saranginews.com, JAKARTA – Dewan Pesantren Ma’had Dakwah Indonesia menggelar diskusi dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional pada Selasa 2024 (MAPADI) di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen Indonesia, Jakarta.
Wakil Ketua MPR RI sekaligus Ketua PP MAPADI Ayi Abdul Rosyid yang juga Ketua MAPADI Syuro Hidayat Nur Wahid atau Dewan HNW turut hadir dalam upacara tersebut dan menjadi pembicara dalam acara tersebut.
BACA JUGA: PBNU: Santri harus terus berjuang demi kebaikan negara
Hadir pula Ketua PWNU Jakarta Samsul Ma’arif, Wakil Ketua Forum Alumni Pondok Pesantren Gontor Sofwan Manaf, Ketua Pelaksana Harian YAPIDH Ahmad Kusyairi Suhail, dan Ketua Fatwa MUI Muhammad Asrorun Ni’am Sholeh. argumen.
Dalam sambutannya, Ayi Abdul Rosyid menyampaikan bahwa peringatan Hari Santri Nasional merupakan salah satu bentuk pengakuan terhadap peran abangan dalam perjuangan negara.
BACA JUGA: Hari Santri Nasional, Danone Indonesia-Persatuan Ekonomi Pondok Pesantren 5000 Anakan Tanaman
Ia kemudian mengatakan bahwa Keputusan Jihad harus ditegakkan kembali di dunia pesantren untuk berkontribusi terhadap pembangunan negara.
“Sekolah Islam akan terus berjuang menjadi pertahanan terakhir moralitas bangsa dan menjaga kelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Ayi Abdul Rosyid dalam siaran pers MAPADI, Kamis (23/10).
BACA JUGA: Hari Santri, Polsek Rohul Ajak Bahrul Ulum Ikut Sukses Pilkada Damai
Dalam sambutannya, ia juga mengucapkan selamat kepada Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka atas pelantikan mereka sebagai presiden dan wakil presiden RI periode 2024-2029.
Ayi Abdul Rosyid berharap kebijakan pemerintahan Prabowo-Gibran bisa lebih memberikan dukungan kepada dunia pendidikan, khususnya sekolah Islam.
“Dalam MAPADI ini kami tegaskan bahwa pesantren siap menjadi mitra strategis pemerintah dalam mempersiapkan generasi terbaik menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Sementara itu, HNW dalam sambutannya menyampaikan bahwa hari libur nasional Santri yang diperingati pada tanggal 22 Oktober ini terinspirasi dari Fatwa Jihad atau Putusan Jihad yang digagas KH Hasyim Asy’ari.
Menurutnya, para kiai dan santri dengan berbekal fatwa berjuang keras melawan kedatangan Belanda yang ingin menjajah Indonesia.
“Ini berkah 22 Oktober, Indonesia terselamatkan dan Indonesia berperan besar dalam menyelamatkan kemerdekaan Indonesia dari kemungkinan rekolonisasi Indonesia,” kata politikus PKS itu.
HNW juga menyinggung peran Pondok Pesantren dalam UU Nomor 18 Tahun 2019.
Menurut dia, sejak undang-undang tersebut diundangkan, jumlah sekolah penyelenggara pendidikan Islam meningkat pesat, dari 29 ribu menjadi 41 ribu.
“Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kekuasaan bila dikelola dengan baik. Kekuasaan yang mengusung UU Pesantren. Sebelum adanya undang-undang ini, para santri kesulitan melanjutkan pendidikan di luar bidang agama,” tuturnya.
HNW juga berharap dalam pidatonya agar pemerintahan era Prabowo-Gibran bisa melaksanakan amanat UU Sekolah Islam terkait dana abadi.
Menurutnya, keberadaan Dana Sekolah Islam akan sangat penting dalam meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah dasar Islam.
“Dana Pendidikan Sekolah Islam digunakan untuk mempersiapkan para kiai, santri dan sekolah pendidikan Islam agar dapat memperoleh pendidikan yang lebih baik dalam dunia pendidikan melalui beasiswa seperti LPDP. Artinya, dana tersebut digunakan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah. Sekolah Islam,” ujarnya. (ast/jpnn)