Jakarta – Wakil Ketua Kehormatan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerindra, Muhammad Syafi’i, mendukung penuh proyek bantuan perlengkapan sekolah gratis dan pemerataan perlengkapan dan perlengkapan sekolah yang diiklankan calon Wakil Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng). ) Abdul Karim Aljufri (AKA).
Ia pun menyambut positif dan siap mendukung gagasan AKA bersama Gubernur Sulawesi Tengah Ahmad Ali yang akan bekerja sama dengan Presiden Prabowo Subianto 8 prioritas pendidikan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM).
Baca selengkapnya: Ahmad Ali-AKA akan memberikan materi pendidikan dan beasiswa gratis kepada siswa dan guru
Romo Syafii, sapaan akrab Anggota DPR RI 2019-2024, usai berkunjung ke rumah Prabowo mengatakan, “Bagus sekali (kerjasama Program Pendidikan Pusat dan Sulawesi Tengah) dan saya ingin berpartisipasi karena saya percaya dengan program Prabowo.” — di Kertanegara, Jakarta Selatan.
Calon anggota kabinet Prabowo-Gibran itu dalam pesan presiden terpilih itu mengatakan, tidak ada gunanya pembangunan jika sektor pendidikan tidak mendapat perhatian khusus.
Baca Juga: Kerja Sama Prabowo dan Ahmad Ali-AKA Solusi Tepat Atasi Kebuntuan di Sulteng
Oleh karena itu, beliau (Prabowo) ingin pembangunan infrastruktur ini berhasil hanya dengan dukungan pengembangan sumber daya manusia yang unggul, oleh karena itu Prabowo mengajak kawan-kawan di sana untuk bekerja dengan baik dalam mengorganisir Persatuan Kerukunan Tani Indonesia (DPN HKTI)”. .
Sebelumnya, calon Wakil Gubernur Sulteng Abdul Karim Aljufri (AKA) meyakini kerja sama kebijakan gizi gratis yang diusung Presiden Prabowo Subianto dengan program sekolah gratis yang diusung dirinya dan cagub Ahmad Ali akan meningkatkan kualitas pendidikan di Sulteng.
Baca Juga: Prabowo Dapat Gizi Gratis Ahmad Ali-AKA Siapkan Bahan Kajiannya
“Pendidikan gratis sudah berlangsung 12 tahun, kemudian Pak Prabowa mengembangkan program gizi. Gratis dan kami menyelenggarakan perlengkapan sekolah gratis, Ini merupakan satu kesatuan yang hebat untuk membangun pendidikan yang berkualitas di Sulawesi Tengah” AKA, daerah juga. Pengendali Gerindra Sulawesi.
AKA mengatakan kebutuhan perlengkapan sekolah seperti baju, sepatu, buku, perlengkapan kantor, tas sekolah dan lain-lain tidak dapat diprediksi.
Banyak orang tua yang mengaku kesulitan melakukan hal tersebut hingga anaknya bersekolah.
Begitu pula dengan psikologi anak yang kurang percaya diri ketika tidak mempunyai perlengkapan untuk berangkat ke sekolah.
“Sekolah itu gratis, namun tidak mempunyai materi pembelajaran sehingga membuat orang tua dan anak menjadi rendah diri sehingga memutuskan untuk tidak bersekolah. “Itulah kenyataannya. Kita sebagai pemimpin perlu turun tangan, kita ingin seluruh anggota Sulteng fokus pada pendidikan, bukan beli baju, beli tas, minta buku.” Fokus AKA.
Ia meyakini program gizi gratis dan penyelenggaraan sekolah gratis menjadi kunci investasi jangka panjang di dunia pendidikan untuk melahirkan generasi penerus Sulteng yang berkualitas dan percaya diri menghadapi bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045. .
“Harapannya melalui pola makan sehat anak-anak akan lebih termotivasi untuk bersekolah, namun jika di seragam tidak ada buku atau sepatu maka sulit, maka dari itu kami menyiapkan berbagai bahan agar kita semangat belajar. katanya.
AKA mengatakan beberapa kebijakan Prabowo dan Ahmad Ali-AKA selaras, yakni pembangunan infrastruktur pendidikan yang memadai.
Bertujuan untuk membangun ruang kelas, laboratorium dan perpustakaan yang layak, memperbaiki sekolah yang masih kurang saat ini, menambah uang Bulan Guru dan lain-lain.
AKA juga menegaskan akan mengembangkan pendidikan vokasi untuk mengorganisir keterampilan dan kemampuan generasi muda Sulawesi Tengah di bidang diri.
Dia mencontohkan perlunya peluncuran proyek kapasitas sesuai kebutuhan pasar, misalnya Morowoli, Palu, dan Morowali yang berbasis nikel dan emas.
Sementara itu, peternakan dan pertanian dapat dilakukan di Paikitmutong dan Bangkai.
“Pendidikan vokasi dapat diintegrasikan ke dalam kursus khusus industri di Sulteng, kami juga akan meningkatkan kerja sama antara SMK dengan swasta dan BUMN agar generasi muda di Sulteng siap bekerja dan bersaing secara global setelah lulus,” kata AKA. .
AKA mengatakan permasalahan putus sekolah atau tidak bersekolah di RPF disebabkan oleh faktor kemiskinan setempat.
Meski pendidikan gratis 12 tahun telah dilaksanakan sejak era SBY, namun angka putus sekolah sangat tinggi. Selain itu, juara dunia pencak silat itu membeberkan data terkini, terdapat 29.064 anak usia 16-18 tahun yang tidak bersekolah di Sulawesi Tengah. Sedangkan anak usia 19 hingga 24 tahun yang belum masuk perguruan tinggi berjumlah 208.930 orang.
“Kami akan memberikan beasiswa daerah kepada 29.064 mahasiswa perguruan tinggi/vokasi dan 208.930 mahasiswa usia universitas serta antar jemput anak Anda dan antarkan kembali ke sekolah. Karena itu kunci peningkatan mutu pendidikan “masih pada staf pengajarnya,” tegas AKA.
AKA menambahkan, tidak tepat sasarannya sekolah jangka menengah (RLS) bisa jadi karena anak bekerja atau membantu orang tua dan menikah dini karena faktor ekonomi.
Untuk itu Ahmad Ali-AKA mempunyai program peningkatan perekonomian masyarakat seperti 10.000 wirausaha, pengembangan pertanian rakyat 30.000 HA, pengembangan UMKM, permodalan, penunjang usaha dan lain sebagainya. Permasalahan lainnya adalah sulitnya perjalanan ke dan dari sekolah.
Hambatan akses tidak hanya terjadi pada anak-anak, namun pemerintah, kepala sekolah bahkan Guru yang ingin meningkatkan pendidikan lokal.
Oleh karena itu, AKA ingin memastikan peningkatan akses jalan, sarana dan prasarana dari dan ke sekolah tersebut layak dan memadai.
Beberapa pekerjaan yang diyakini Aham Ali dan Akka adalah Pemprov mengisi kekosongan (686 desa), membantu pemasangan listrik untuk 35.000 rumah tangga yang belum mendapat aliran listrik, dan memfasilitasi peningkatan pasokan listrik di wilayah 3T. Serta setara dengan pembangunan jalan, jembatan dan irigasi.
Kemudian, mempercepat peningkatan koneksi darat dan air antar kota, seperti pemeliharaan jalan dan sistem irigasi provinsi.
“Ada yang mau belajar, ada guru yang mau mengajar, tapi aksesnya sulit, tidak ada listrik, tidak ada jaringan. Telekomunikasi. Tidak belajar atau mengajar, saya menyerah. “Tidak boleh terulang lagi, saya dan Ahmad Ali akan memastikannya,” pungkas AKA. (dil/jpnn) Jangan lewatkan video terakhir: