Kurikulum Merdeka Mengajak Orang Tua Lebih Dekat dengan Anak

saranginews.com, JAKARTA – Pendidikan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab guru di sekolah, tapi juga orang tua di rumah.

Potret Cerita Kurikulum Merdeka 2024 juga memuat penggambaran keterlibatan orang tua dalam pendidikan anaknya melalui pameran digital https://feskurmer.kemdikbud.go.id.

BACA JUGA: Kemendikbud wujudkan mimpi anak Indonesia lewat berbagai program beasiswa

Enam karya orang tua dipilih untuk dipamerkan.

Karya-karya ini menampilkan kisah-kisah inspiratif mengenai pengalaman orang tua dan bagaimana kemitraan antara sekolah dan keluarga dapat secara efektif mendukung pembelajaran anak-anak.

BACA JUGA: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menyelenggarakan Anugerah Kebudayaan 2024 sebagai apresiasi terhadap pencipta budaya.

Salah satu karya yang menarik perhatian adalah “Kisah Seru Bersama Ayahku” karya Dr. Sujarvo dalam kategori “Karya Pilihan” “Orang Tua”.

Karya ini merupakan foto momen gembira saat Tri bercerita kepada putranya Albirune dengan bantuan boneka bernama Bruno.

BACA JUGA: Kemendikbud percepat digitalisasi pendidikan dengan bantuan platform teknologi

Tri mengatakan, bercerita dengan boneka membuat cerita menjadi lebih hidup dan menarik bagi anak-anaknya.

Tri mengatakan, bercerita dengan bantuan boneka meningkatkan minat anak terhadap cerita.

“Saya selalu berusaha memasukkan pesan moral yang bisa dimengerti, dan cara bercerita seperti ini memudahkan anak-anak untuk menyerapnya tanpa harus menggurui,” kata Tri.

Tri mengaku sangat senang dan bangga karena karyanya terpilih menjadi salah satu karya terbaik dalam potret narasi Kurikulum Merdeka 2024.

Ia juga menyampaikan bahwa bercerita merupakan wujud keterlibatan orang tua dalam menunjang proses pendidikan anak berdasarkan prinsip kurikulum mandiri.

Dalam Kurikulum Merdeka, orang tua dapat berpartisipasi aktif untuk memperkaya pengalaman belajar anaknya di luar lingkungan sekolah, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna.

Tri mengatakan dengan mendongeng, anak dapat memperluas perbendaharaan kata dan memperoleh wawasan baru yang secara tidak langsung mendukung kerja guru di sekolah.

Selain itu, pada program belajar mandiri, orang tua memegang peranan penting dalam proses belajar anak.

Oleh karena itu, saya sangat bersyukur dan merasa terhormat menjadi salah satu karya yang terpilih dalam Potret Narasi Kurikulum Merdeka 2024, kata Tri.

Karya lain yang menggambarkan kegembiraan orang tua dan anak dalam mengembangkan kemampuan kognitifnya adalah “Saya Suka Buku Sejak Kecil” karya Hastuti Mady Utami.

Orang tua Hastuti, Azzam, siswa TK Pertiwi Mardisiwi Bandan Sigaluh, Banjarnegara, Jawa Tengah, mengajari anaknya membaca minimal 15 menit setiap hari sejak kecil.

Menurutnya, kegiatan itu sudah ia lakukan sejak anaknya berusia satu tahun.

“Saya kira literasi harus diajarkan sejak dini, bahkan sejak kecil. “Saya dan suami mengajari anak-anak kami membaca buku sesuai usia minimal 15 menit sehari,” kata Hastuti.

Menurut Hastut, kebiasaan tersebut memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap perkembangan kemampuan membaca dan berhitung anak, serta membuat mereka senang belajar lebih lanjut.

Hastuti mengatakan, membaca bersama anak serupa dengan pembelajaran kurikulum mandiri, dimana peran orang tua adalah mengajarkan anak kemampuan membaca dan matematika dari rumah.

Hal ini juga membuka peluang bagi anak untuk menemukan dan menemukan minat dan bakatnya.

Hastuti mengatakan, prodi mandiri memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk belajar dan mencari sesuai minat, bakat, dan kemampuannya.

Dengan cara ini diharapkan anak-anak dapat menemukan tempatnya di kemudian hari dan memberi manfaat bagi lingkungan sekitar.

Literasi dan numerasi merupakan aspek penting yang menunjang pembelajaran.

“Orang tua dapat berperan dalam membangun motivasi anak dalam belajar, membaca, dan kemampuan matematika di rumah sejak dini,” jelas Hastuti.

Selain kemampuan kognitif, pendidikan karakter juga sangat penting ditanamkan sejak kecil.

Hal itu terlihat dalam “I Love Animals” karya Maya Rahatina. Maya yang merupakan orang tua dari Nur Makka Medina, siswi TK Sekolah Husna Banjabaru, Kalimantan Selatan, memperlihatkan kegembiraannya pada dirinya dan anaknya saat memberi makan kucing tersebut.

Maya menuturkan, olahraga yang dilakukan tergolong ringan, namun memberikan efek positif bagi anak-anak.

Menurut Maya, memberi makan hewan merupakan kegiatan sederhana yang memberikan dampak positif dan membiasakan anak memberi serta menumbuhkan jiwa sosial.

“Anak saya masih prasekolah, jadi kegiatannya tidak ribet. Memberi makan kucing saja sudah cukup untuk mengajarkan nilai-nilai kepedulian,” kata Maya.

Maya menuturkan, pekerjaan yang dilakukannya merupakan peran unik orang tua dalam membesarkan anak, khususnya pendidikan karakter sesuai kurikulum mandiri.

“Kurikulum Merdeka sederhana, menyenangkan dan lebih mudah diakses oleh anak-anak. Saya belajar disiplin positif untuk menghadapi anak dari sudut pandang psikologis. “Sebagai orang tua, pendekatan ini juga bisa kita lakukan di rumah,” tambah Maya.

Potret Kisah Kurikulum Merdeka menunjukkan praktik baik nyata bahwa orang tua dapat terlibat langsung dalam meningkatkan kemampuan membaca anak.

Melalui berbagai kegiatan kreatif dan edukatif, karya-karya tersebut mendorong orang tua untuk berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan, mempererat hubungan dengan anak, dan menanamkan nilai-nilai positif yang mendukung perkembangan kognitif dan karakter anak berdasarkan prinsip kurikulum mandiri. (simbol/JPY)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *