saranginews.com, Jakarta – Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan penyedia teknologi digital PT Trans Digital Cemerlang (PT TDC) sepakat bahwa beberapa hal terkait perkembangan transaksi digital, khususnya penggunaan Kode Respon Cepat Indonesia ( QRIS) harus diterapkan secara maksimal.
Perkembangan sistem peningkatan mutu sangat pesat, namun masih terdapat beberapa keraguan yang menimbulkan kekhawatiran serius, kata Wakil Ketua Jenderal Komunikasi dan Informatika Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Verli Ganandoto.
Baca juga: Kampanye Pekan Nasional QRIS 2024, BI Gandeng Pandora Box dan Payment Gateway YUKK
Salah satunya adalah fokus QRIS yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Sementara itu, meski jumlahnya terus bertambah, pengguna QRIS di luar Pulau Jawa masih menghadapi banyak kendala.
Hal pertama dan paling mendasar yang disampaikannya adalah infrastruktur konektivitas untuk mendukung pembayaran digital di seluruh tanah air.
Baca juga: AGI dan Perusahaan Digital Sepakat Dampak Positif QRIS Bagi Industri Game
“Sinyal seluler mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia, namun tergantung kecepatan atau konektivitas di seluruh wilayah, perlu didistribusikan secara merata. QRIS membutuhkan kecepatan internet yang baik,” kata Fairlie.
Ia menambahkan kendala kedua adalah literasi. Menurut Fairlie, di banyak daerah di Pulau Jawa, tingkat literasi masyarakat tentang QRIS juga perlu ditingkatkan.
Baca Juga: Kabar Gembira, Jamaah Haji dan Umroh Bisa Bayar Pakai QRIS Saat Berbelanja di Mekkah
Berdasarkan data terakhir OJK, tingkat melek huruf QRIS masyarakat Indonesia masih di angka 30 persen.
Menurut Fairley, tingkat pengetahuan tentang QRIS harus setara dengan standar literasi keuangan negara yang sudah mencapai 90 persen.
“Beberapa waktu lalu saya ke Wonosobo dan bertemu dengan penjual Es cendol dawet. Pembayarannya menggunakan opsi QRIS. Tapi saat saya tanya ke penjualnya, dia tetap memilih membayar tunai masih lebih baik menggunakan uang tunai di Pasar Wonosobo. Artinya, literasi masyarakat harus ditingkatkan untuk menciptakan ekosistem cashless dengan sistem peningkatan kualitas.
Lebih lanjut, Fairlie juga mendorong lembaga keuangan daerah seperti Bank BPR dan BPD untuk lebih aktif dalam komunitas QRIS.
Tak hanya itu, Fairlie juga berharap pemerintah daerah menggandeng financial technology agar warga semakin mengenal QIMS.
Terakhir, Fairley juga menyarankan pemerintah untuk meningkatkan keamanan siber terkait pembayaran digital.
Pasalnya, masyarakat, dunia usaha, dan konsumen yang tertarik dengan ekonomi digital dan e-commerce memerlukan keamanan saat melakukan pembayaran QRIS.
“Ini bukan hanya tanggung jawab BSSN atau Kominfo saja. Namun penyedia dan pengguna layanan pembayaran QRIS juga harus memastikan keamanan siber dalam transaksi QRIS. Jumlah pelaku kejahatan yang mengganti label QR untuk melakukan penipuan semakin meningkat. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab kita bersama, ” pungkas Fairley. .
Indra, peserta pelatihan dan direktur utama PT Trans Digital Cemerlang (TDC), mengakui kecepatan dan pengetahuan internet menjadi hal utama yang perlu ditingkatkan dalam pengembangan teknologi pembayaran digital melalui QRIS.
Pihaknya mendukung penuh peningkatan literasi digital di seluruh Indonesia karena hal ini penting di era modern.
“Saya sepakat dengan KADIN bahwa digitalisasi harus terus diarusutamakan dan dimaksimalkan secara sosial serta harus menjawab tantangan zaman. Digitalisasi ini juga merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap perkembangan perekonomian nasional,” kata Indra.
Indra meyakini seluruh komponen yang terkait dengan pergerakan perekonomian, baik pemerintah maupun non-pemerintah, akan terus berupaya hingga digitalisasi meluas ke seluruh transaksi di Indonesia.
Inovasi penting bagi setiap pihak untuk meyakinkan masyarakat, terutama para pebisnis yang ingin melakukan transformasi sistem pembayaran dari tradisional ke digital.
Perusahaan juga terus melakukan inovasi, salah satunya pada produk pembayaran Posku Lite melalui QRIS dengan memberikan insentif bantuan literasi keuangan, workshop dan seminar pemasaran digital, serta insentif lainnya untuk menjadi mitra.
Beberapa diantaranya menggandeng komunitas Tamado di wilayah Sumatera untuk menjangkau UMKM di wilayah tersebut.
Posku Lite juga mengikuti Pekan Raya Jawa Tengah dan Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) di Bali yang baru-baru ini mengadakan IKAPPI FEST di Bali.
“Keterlibatan Poskulit di Pulau Sumatera, Jawa Tengah, dan Bali tentunya untuk mendukung dan memfasilitasi literasi para pengusaha dan UKM di ketiga provinsi tersebut dalam memberikan kemudahan dan kecepatan dalam mendaftar dan menyelesaikan transaksi usaha.” “Atas kurangnya pemahaman mengenai kegunaan dan manfaat yang diberikan oleh aplikasi teller digital,” kata Indra.
Menurut Indra, rendahnya kesadaran dan literasi membuat masyarakat khususnya pedagang masih takut menggunakan aplikasi digital tersebut.
Bahkan, ia mengatakan software loker digital memiliki banyak keunggulan, salah satunya pencatatan transaksi, arus keluar masuk barang atau uang lebih aman dan terpercaya dalam berbisnis.
Indra juga mengamini pentingnya edukasi dan pendampingan keuangan kepada UKM, khususnya dalam menyusun laporan keuangan yang baik.
Namun Indra berharap perusahaan yang memberikan bantuan dan konsultasi digital sudah tersertifikasi ISO 9001:2015 tentang manajemen mutu, ISO 37001:2016 tentang sistem manajemen anti suap, dan ISO 27001:2022 tentang sistem keamanan informasi.
“Cara penerapan ISO yang paling sederhana adalah dengan cepat merespons masukan pengguna (pedagang) dari berbagai saluran informasi. ISO juga menghindari kemungkinan kebocoran data,” tambahnya. (Hati/JPNN)