saranginews.com, Kendari – Bupati (Dewan) Konawa Selatan Sarnuddin Danga mendapat kecaman usai mencopot Camat Bate Sudarsan yang kerap diidentikkan dengan guru terhormat Supriyani dalam menangani persoalan hukum.
Diketahui, guru Supriyani kini diadili karena diduga melakukan pemukulan terhadap seorang siswa yang juga merupakan anak seorang polisi.
Baca Juga: Bupati Pecat Camat Beita Terkait Kasus Supriyani, Sahroni: Haruskah Rakyat Ditolak Kekayaannya?
Di tengah heboh kasus Guru Honorer SDN 4 Baito, keputusan konsul bupati memecat Camat Baito Sudarsan sempat menghebohkan publik.
Nah, pada akhirnya Bupati Surunuddin mengatakan, pencopotan Sudarsan dari jabatan Camat tidak ada kaitannya dengan tindakan anak buahnya dalam mengusut kasus Guru Terhormat Supriyani.
Baca juga: Polisi Sebut Truk Kontainer Tabrak Sejumlah Pengemudi di Tanggerang
Saat ditemui di Kendari, Surnuddin mengatakan, penggantian Camat Beit Suderson dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Dewan Kabupaten Ivan Ardiansyah merupakan bentuk arahan Pemerintah Kabupaten (PEMCAB) kepada Suderson.
Pada Kamis (31/10/2024), Surunuddin Danga mengatakan, “Dia ditarik menjadi staf sekretariat daerah sebagai pelatih kinerja (Camat Baita Sudarsan).”
Baca Juga: Kasus Guru Supriyani: Kepala Sekolah Ungkap Saat Dipanggil Polisi, Ujungnya Pahit
Menurut dia, pencopotan Camat Beto tersebut bukan karena Sudarsono sering mendampingi Supriyani, melainkan karena beberapa hal yang disesalinya sebagai Bupati Konawa Selatan.
Satu hal yang meresahkan Sarnuddin adalah belum mendapat laporan apapun dari Camat Baito terkait kasus guru Supriyani yang viral di berbagai media sosial.
“Saya lihat bergerak kemana-mana. Tiba-tiba dia (Sudarsono) telepon saya, katanya mobil saya ditembak, serius, padahal kita belum bisa memastikan apakah itu tembakan atau harus diselidiki dulu,” ujarnya. .
Dalam wawancaranya dengan media, Sarnuddin pun menyayangkan tindakan Camat Baito, Sudarsan, dan langsung mengatakan pecahan kaca jendela mobil dinas Camat Baito menjadi penyebab terjadinya penembakan.
“Saya menyayangkan, saat diwawancarai dengan pakaian dinas, katanya ditembak (mobil dinas Camat Beto), ini fatal,” kata Sarnuddin.
Ia mengingatkan, salah satu fungsi wakil bupati adalah mengulurkan tangan kepada bupati untuk menciptakan kondisi yang kondusif di masyarakat.
Penembakan dapat memperburuk situasi di distrik Baito dan membuat takut masyarakat.
“Saya tidak ingin daerah saya di South Conaway dianggap rawan, sehingga daerah Bateau dianggap daerah gelap karena ada penembakan,” ujarnya.
Meski memecat Sudarsan, Sarnuddin mengatakan kliennya tetap akan memberikan pendampingan kepada guru honorer SDN 4 Bait Supriyani untuk menghadapi kasusnya di pengadilan.
“Tugas pemerintah membantu Supriyani,” ujarnya.
Suranuddin menambahkan, pasca putusan pengadilan atas kasus keluarga Supriyani dan Epda Wibowo Hasim, kliennya akan terus melakukan rekonsiliasi kedua pihak.
Hal itu dilakukannya karena kedua belah pihak merupakan warga satu wilayah di distrik Baito.
Sementara itu, Sudarsono meminta maaf kepada Bupati Konawa Selatan Surunuddin Danga karena tidak melaporkan kejadian tersebut kepada warganya di Kecamatan Beto.
Saya minta maaf kepada Bupati, kata Sudarsono yang mengkritik Ahmed Sahroni.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni heran dengan sikap Bupati Konawa Selatan Surunuddin Danga yang mencopot Sudarsona Mangidi dari jabatan Bupati Beto.
Pemecatan camat tersebut imbas dari viralnya kasus guru SDN 4 Baito Supriyani yang dituduh menampar seorang siswa yang juga merupakan anak seorang polisi.
Sarnuddin mengaku mencopot Sudarsan karena kejadian itu terjadi di wilayahnya dan sebagai camat, kejadian itu tidak pernah dilaporkan ke Bupati.
Langkah Dewan Bupati di Sulawesi Tenggara (Sultra) mengejutkan Sahroni.
“Oh lho, keputusan Bupati Konawa Selatan ini mengagetkan saya. Kenapa harus memakai seperti itu dan melepasnya di akhir? Tidak masalah, justru terkesan intervensi dan menimbulkan pertanyaan, kata Sahroni melalui keterangan tertulis, Kamis (31/2024).
Politisi NasDem itu menilai, semua pihak harus mendukung polisi dalam menyelesaikan kasus tersebut, apalagi Prop Poldo Sultra sudah turun tangan dalam penyidikan.
“Kalau nanti polisi merasa ada kejanggalan, mereka akan mengambil tindakan. Yang pertama, jangan sampai mereka terlibat dalam inisiatif-inisiatif yang aneh-aneh. Apakah perlu mengambil tindakan terhadap sesuatu yang membuat masyarakat tidak mungkin bisa menghindarinya?” selesai?” Sahroni (Gemuk/Semut/JPNN) berkata penuh tanya.
Baca artikel lainnya… Kasus Guru Supriyani: Usai Baito Kehilangan Jabatan Bupati, PROPM Periksa 6 Polisi