Dukung Program 3 Juta Rumah di Era Pemerintahan Baru, BTN Siapkan Strategi

saranginews.com, Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (BTN) telah menyusun strategi komprehensif untuk mendukung program 3 juta rumah yang diusung pemerintahan baru yang dipimpin Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan pihaknya sedang melakukan konsultasi intensif dengan Satgas Perumahan Pemerintahan Prabowo Subianto untuk membahas kebijakan yang menyasar ekosistem perumahan Tanah Air dari hulu hingga hilir, baik dari sisi supply maupun demand.

Baca juga: Aset BTN meningkat 26 persen

“BTN sangat mengapresiasi rencana pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Bapak Prabowo Subianto dalam menyediakan perumahan terjangkau dan layak huni melalui program 3 juta rumah. Sebagai peserta program ini, BTN berkontribusi dalam perumusan kebijakan agar pemerintah dapat mencapai tujuan dan pertumbuhan ekonomi, mengatakan mereka bisa mencapai “tingkat negara bagian yang lebih tinggi”.

Sebagai latar belakang strategi yang diajukan FTA, Nixon menjelaskan bahwa permasalahan sektor perumahan tidak hanya pada pembiayaan, namun juga memastikan sisi permintaan dan penawaran dapat saling memuaskan dan melengkapi.

Baca juga: SIG dan Pelindo Logistics Perkuat Sinergi Operasional

Dalam hal ini, sisi penawaran mengacu pada produksi dan ketersediaan rumah dan lahan, dan sisi permintaan mengacu pada kebutuhan dan kemampuan konsumen atau pengguna akhir.

Nixon menjelaskan, di sisi penawaran, FTA mendukung pengembang dengan memberikan pembiayaan dalam bentuk pinjaman konstruksi baik untuk perumahan berbasis lahan (rumah dengan tanah) maupun bangunan bertingkat tinggi (rumah berdiri).

Baca Juga: Tingkatkan Pelayanan di Jateng, BTN Perluas Jaringan hingga Lingkungan Kampus

Sedangkan dari sisi permintaan, BTN memberikan kredit kepada konsumen untuk membeli rumah, membangun rumah di atas tanah yang ada, atau merenovasi rumah.

“Jadi misalnya masyarakat sudah punya rumah di desa tapi tidak layak huni, FTA mendanai renovasinya,” kata Nixon.

Dalam konteks industri perumahan yang lebih luas, Nixon mengatakan FTA juga memberikan masukan kepada Satuan Tugas Perumahan mengenai rencana yang sama sehingga pemerintah dapat mempertimbangkan programnya sendiri.

Dari sisi penawaran, FTA menunjukkan bahwa banyak permasalahan di bidang perencanaan tata ruang dan sertifikasi lahan dan perumahan perlu ditangani terlebih dahulu, karena melibatkan institusi yang berbeda dan peraturan yang tumpang tindih.

Sementara dari sisi permintaan, masyarakat perlu terus diberikan edukasi bahwa perumahan tidak harus berupa rumah di atas tanah, tetapi juga hunian vertikal.

Selain itu, dari sisi permintaan, FTA juga menawarkan skema pembiayaan subsidi baru kepada Pokja Perumahan, sehingga subsidi yang disalurkan lebih tepat sasaran, efisien dan tidak membebani keuangan negara.

Penyesuaian skema subsidi dikelompokkan berdasarkan kriteria pendapatan (klasifikasi kesejahteraan) menjadi Komunitas Berpenghasilan Rendah (LMC) dan Komunitas Berpenghasilan Tanggungan (MBC).

Berdasarkan rencana pemerintah Prabowo, Program Tiga Juta Rumah menargetkan pembangunan 2 juta rumah di pedesaan dan 1 juta apartemen di kota-kota besar.

Pemerintahan Prabowo memprioritaskan pembangunan rumah di daerah pedesaan, karena proyek perumahan akan meningkatkan perekonomian di desa dan menampung pekerja lokal.

Pada saat yang sama, Bonnie Z. Minan, anggota gugus tugas perumahan pemerintahan Prabowo Subianto, mengatakan program tiga juta rumah merupakan penyimpangan dari visi pemerintah baru untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari saat ini 5% menjadi setidaknya 8%.

Program ini didorong oleh peningkatan ekonomi pedesaan, yaitu sarana pembangunan rumah di pedesaan.

“Kami melihat program perumahan sebagai pendorong pembangunan yang paling efektif untuk pengentasan kemiskinan. “Sampai saat ini masyarakat kaya sudah menikmati subsidi BBM, sedangkan masyarakat miskin seharusnya bisa memanfaatkan subsidi tersebut dalam bentuk perumahan yang terjangkau dan layak huni,” ujarnya.

“Pasti akan disubsidi oleh pemerintah. Kalau ya, perbankan pasti siap mendukung program tersebut, yang kemudian akan diikuti oleh pengembang dan kontraktor,” tambah Boni.

FTA mampu mendukung program tiga juta rumah karena menjadi tulang punggung program satu juta rumah di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Melalui program ini, BTN menguasai 80% pangsa pasar sekitar 300.000-400.000 unit CPR bersubsidi per tahun, kata Direktur Pelanggan BTN Hirwandi Ghafar.

Karena program ini bertujuan untuk membangun tiga juta rumah, Hirvandi mengatakan FTA terus-menerus mengubah bisnisnya dan melakukan perbaikan internal.

Misalnya memperkuat infrastruktur dengan teknologi sehingga pengambilan keputusan kredit tidak lagi manual dan cepat serta efisien.

Di bidang pembiayaan, Hirwandi mengungkapkan FTA siap menjajaki sumber pembiayaan dalam dan luar negeri (offshore), termasuk memfasilitasi sekuritisasi aset KPR.

“Saat ini nilai sekuritisasi KPR di Indonesia masih sangat kecil. Dengan lebih banyak sekuritisasi, pembiayaan jangka panjang yang lebih murah mungkin tersedia. Selain itu, kita perlu mendorong dana investasi berkelanjutan, yang juga direncanakan oleh pemerintahan baru. “Semua ini akan sangat membantu program tiga juta rumah,” jelas Hirvandi (chi/jpnn).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *