Pengadaan Maung Harus Transparan, Jangan Sampai jadi ‘Bancakan’ Korupsi

saranginews.com, JAKARTA – Pusat Penelitian Ekonomi dan Hukum (CELIOS) Glau D. Mohamed mengungkapkan rencana pemerintah menggunakan Maung sebagai alat pejabat senior pemerintah.

Galo mengatakan, secara umum pembelian mobil dinas para menteri, pejabat, dan golongan 1 dipahami dilakukan secara rutin sesuai dengan kondisi suku cadang dan kewajaran pemakaian.

Baca juga: Soal Anggaran Maung Pindad, Kementerian Keuangan berikan penjelasannya sebagai berikut

Gallo mengatakan kepada saranginews.com, Rabu, 30/10, “Umur normalnya adalah 4-5 tahun. Namun, poin kunci dalam usulan Prabo adalah usulan untuk mengadakan tender lebih banyak tanpa memeriksa ketersediaan unit saat ini.”

Seperti kita ketahui, Presiden Pravo ingin menghapuskan penggunaan mobil impor sebagai kendaraan dinas pada masa jabatannya.

Baca Juga: Prabo Ingin Maung Pindad Jadi Mobil Gubernur, Bay: Harapkan Arahan Besar

Oleh karena itu, Prabhu berencana menggunakan ‘Maung’ buatan Pindad sebagai kendaraan dinas para ajudannya.

Namun menjadikan Maung sebagai kendaraan legal tidak semudah yang dikira. Sebab, jika sumber-sumber tersebut akan diberikan kepada seluruh jajaran pemerintahan baru termasuk menteri, wakil menteri, pimpinan perusahaan, dan pejabat senior.

Glao menjelaskan: “Setidaknya ada 136 pejabat. Mengingat biaya warga sipil Maung adalah 1,2 miliar franc Rwanda per unit. Jadi, anggaran pemerintah harus dialokasikan secara khusus hingga 163,2 miliar.”

Menurut Gallo, hal itu bahkan tidak dihitung bagi pejabat Kelas 1.

Glaw juga merujuk pada pernyataan Eric Tuhir yang menyebut usulan Maung untuk meminta 4.600 unit ke Kementerian Pertahanan dalam dua tahun ke depan juga sangat memperhatikan anggaran Rp 5,5 triliun (sesuai harga yang sama).

Oleh karena itu, transparansi pengadaan maung penting untuk memenuhi permintaan dan tidak menimbulkan risiko korupsi. Ini menjadi beban tambahan APBN yang sudah lemah akibat pembayaran utang dan pemotongan pajak, kata Glao. .

Ia menambahkan, cerita mempromosikan karya negara juga sangat tidak pantas jika hanya dinikmati oleh kalangan elite.

Galau (mcr10/jpnn) menyimpulkan: “Sebenarnya tantangan ke depan adalah bagaimana mentransformasikan Maung menjadi cabang yang diminati pasar dengan teknologi unggul dan produksi yang andal.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *