saranginews.com, Jakarta – Direktur Jenderal (Dirgen) Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Restorasi Hutan (PDASRH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Diya Martiningsih mengatakan, faktor kepentingan masyarakat dan teknologi harus diperhatikan di wilayah sungai. Proses rehabilitasi. Hal ini untuk memastikan rehabilitasi berlangsung.
Demikian disampaikan Diya Martiningsih pada diskusi digitalisasi transparansi dan akuntabilitas regenerasi hutan dan keberlanjutan rehabilitasi daerah aliran sungai yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Malang, Jawa Timur pada Kamis (22/08/2024). Masyarakat mempunyai kepentingan, maka masyarakat sekitar DAS membantu menjaga kelestariannya.
Baca Juga: KLHK tekankan pentingnya peran industri dan masyarakat dalam mencegah kerusakan lingkungan
“Rehabilitasi lahan memiliki nilai utilitas berbasis masyarakat dan menjamin adanya konsep keberlanjutan,” kata Dia Martiningsih.
Ia mencontohkan apa yang terjadi saat pelaksanaan rehabilitasi DAS di Perbukitan Menore, Jawa Tengah.
Baca Juga: Menteri Siti Noorbaja: Dalam 10 tahun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah meraih berbagai keberhasilan
Rehabilitasi dilakukan dengan menanam tanaman yang menghasilkan buah yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan cara ini masyarakat juga menjaga hutan.
Sementara menurut Diya Martiningsih, dibutuhkan teknologi untuk memantau perambahan di daerah aliran sungai yang direklamasi, seperti yang terjadi di wilayah Kalimantan.
Teknologi dapat mendeteksi dan segera mengevaluasi pelanggaran tersebut.
Pada seminar tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memaparkan data tanggung jawab restorasi DAS. Terdapat 1.200 Surat Keputusan (SK) pembentukan PPKH dengan luas total 582.217,16 hektar (Ha), dimana 548 PPKH diantaranya sudah ditanami dengan total luas 252.886,83 hektar, dimana sudah diserahkan sebesar 44 persen atau 240 PPKH dengan luas 94.675,53 hektar.
Sedangkan untuk kewajiban reboisasi, sudah ditebang seluas 126.547,94 hektar, telah dilakukan penanaman kembali sebesar 45 persen atau 57.226,31 hektar, diserahkan, dievaluasi dan berhasil di lahan seluas 9.056,32 hektar.
Direktur Konservasi Tanah dan Air (KTA) KLHK, M. Zainal Arifin menegaskan, rehabilitasi DAS dilakukan untuk kepentingan bersama, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar DAS.
“Hutan merupakan suatu sistem penyangga kehidupan, karena hutan mempunyai fungsi dalam menunjang kehidupan manusia. Kerja sama antar pihak di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan terus kita dorong agar hasil hutan dari kegiatan rehabilitasi dan reboisasi DAS mempunyai nilai tambah yang dapat ditingkatkan. produktivitas tanah, kesejahteraan masyarakat, dan produktivitas lingkungan,” ujarnya.
M. Seminar tersebut memuat contoh peningkatan fokus perusahaan pada pelaksanaan regenerasi hutan dan rehabilitasi daerah aliran sungai dengan pemantauan dan digitalisasi model transparansi dan akuntabilitas, seperti PT Kideko Jaya Agung (Kideko), PT Adaro Indonesia, PT Pertamina. Hulu Energy, PT Borneo Indobara dan PT Indo Tambangria Mega (ITM).
Direktur Hukum dan Korporasi KIDECO, Arif Kayanto, dalam kesempatan yang sama mengatakan pihaknya berkomitmen menjaga lingkungan, termasuk kawasan yang telah direhabilitasi KIDECO.
Arif Kayanto menjelaskan, pihaknya saat ini sedang melakukan land reform seluas 3.379,18 hektare dan 1.363,47 hektare dinyatakan berhasil dan diterima dengan tingkat keberhasilan 88 persen.
Untuk kawasan rehabilitasi DAS, Kideko mengelola lahan seluas 13.438 hektare dan telah diserahterimakan seluas 3.856 hektare dengan tingkat keberhasilan sebesar 82,5 persen.
“Keberhasilan ini tentunya merupakan hasil kerja sama semua pihak, termasuk keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan, pemantauan, dan evaluasi hasil penanaman,” kata Arif Kayanto.
Lebih lanjut, Kideko saat ini sedang mempersiapkan teknologi virtual tour 360° di bekas area pertambangan, jelasnya.
Teknologi ini memberikan pengalaman imersif untuk menonton langsung dan serasa berada di area restorasi.
Menurut Arif, teknologi ini dapat diakses dari mana saja, kapan saja, menggunakan desktop, ponsel, atau Oculus untuk pengalaman yang lebih realistis. Salah satu kawasan KIDECO yang sudah memiliki teknologi virtual tour 360° adalah Samurangou Eco Park (Jumat/JPN).