Jakarta – Pengacara Deolipa Yumara mengatakan dua dekan yang membidangi pendidikan energi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia bisa saja mengundurkan diri.
Deolipa mengatakan hal itu usai insiden pidato Bahlil di Universitas Indonesia (UI) yang mengakibatkan gelar PhD Presiden Golkar ditangguhkan.
Baca juga: Begini Penuturan Bahlil Soal PhD di SKSG UI
Dikatakannya, Bahlil sedang mengejar gelar PhD di School of Strategic and Global Studies (SGSG) UI, dan penelitian tersebut disponsori oleh para dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Fakultas Ilmu Administrasi. .
Deolipa berpendapat, kedua dekan kedua perguruan tinggi tersebut harus melalui proses peninjauan moral oleh Majelis Wali Amanat (MWA) UI.
Baca Juga: Universitas Indonesia Tangguhkan Gelar Ph.D. Bahlil Lahadalia
“Keduanya harus bertindak etis. Kalau ada penyalahgunaan atau diduga tidak benar,” ujarnya.
Deolipa, selaku alumnus Fakultas Hukum dan Fakultas Psikologi UI, menilai penting bagi MWA untuk melakukan proses etika terhadap para dekan FEB dan FIA.
Baca Juga: Redaksi Bahlil Lahadalia Dapat Nama JATAM
Pasalnya, Deolipa menganggap proses belajar Bahlil di antarmuka pengguna sangat aneh.
Bahlil yang menjabat sebagai menteri mungkin akan segera menyelesaikan gelar Ph.D.
Deolipa mengatakan, ketidakwajaran tersebut akhirnya membuat publik berkaca-kaca atas tudingan adanya konspirasi pemberian gelar doktor kepada Bahlil.
“Jadi sekarang kami meminta senator FEB dan FIA mundur karena sama saja mempermalukan kredibilitas UI,” kata Deolipa.
Selain dua dekan yang menjadi pembimbing Bahlil, Deolipa juga meminta direktur SKSG Bahlil yang sedang menempuh program doktor di UI untuk mengumumkan pengunduran dirinya.
Pasalnya, Direktur SKSG diduga menyalahgunakan kekuasaan dan jabatannya sehingga memudahkan orang seperti Bahlil untuk lulus dan meraih gelar Ph.D.
Deolipa berkata: “Ya tentu saja Direktur SKSG, presiden program itu, harus mundur, harus mundur.
UI sebelumnya memastikan Bahlil resmi diwisuda dan mendapat gelar doktor kehormatan setelah lulus pada tahun 2024. 16 Oktober mengikuti kursus disertasi doktor terbuka yang diajarkan oleh Kajian Strategis dan Global di Universitas Indonesia.
Untuk meraih gelar tersebut, Bahlil menulis tesis berjudul “Kebijakan Kelembagaan dan Tata Kelola Substitusi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia”.
Namun lamaran Bahlil menjadi sorotan karena dinilai tidak berdasar karena ia menyelesaikan PhD hanya dalam waktu 1 tahun 8 bulan.
Tak hanya itu, Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) juga menyatakan penolakannya terhadap UI karena informasinya menggunakan bahasa Bahlil.
Ketua MWA UI Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya memberhentikan Dr Bahlil pada Rabu (11-13). (ast / jpnn)