saranginews.com, Jakarta – PT Industri Battery Indonesia atau Industry Battery Corporation (IBC), sebuah perusahaan induk investasi yang bergerak di bidang produk energi baru, mengumumkan kemitraannya dengan CBL International Development Pte. Ltd. Kepada Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia.
Kerja sama ini diperkuat dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang disaksikan langsung oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.
Baca Juga: PT IBC dan CBL International menjalin kemitraan produksi sel baterai
Kemitraan ini merupakan upaya strategis IBC untuk mendorong proses nikel bottom-up dan pengembangan industri baterai terintegrasi, serta mengembangkan rantai pasokan baterai kendaraan listrik dari atas ke bawah.
Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain baterai terkemuka di pasar global.
Baca Juga: Perkuat Agenda Pembangunan 2024-2029, IBC Usulkan Paket Kebijakan
Dalam kemitraan ini, IBC terlibat dalam rantai nilai yang lebih rendah, termasuk produksi bahan baterai, produksi sel baterai, dan daur ulang baterai.
CEO IBC Tuto Nugroho mengatakan, timnya melaporkan proyek produksi baterai JV 5 kini telah memasuki tahap pertama dan berlokasi di Karawang, Jawa Barat.
Baca juga: Relawan berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi masyarakat di NTT
Melalui upaya bersama, IBC dan CBL bermaksud untuk mengembangkan proyek tersebut secara bertahap dengan target biaya sebesar 1,18 miliar dolar dan mencapai total kapasitas produksi sebesar 15 GWh per tahun, yang cukup untuk memenuhi permintaan domestik dan internasional. katanya.
General Manager Operasi Manufaktur Komersial Internasional CATL Gordon Ann mengatakan proyek pabrik baterai merupakan hal terpenting dalam membangun link dengan ekosistem kendaraan listrik dan industri baterai listrik di Indonesia.
“Kami berkomitmen untuk memperluas kemampuan kami dalam teknologi dan produk baru dan berharap dapat bekerja sama dengan mitra kami di Indonesia untuk mendukung pengembangan upaya elektrifikasi di Indonesia,” kata Gordon.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara RI Bapak Kartika Wirjoatmodjo mencermati peran KPI dan pemangku kepentingan lainnya.
Menurutnya, IBC dapat menjadi pemain kunci yang mampu mengundang investor dan mitra untuk memasuki pasar/industri baterai, mengungguli pemain global lainnya di industri baterai.
Kita juga harus cepat, tangkas, dan fleksibel dalam melaksanakan proyek ini. Kita perlu melihat perubahan teknologi yang berkembang di bidang kendaraan listrik agar bisa bersaing. Harapannya pada tahun 2027 kita bisa melihat hasil JV yang ditandatangani hari ini, yaitu sel baterai. “
Mengingat potensi cadangan nikel Indonesia, Project Dragon diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasokan baterai kendaraan listrik global.
Selain itu, proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang besar di Indonesia, seperti menciptakan lapangan kerja, menarik investasi asing, dan meningkatkan potensi industri energi terbarukan Indonesia.
Proyek ini tentunya akan mendukung komitmen Indonesia untuk mencapai tujuan nol emisi pada tahun 2060.
Melalui kerja sama berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, badan usaha milik negara, dan mitra internasional, Indonesia bergerak menuju masa depan yang mandiri terhadap energi berkelanjutan. (Jepang)
Baca artikel lainnya… IBC MoU dengan CitaGlobal untuk mengembangkan teknologi baterai