Kemenko Perekonomian Meluncurkan Satgas Jejaring Advokasi Inklusi Keuangan Digital

saranginews.com, Jakarta – Pemerintah melalui Jaringan Advokasi Perempuan Inklusi Keuangan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) dan Satgas mitranya (Chatkas).

Langkah ini dilakukan agar program koordinasi yang dilakukan masing-masing departemen menjadi lebih fokus, efektif, diperkuat dan terkoordinasi.

Baca Juga: Kementerian Kohesi Perekonomian Percepat Reformasi Regulasi Melalui Lokakarya

Satgas yang dibentuk berdasarkan Deklarasi Tandingan Integrasi Makroekonomi dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 6 Tahun 2024 akan mencakup akses terhadap keuangan dan jasa, layanan keuangan digital, serta pemanfaatan teknologi informasi dan data yang terdesentralisasi. . Berdasarkan jenis kelamin.

Feri Irawan, Deputi Bidang Kohesi Makroekonomi dan Keuangan, Departemen Kohesi Ekonomi, mengatakan peluncuran ini merupakan bentuk kolaborasi berbagai lembaga dan mendorong digitalisasi keuangan yang berpotensi meningkatkan akses perempuan terhadap keuangan di pedesaan.

Baca Juga: Pasar mobil hibrida masih tetap stabil, kata Kementerian Kohesi Ekonomi

Menurutnya, perempuan mempunyai peran penting dalam mencapai target 80% literasi, oleh karena itu program literasi perempuan harus semakin diperkuat.

Keberadaan kelompok ini menjadi wadah koordinasi, komunikasi dan monitoring serta evaluasi sehingga seluruh pemangku kepentingan dapat saling belajar.

Baca Juga: Kemenko Perekonomian Lakukan Konsultasi Publik Kajian PP 5/2021, Termasuk Pelaku Usaha

“Kolaborasi dan inovasi menjadi kunci untuk menciptakan kebijakan yang berdampak besar pada inklusi keuangan perempuan,” kata Feri Irawan saat meluncurkan Satgas Jaringan Advokasi Inklusi Keuangan Digital Perempuan tentang “Kolaborasi dan Inovasi” pada Simposium Nasional. Pada Women’s Enrollment Fund yang diselenggarakan di Jakarta pada Rabu (13/11)

Urgensi mendorong inklusi keuangan perempuan didasarkan pada kenyataan bahwa perempuan masih kurang terlayani dibandingkan laki-laki dalam hal layanan keuangan.

Laporan Nasional Keuangan Inklusi (SNKI) tahun 2023 menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan rekening perempuan masih lebih rendah (74,3%) dibandingkan laki-laki (78,3%). Persentase perempuan yang menggunakan produk dan jasa keuangan (88,1%) lebih rendah dibandingkan laki-laki (89,3%).

SNKI sendiri telah menetapkan perempuan dan penyandang disabilitas sebagai kelompok sasaran intervensi peningkatan inklusi keuangan. “Perempuan adalah tulang punggung perekonomian keluarga dan masyarakat, dan kami telah menetapkan pilar pembangunan perempuan dalam perekonomian inklusif di Bank Indonesia,” kata Anastuti, Kepala Departemen Keuangan Inklusif dan Ramah Lingkungan di Bank Indonesia.

Dalam acara tersebut, Direktur Inklusi Keuangan OJK Edwin Noorhadi mengatakan keberadaan layanan keuangan digital berpotensi menjadikan layanan keuangan semakin inklusif.

Digitalisasi adalah sebuah terobosan dalam memastikan inklusi keuangan bagi perempuan, penyandang disabilitas, dan penduduk pedesaan.

Selain itu, dalam sesi diskusi, para peserta menekankan kekuatan digital untuk menjembatani kesenjangan antara akses terhadap keuangan dan layanan, antara perempuan dan laki-laki, serta antara wilayah pedesaan dan perkotaan.

Dalam sambutannya, Christina Manns, Kepala Kantor Wilayah Asia Tenggara dan Direktur Perempuan Bank Dunia, mengatakan kesenjangan gender masih terjadi di sektor UMKM digital, dimana hanya 44% perempuan yang berhasil menjadi pelaku UMKM digital. Mempertahankan profesinya 3. – tahun 5. Selain itu, pendapatan perempuan di UMKM digital 22% lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Berdasarkan hal tersebut, Vidasari Angreni, Deputi Direktur Kebijakan Asia Tenggara, Women’s World Bank, mengatakan: Digitalisasi UMKM oleh penyandang disabilitas dan perempuan di pedesaan merupakan prioritas ke depan yang perlu terus dipantau.

“Perempuan dalam studi Bank Dunia menunjukkan bahwa perempuan di daerah pedesaan berada di garis depan dalam memberikan bantuan keuangan. Dengan bekerja sama dengan banyak kelompok, kita dapat terus mengevaluasi langkah-langkah yang tepat untuk mencapai inklusi keuangan,” katanya.

Diketahui, Satgas Jaringan Advokasi Keuangan Digital Perempuan terdiri dari 24 lembaga pemerintah dan penyedia jasa keuangan.

Inti dari jaringan ini didirikan pada tahun 2022 bekerja sama dengan Bank Dunia Perempuan dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Melalui jaringan ini, berbagai inisiatif telah dilakukan seperti peningkatan literasi keuangan bagi perempuan, lokakarya inklusi disabilitas bagi penyedia layanan keuangan, dan diskusi komunitas di seluruh institusi.

Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan Badan Pusat Statistik, perbankan, penyedia jasa keuangan dan beberapa yayasan serta lembaga publik. (jpnn)

Baca artikel lainnya… Kunjungan mahasiswa senior UPN Departemen Ekonomi Integrasi memberikan wawasan tersebut

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *