saranginews.com, Jakarta – Subholding PTPN III PT Perkebunan Nusantara IV Palmco mendukung mandatori B35 yang diberlakukan pemerintah.
PTPN IV PalmCo juga sedang mempersiapkan berbagai strategi untuk berkontribusi pada rencana B40 bahkan B50 pemerintah di masa depan.
Baca Juga: PTPN IV Palmco bidik akuisisi 2,1 juta bibit premium dari petani sawit
Bentuk dukungan yang diberikan PTPN terhadap penggunaan biodiesel yang dapat menghemat penggunaan bahan bakar fosil adalah dengan meningkatkan produksi CPO dalam negeri melalui pembangunan pabrik biodiesel dan meningkatkan produktivitas kelapa sawit bagi petani kecil. Hal ini ditunjukkan oleh rencana
“Sebagai proyek strategis nasional, PTPN berkomitmen untuk berkontribusi terhadap ketahanan pangan dan energi nasional sesuai dengan instruksi pemegang saham. Oleh karena itu, salah satu dari tiga program strategis yang sedang dipersiapkan adalah percepatan pengembangan energi terbarukan, kata Jatomico Santosa, Presiden dan Direktur PTPN IV PalmCo.
Artikel terkait: Pegadian Dukung Korban Letusan Gunung Lewotovy dan Tak Hanya Berkarya untuk Perusahaan tapi Juga Masyarakat Lokal
Saat ini, PTPN IV sedang mempertimbangkan rencana pembangunan pabrik biodiesel dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 450.000 ton RBDPO di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mankei, Sumatera Utara.
“Saat ini kami sedang melakukan penelitian. Rencananya pabrik biodiesel tersebut akan dioperasikan oleh PT Industri Nabati Lestari, anak perusahaan PTPN, ujarnya.
Artikel terkait: Guna mendukung inovasi lokal, ET PC Desktop Workstations meluncurkan empat model andalan
Pada tahun-tahun mendatang, PTPN IV PalmCo berencana membangun pabrik biogas dengan total kapasitas 3 juta mmBTU dan pabrik bio-CNG dengan kapasitas sekitar 1,3 juta MMBTU.
“Hal ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan energi terbarukan yang tentunya berdampak positif terhadap lingkungan,” ujarnya.
Jatomiko mengumumkan keikutsertaan PTPN dalam program B35 dan rencana program B40 bahkan B50 yang dicanangkan pemerintah. PTPN memiliki anak perusahaan, PT Riset Perkebunan Nusantara, dan anak perusahaannya, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, berhasil menerapkan hal ini. Tes jalan dan pengujian B50 pada kendaraan.
“Sejak April 2019 hingga Juli 2024, kendaraan B50 kami telah menempuh jarak lebih dari 170.000 kilometer tanpa mengalami kerusakan berarti.”
Namun tantangan mendasar dalam ekspansi biodiesel berkaitan dengan kecukupan produksi minyak sawit dalam negeri.
Untuk setiap peningkatan formulasi biodiesel sebesar 5 persen, dibutuhkan pasokan CPO sekitar 2,81 juta KL.
Secara nasional, B40 membutuhkan 16,08 juta kiloliter sedangkan B50 membutuhkan 20,11 juta kiloliter RBDPO (produk turunan CPO).
“Tentunya kami yakin kebijakan B40 atau B50 yang dilakukan pemerintah akan tetap memperhatikan konsumsi dalam negeri, khususnya pertumbuhan industri oleokimia dan minyak nabati. “Untuk itu,” jelasnya.
Untuk memenuhi kebutuhan kedua sektor tersebut, PalmCo meyakini budidaya kelapa sawit skala kecil, yang mencakup 40% areal kelapa sawit nasional, masih rendah, dengan produktivitas rata-rata sekitar 3,4 ton CPO/Ha/tahun. Stok pangan dan energi CPO nasional harus ditingkatkan agar tetap mencukupi.
“Rendahnya produktivitas petani disebabkan tanaman sawit rakyat sudah tua bahkan bobrok. Oleh karena itu, keputusan pemerintah untuk mempercepat “revitalisasi kelapa sawit rakyat” akan menyelesaikan masalah ini. “Dan sebagai PTPN, kami bermaksud mendukung revitalisasi dan peningkatan produktivitas 60.000 hektar lahan kelapa sawit rakyat pada tahun 2026 sesuai dengan instruksi pemegang saham kami,” kata Jatomiko.
Ia berharap dengan kedua strategi tersebut, PTPN dapat memaksimalkan kontribusinya dalam mendukung program biodiesel pemerintah dan berdampak pada konservasi bahan bakar fosil (chi/jpnn).