Stres di Tempat Kerja Picu Merokok? Kenali Gejalanya dan Alternatif Mengatasinya

saranginews.com, JAKARTA – Lingkungan kerja yang sangat menantang berkorelasi dengan masalah kesehatan mental. 

Kondisi ini berpotensi mendorong seseorang untuk melakukan kebiasaan berbahaya, salah satunya merokok untuk mengurangi stres. 

BACA JUGA: Bea Cukai Gagal Menyelundupkan 17 Ribu Rokok Ilegal dan Ratusan Smartphone di Bengkalis

Psikolog Sukmayanti Rafisukmawan, M.Psi menjelaskan, lingkungan kerja dengan tekanan yang tinggi menyebabkan seseorang mengalami kesehatan mental, salah satunya stres.

Dijelaskannya, seseorang yang berada dalam situasi stres akan berusaha mencapai keseimbangan dengan menggunakan mekanisme coping, yaitu kebiasaan yang menimbulkan risiko terhadap kesehatan fisik atau mental. 

BACA JUGA: Kadin DKI Nilai Izin Kemasan Polos Rokok Elektronik Sebagai Pembeda

Misalnya saja makan saat stres, minum kafein hingga kurang tidur, terlalu banyak minum alkohol, dan kebiasaan merokok. 

Hal tersebut diungkapkan Sukmayanti saat menjadi narasumber dalam diskusi yang digelar Asosiasi Sadar Resiko Indonesia (MASINDO) bertema “Membangun Sadar Resiko Kesehatan Mental” pekan lalu, dikutip Senin (28/10).

“Membicarakan kesehatan mental bukanlah sesuatu yang sederhana. Ini cukup rumit. Oleh karena itu perlu adanya edukasi, advokasi dan koordinasi dengan berbagai sektor. “Tenaga pemerintah dan swasta, masyarakat dan kesehatan,” kata Sukmayanti.

Menurutnya, untuk mengurangi kebiasaan buruk akibat stres kerja, perlu dilakukan penguatan literasi masyarakat terhadap konsep pengurangan risiko dan penerapan pola hidup sehat. 

Misalnya saja mengonsumsi sayur dan buah, perlahan-lahan mengurangi konsumsi kopi yang banyak mengandung gula, atau beralih ke produk tembakau alternatif bagi karyawan yang kesulitan mengurangi kebiasaan merokok. 

Sukmayanti mengatakan, meski segera berhenti merokok, perokok akan mengalami gejala kambuh sehingga menimbulkan kecemasan dan membuat seseorang tidak bisa berkonsentrasi. 

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengurangan perlahan terhadap kebiasaan berbahaya tersebut dengan menggunakan produk yang terbukti secara ilmiah dapat mengurangi risiko kesehatan seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan dengan tetap berkonsultasi dengan psikolog, jelas Sukmayanti. 

Pada kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Kesehatan Masyarakat dan Spesialis Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dr. Felosofa Fitrya, MMR menambahkan, sebagian besar waktu produktif orang dewasa dihabiskan di tempat kerja.  

“Ketidakseimbangan beban kerja menjadi penyebab utama terjadinya burnout. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan dengan beban kerja tinggi dan ketidakseimbangan upaya-imbalan yang tinggi lebih rentan terhadap kebiasaan buruk seperti merokok dan pola makan tidak sehat sebagai pelarian dari stres, ujarnya.

Felosofa menekankan pentingnya metode untuk mengurangi risiko kesehatan mental di tempat kerja. 

Menurutnya, perusahaan perlu memberikan layanan konseling gratis seperti Employee Assistance Program (EAP) untuk membantu karyawan menghadapi tekanan di lingkungan kerja.  

“Ketika memberikan nasehat kepada karyawan yang mengalami stres tinggi, kami selalu mengajarkan mereka untuk meningkatkan diri dengan mewaspadai pernapasannya dan hasilnya cukup positif,” tutupnya (mcr8/jpnn).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *