saranginews.com – JAKARTA – Peneliti ekonomi Lembaga Penelitian Kebijakan Publik Indonesia (TII) Putu Rusta Adijaya memperkirakan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat akan berdampak besar bagi Indonesia.
Putu juga mengatakan terpilihnya kembali Trump sebagai presiden AS dapat meningkatkan kebijakan perdagangan internasional yang proteksionis.
BACA JUGA: Prabowo Ucapkan Selamat kepada Donald Trump, Harap Bisa Bekerja Sama Secara Erat
Menurut Putu, terpilihnya Trump yang mengedepankan semboyan “America First” bisa memberikan tekanan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Di tengah ketidakpastian perekonomian global, selain Trump dengan kebijakan ‘America First’, hal ini akan meningkatkan proteksionisme perdagangan internasional yang juga akan berdampak negatif bagi Indonesia. “Efek pertama tentu saja menurunkan potensi ekspor neto Indonesia karena Trump akan menaikkan tarif barang impor ke AS sekitar 10-20 persen,” ujarnya di Jakarta, Kamis (7/11).
BACA JUGA: Donald Trump Menang, Israel Makin Brutal di Timur Tengah
Penurunan ekspor neto ini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi pada triwulan III tahun 2024 sebesar 4,95 persen year-on-year, masih di bawah rata-rata 5 persen yang dicapai dalam beberapa tahun terakhir.
BACA JUGA: Dipastikan Menangkan Pilpres, Donald Trump Janji Sembuhkan Amerika
Dampak kedua adalah arus keluar modal, atau dolar yang kembali ke AS, karena Trump telah berjanji untuk menawarkan insentif besar seperti pemotongan pajak dan deregulasi kepada perusahaan multinasional dan bahkan eksportir AS untuk lebih fokus pada pengembangan produk. dan/atau jasa. di AS.
“Insentif dan kondisi perekonomian dalam negeri di AS lebih menarik dibandingkan kondisi perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia, sehingga ada aliran modal. Dampaknya adalah melemahnya nilai tukar rupee. Perusahaan di Indonesia yang mempunyai uang dalam dolar akan lebih terbebani. Dampak jangka panjang yang mereka khawatirkan adalah efisiensi perusahaan dengan adanya PHK, kata Putu.
Dia mengatakan negara-negara lain bisa melakukan pembalasan terhadap proteksionisme sebagai efek ketiga. Hal ini akan membuat perdagangan internasional semakin menjauhi semangat perdagangan bebas.
“Kebijakan proteksionis sedang terjadi dan kemungkinan akan meningkat karena Trump.” Ini mulai basah. Lembaga Indonesia melihat kebijakan proteksionis di seluruh dunia, seperti pembatasan perdagangan, dengan Tingkat Pertumbuhan Tahunan Majemuk (CAGR) sebesar 82,55% selama periode 2009-2022. “CAGR pembatasan perdagangan barang sebesar 77,63 persen, jasa sebesar 61,68 persen, dan investasi sebesar 52,04 persen,” ujarnya.
Sehubungan dengan itu, banyak kebijakan pertahanan di dunia dikendalikan oleh negara-negara maju. Jika mitra dagang Indonesia melakukan proteksionisme akibat kebijakan Trump, maka kerugian Indonesia akan semakin besar. (antara/jpnn)