saranginews.com, TENGGARONG – Lembaga Penelitian Pemilihan Umum Indonesia (LKPI) melakukan survei terhadap Pilkada Kutai Kartanegara (Pilkada Kukar).
Survei dilakukan pada 27 September hingga 1-9 September. hingga Oktober 2024.
BACA JUGA: Survei LKPI: Jumlah pemilih 53,7 persen, Dendi Suryadi-Alif berpotensi menangkan Pilkada Kukar
Direktur LKPI Togu Lubis mengatakan survei sampel dilakukan dengan metode multi stage random sampling.
“Terbukti efektif mendapatkan data yang representatif,” kata Togu dalam keterangannya, Sabtu (12/10).
BACA JUGA: Dendi Suryadi Bersinar di Survei JJI Sebagai Calon Camat Kukar 2024
Proses pengumpulan dan analisis data dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner yang dirancang secara sistematis.
Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan relevan yang tujuannya untuk mengetahui pendapat dan pilihan responden terhadap pasangan calon yang bersaing di Pilkada.
BACA JUGA: Jajak Pendapat TBRC: Komunitas Dendi Suryadi Kukar Ingin Berkuasa
Hasil jajak pendapat menunjukkan pasangan calon bupati dan wakil bupati Kukar, Dendi Suryadi dan Alif Turiadi, lebih unggul dibandingkan calon lainnya.
Kompatibilitas pasangan ini mencapai 54,7 persen, menjadikan mereka pemimpin penelitian.
Sedangkan pasangan Edi Damansyah dan Rendi Solihin yang merupakan petahana hanya mendapat 26,6 persen, kata Togu.
Kemudian pasangan calon independen (paslon) Awang Yacoub Luthman dan Ahmad Zais memperoleh elektabilitas 2,6 persen.
“Sebanyak 16,1 persen dari mereka yang disurvei tidak menjawab,” tambahnya.
Untuk mengetahui lebih jauh preferensi masyarakat, menurut Togu, penelitian juga menggunakan kuesioner yang berisi nama dan foto tiga calon pasangan.
Responden diminta menyatakan preferensinya jika pilkada dilaksanakan hari ini.
Hasil tabel data menunjukkan pasangan Dendi Suryad dan Alif Turiad dipilih oleh 60,8 persen responden, ujarnya.
Sedangkan, lanjutnya, Edi Damansyah dan Rendi Solihin terpilih dengan suara 31,4 persen.
Pasangan calon independen, Awang Yacoub dan Ahmad Zais, dipilih 3,1 persen, sedangkan 4,7 persen menyatakan tidak memilih.
Selain itu, hasil jajak pendapat menunjukkan tingkat simpati masyarakat terhadap pasangan Dendi Suryad dan Alif Turiad mencapai 78,8 persen.
Sebaliknya, tambah Togu, pasangan Edi Damansyah dan Rendi Solihin memperoleh tingkat kesukaan sebesar 51,9 persen, sedangkan pasangan Awang Yacoub dan Ahmad Zais memperoleh tingkat kesukaan sebesar 29,6 persen.
Tingginya simpati terhadap Dendi Suryad dan Alif Turiad menunjukkan bahwa masyarakat menilai keduanya merupakan kandidat paling populer.
Rendahnya elektabilitas Edi Damansyah yang menjabat Bupati Kukar dua periode diperkirakan berkorelasi dengan tingkat persetujuan yang hanya mencapai 28,2 persen.
“Sebanyak 71,8 persen warga Kukari mengungkapkan ketidakpuasan terhadap kinerja pejabat saat ini, mencerminkan tantangan besar yang harus dihadapi penanggung jawab dalam mempertahankan dukungan publik,” jelasnya.
Hasil survei juga menunjukkan 81,6 persen warga Kukar menilai Edi Damansyah dan Rendi Solihin gagal dalam pembangunan sektor pertanian.
Menurut Togu, banyak petani yang mengeluhkan berbagai permasalahan, seperti infrastruktur pertanian yang belum memadai dan sulitnya akses terhadap pupuk.
Keluhan lainnya adalah kurangnya pembangunan lahan pertanian dan jalan desa yang diperlukan untuk mendukung program pertanian.
Apalagi distribusi kebutuhan air bersih di masyarakat dinilai masih sangat kurang, tambah Togu.
Selain itu, tambah Togu, sekitar 69,7 persen masyarakat menyatakan kesulitan dalam pengadaan bahan bakar minyak (BBM) untuk alat pertanian, selain terbatasnya pasokan pupuk dan peralatan pertanian.
“Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan faktor penting yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kegiatan pemerintah daerah,” ujarnya.
Survei tersebut juga mencatat 74,6 persen warga Kukari menggunakan media sosial sebagai sumber informasi utama dalam menentukan pilihan bupati.
Pada saat yang sama, 71,6 persen responden mengandalkan percakapan dengan teman, keluarga, dan kerabat sebagai sumber informasi penting.
“Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi informal masih menjadi faktor penting dalam proses pengambilan keputusan pemilih,” kata Togu lagi.
Dia merinci, tingginya elektabilitas Dendi Suryad dan Alif Turiad bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, tingkat persetujuan masyarakat sangat tinggi, mencapai 78,8 persen.
Selain itu, survei mencatat 70,2 persen warga Kutai Kartanegara berharap akan ada pemimpin baru yang bisa membawa perubahan.
Kedua faktor inilah yang menjadi alasan kuat tingginya elektabilitas pasangan Dendi Suryad dan Alif Turiad, jelasnya.
Dijelaskannya, hasil survei ini mencerminkan adanya perubahan signifikan pada masyarakat Kutai Kartanegara.
Dimana mereka memandang pasangan calon Dendi Suryad dan Alif Turiad sebagai simbol harapan masyarakat terhadap pemimpin yang mampu memberikan inovasi dan perubahan yang diperlukan.
Lanjutnya, masyarakat secara umum nampaknya menginginkan pemimpin yang mampu memberikan solusi nyata terhadap tantangan yang dihadapi kawasan.
Hal ini terutama di bidang pertanian dan infrastruktur untuk meningkatkan kualitas hidup.
Jumlah sampel yang dimasukkan dalam penelitian ini mencapai 1400 responden yang tersebar di 18 kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Jajak pendapat ini memiliki margin of error ±2,62 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
“Angka-angka ini menunjukkan bahwa hasil pemungutan suara mungkin didasarkan pada preferensi pemilih di daerah,” tegas Togu.
Menurut Pengamat politik Nahdaltul Ulama Rikal Dikri, hasil survei tersebut menunjukkan Edi Damansyah dan Rendi Solihin sangat rapuh sebagai pasangan calon petahana.
“Dia berpotensi menang,” kata Rikal.
Menurut Rikal, ada beberapa indikator mengapa petahana bisa kalah.
Pertama, pemilih menyukai komisaris petahana kurang dari 55 persen pemilih yang mengenal petahana.
Kedua, kepuasan terhadap kiprah Edi Damansyah-Rendi Solihin sebagai bupati dan wakil bupati kurang dari 30 persen.
Ketiga, hanya kurang dari 35 persen pemilih yang menginginkan Edi Damansyah – Rendi Solihin kembali menjabat bupati dan wakil bupati periode berikutnya, kata Rikal. (Maret/Juni)