Para Buruh Rekomendasikan Resolusi Melawai Bagi Pemerintahan Prabowo

saranginews.com – JAKARTA – Majelis Nasional Asosiasi Pembela Politik yang digelar Senin (14/10) hingga Selasa (15/10) di Jakarta merekomendasikan resolusi Melawai kepada pemerintahan Prabowo Subianto.

Resolusi Melawai merupakan rekomendasi mengenai kebijakan ketenagakerjaan. Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan pekerja dan mototaksis online dari 71 organisasi.

BACA JUGA: Pemimpin Muhammadiyah ini calon menteri pendidikan di pemerintahan Prabowo

“Enam konfederasi dan 62 federasi serikat pekerja, serta tiga organisasi ojol ikut serta. Pertemuan ini bukan untuk mengadvokasi dukungan, melainkan untuk membuat rekomendasi politik di bidang ekonomi dan ketenagakerjaan,” kata salah satu penggagas pertemuan, Rudi HB sial. dari GSBI. , dalam keterangannya, Rabu (16/10).

Pertemuan itu penuh keakraban. Acara dibuka dengan lagu kebangsaan dan dilanjutkan dengan cerita perjuangan buruh, petani, mahasiswa dan masyarakat miskin kota.

BACA JUGA: Post Gibran memaparkan 4 ide program untuk pemerintahan Prabowo

Pimpinan Partai Buruh yang hadir antara lain Bambang Wirahyoso (KSPN), Jumhur Hidayat (KSPSI), Dedi Hardianto (KSBSI), Wahidin (KBMI).

Dartha Pakpahan (K-SBSI), Joko Wahyudi (K-SARBUMUSI), Arif Minardi (FSP-LEM SPSI) dan Saut Aritonang (SBM-SK), eksponen senior gerakan buruh.

BACA JUGA: Seluruh Pegawai YMMI Berstatus Pekerja Tetap, Jumhur Puji Pengurus

Aktivis serikat pekerja yang ikut serta antara lain Nining Elitos, Sunarti, Mirah Sumirat, Emelia Yanti, Rosdaria dan Raslina Rasyidin.

Dalam sambutannya, Ketua Umum KSPSI Jumhur Hidayat berharap Dewan Pakar Presiden terpilih pasca Pemilu 2024, Prabowo Subianto, bersedia mendengarkan masukan dari kaum buruh.

“Setelah mendengarkan masukan para buruh, diharapkan para peserta bisa sebebas-bebasnya berdialog langsung dengan Kelompok Dewan Pakar Presiden terpilih, sekaligus menyampaikan kegetirannya selama satu dekade terakhir,” ujarnya.

Usai perumusannya, para peserta rapat yang diwakili oleh buruh perempuan secara bergantian membacakan resolusi Melawai yang dihasilkan di hadapan dewan ahli Partai Pro Presiden Terpilih. Dr.Darwin Ginting.

Resolusi Melawai mengingatkan, antara lain, pentingnya pertumbuhan ekonomi inklusif, yang mana seluruh kebijakan pembangunan harus mempertimbangkan dampaknya terhadap tempat kerja. Dengan demikian, industrialisasi yang tepat dan reforma agraria menjadi suatu keharusan.

Resolusi tersebut menyebutkan hancurnya industri dalam negeri akibat masuknya produk asing, baik resmi maupun ilegal.

Untuk itu, pemerintahan baru harus mengevaluasi dan mengatur seluruh regulasi impor, seperti industri tekstil dan produk tekstil, produk elektronik, makanan dan minuman, serta impor kendaraan listrik.

Impor ilegal juga dianggap menjadi penyebab rusaknya industri dalam negeri, sehingga seluruh aparat yang terlibat akan ditindak tegas, baik di pelabuhan impor resmi maupun tidak resmi.

Di tempat lain, resolusi Melawai mencakup harapan bahwa pemerintah akan mencabut program tabungan perumahan rakyat (Tapera), asuransi kendaraan wajib dan iuran tambahan untuk dana pensiun, yang saat ini tidak terlalu mendesak.

Sementara itu, Mirah Sumirat mengatakan pemerintah harus segera menghilangkan sumber permasalahan ketenagakerjaan, yakni UU Cipta Kerja dan peraturan yang menyertainya.

Nining Elitos mengindikasikan perlunya memperluas pasar tenaga kerja asing untuk memasukkan pekerja terampil. Pemerintah juga harus menerapkan Konvensi ILO No. 188 Tahun 2007 tentang pekerjaan di bidang perikanan.

Secara khusus, Ketua Umum KSBSI Elly Rosita Silaban saat masih berada di Brussels, Belgia, menyampaikan pentingnya transformasi menuju energi bersih. Ia menilai hal tersebut harus direncanakan secara matang dan memenuhi rasa keadilan agar tidak ada satupun pihak yang merasa tertinggal, khususnya para pekerja.

Sementara itu, Ketua Umum FSP LEM SPSI Arif Minardi menyoroti kekurangan energi. Menurutnya, netralitas karbon perlu diprioritaskan, dibandingkan beralih langsung sepenuhnya ke kendaraan listrik sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan.

“Sebagai masa transisi, mobil hybrid bisa dikembangkan sehingga tidak perlu melakukan PHK dan juga bisa merekrut tenaga kerja baru di bidang ketenagalistrikan, serta pekerja yang melakukan penanaman pohon sebagai upaya netralisasi karbon,” ujarnya. kata Arif Minardi. (gir/jpnn)

BACA PASAL LAIN… 3 kriteria calon menteri di kabinet pemerintahan Prabowo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *