saranginews.com, JAKARTA – Amarta, band post/sludge/power metal asal Jakarta, akhirnya merilis album full-length pertamanya, Nodus Tollens.
Pengerjaan sejak tahun 2019, album ini mencerminkan kesabaran, kegigihan dan eksplorasi musik yang mendalam dari band beranggotakan Raja Phangbian (gitar), Ulya Akbar (drum), Anida Bajumi (bass) dan Tekka Aurelia (vokal). dan Lodi Adrian (penyintesis).
Baca Juga: Amarta Tampilkan Kegelisahan dan Eksplorasi di Album Nodus Tollens
Dengan Nodus Tollens, Amarta menghadirkan pengalaman mendengarkan yang kaya secara emosional, mendalam, dan reflektif.
Judul Nodus Tollens diambil dari istilah yang menggambarkan situasi yang sering dialami di dunia yang terus berubah, ketika seseorang menyadari bahwa narasi hidupnya sudah tidak masuk akal lagi.
Baca Juga: Amarta Buka Babak Baru dengan Hijrah.
Melalui album ini, Amarta mengajak pendengarnya untuk mengeksplorasi perjalanan batin kegelisahan eksistensial, refleksi kehidupan, dan menghadapi kekacauan dunia nyata.
Secara musikal, Nodus Tollens merupakan album yang menggabungkan berbagai elemen mulai dari genre post-metal dan doom/sludge hingga shoegaze dan indie pop.
Baca Juga: Amarta Luncurkan Chevron Penuh Kontras
Tim Amarta memadukan kekuatan instrumen padat dengan susunan berlapis yang memberikan nuansa atmosfer penuh tekstur dan kedalaman.
Di balik aransemen yang berat dan gelap terdapat lapisan melodi yang lembut, reflektif, dan menenangkan.
“Bermula saat saya kuliah di luar negeri di Australia pada tahun 2018. Selama di sana, saya banyak membuat riff yang seharusnya menjadi lagu band Revenge, tapi menurut saya kurang cocok karena cuacanya terlalu dingin.” Kata Raja Phangbian.
Materi musiknya dikembalikan ke Indonesia dan digarap serius secara eksklusif untuk proyek Amarta sejak tahun 2019.
Amarta mulai menggarap albumnya dengan sungguh-sungguh setelah bertemu dengan gitaris Sringai Ricky Seahan pada tahun 2021.
Di bawah manajemen produser Ricky Seahan, Nodos Tullens telah menjadi proyek musik yang penuh tantangan dan kesenangan.
“Menjadi produser Amarta adalah sebuah tantangan yang menarik, karena pendiri band ini adalah musisi-musisi yang berakar pada musik ekstrim, jadi mereka adalah musisi-musisi yang ahli dalam instrumennya dan sekarang lebih mengeksplorasi ‘feel’ daripada kecepatan dan teknik prosesnya lebih musikal,” kata Ricky Seahan.
Anida dari Amarta menjelaskan, pengerjaan album tersebut sudah dikerjakan sejak akhir tahun 2019, saat ia baru bergabung dengan Amarta.
“Untuk beberapa materi, Raja Wakbar di Melbourne membuat kerangka yang kami perbaiki dan kembangkan kembali bersama-sama,” jelasnya.
Seiring berjalannya waktu, banyak hal yang disesuaikan karena adanya perubahan dan penambahan yang dilakukan oleh masyarakat Amartha.
Selain itu, Amarta juga banyak menyelenggarakan workshop ‘komposisi’ lagu-lagu yang sudah ada.
“Kami juga melakukan workshop di berbagai lokasi, namun kebanyakan studionya tidak sesuai. Proses rekaman album semua dilakukan di Indonesia. Bass direkam di Studio Syailendra. Gitar, synthesizer, dan vokal direkam di Kandang Studio Jakarta. Drum. .. “Di Tangerang Soundbub Studio,” jelasnya.
Raja Panggabean juga memberikan kredit kepada Haryo Widi (Oyob) atas keterlibatannya dalam pengembangan album ini dan tiga single pertama Amarta.
“(Ayub) adalah salah satu sound engineer paling berbakat di industri musik saat ini. Perannya penting karena kami berdua memiliki selera musik yang sama. Band ini. “Arahnya,” tambahnya.
Setiap anggota Amarta membawa warna dan energinya masing-masing ke dalam album Nodus Tollens.
Proses yang berlangsung selama beberapa tahun ini menghasilkan sebuah karya musik yang penuh dengan refleksi pribadi, pengalaman kolektif, dan eksplorasi emosi yang mendalam.
Album Nodus Tollens berisi 10 lagu, 3 diantaranya dirilis ke publik.
Amarta berjanji tujuh lagu sisanya tidak akan mengecewakan pendengarnya.
Dalam proses penulisan lagunya, Amarta menggunakan pendekatan kolektif, dimana setiap anggota berkontribusi dengan cara yang unik.
Dalam album debutnya Nodus Tollens, Amarta tampil memukau dengan komposisi ulang komposisi legendaris Kala Sang Surya Tenggelam.
Sebelumnya, lagu ciptaan Guru Sukarnoputra ini dipopulerkan oleh Chrissy dan dirilis dalam album Sabda Alam tahun 1978.
Ulasan penggemar terhadap keputusan untuk membuat lagu juga sangat positif. Komposisi lagunya merupakan lagu yang sangat indah dan kelam yang sesuai dengan mood Amarta, sehingga tidak ada perubahan yang berarti.
Lagu Kala Sang Surya Tenggelam sudah berkali-kali dibawakan saat live konser Amarta dan selalu meninggalkan kesan tersendiri bagi penontonnya.
“Dari segi struktur lagu, kami benar-benar mengikuti struktur lagu aslinya. Yang saya lakukan sebagai gitaris adalah mencoba meniru feeling dan atmosfir yang dihadirkan oleh lagu aslinya dalam bentuk Amarta,” Raja Phangbian. lanjutan. .
Amarta menambahkan, cover album Nodos Tullens dikerjakan oleh Ramsay Pirhad yang juga mengerjakan cover Dara Moda dan Muses Festi Barello.
Album Nodus Tollens sudah tersedia di berbagai platform streaming musik, dengan versi vinyl fisik dan CD segera hadir.
Amarta juga merencanakan serangkaian tur promosi dan pertunjukan live untuk merayakan perilisan album Nodus Tollens. (ded/jpnn)