rekomendasi pertama, FSGI mendesak Menteri Pendidikan Dasar Abdul Mu’ti untuk meningkatkan kualitas guru daripada mengubah kurikulum karena perubahan kurikulum akan berdampak pada guru dan siswa.
BACA JUGA: Menkeu Sebut Pekerjaan Guru Berat, Mendikbud Bicara Soal PNS, PPPK, Hon.
FSGI percaya bahwa perubahan kurikulum harus dimulai dari awal.
Padahal, apa pun kurikulumnya, selama gurunya inovatif dan kreatif, otomatis siswa akan ikut serta.
BACA JUGA: PNS, PPPK dan Guru Honorer, Ini Sorotan Pidato Mendikbud.
Apapun metode pengajaran yang digunakan, karena tidak dipahaminya kebutuhan sekolah, dalam hal ini guru dan siswa, maka pelaksanaan kegiatan pembelajaran kurang baik, tambahnya.
Rekomendasi kedua adalah peningkatan dan evaluasi setiap program pengembangan profesi guru menjadi prioritas Kementerian Pendidikan Dasar.
Menurut dia, Kementerian Pendidikan Dasar sebaiknya menetapkan kebutuhan guru dengan menanyakan langsung kepada guru melalui survei terkait pelatihan guru di berbagai daerah.
Rekomendasi ketiga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus mengkaji ulang sistem pembayaran hibah kualifikasi guru di daerah.
Menurut dia, sebaiknya pemerintah langsung mentransfer biaya sertifikasi ke rekening masing-masing guru, dibandingkan ke pemerintah daerah yang berwenang.
Rekomendasi keempat adalah perlunya Kementerian Pendidikan Tinggi menciptakan sekolah kejuruan yang inklusif dengan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan dijalankan oleh guru dan tenaga pengajar yang berkualitas untuk mendidik siswa campuran. (antara/jpnn)