Data BKN Diduga Bocor, Kemenkominfo: Lagi Ditelusuri

saranginews.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kmenkominfo) menyatakan pihaknya sedang menyelidiki kebocoran informasi dari Badan Kepegawaian Pemerintah (BKN).

Investigasi dilakukan bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Baca Juga: Soal Tudingan Database BKN, Nezer Patria: Kami Sedang Selidiki

Hal itu disampaikan langsung Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria di Jakarta, Senin (12/8).

“Masih kami dalami. Kami juga bekerja sama dengan BSSN karena banyak laporan yang merujuk pada kebocoran data ini,” kata Nezer.

Baca Juga: Banyak PNS Nakal Dipecat, Data BKN Di Sini

Dia mengatakan penyelidikan dilakukan untuk memastikan kebenaran pelanggaran data yang dilaporkan.

Menurutnya, banyak data di dark web yang diduga diposting oleh penyerang, padahal itu bukan data sebenarnya.

Baca Juga: Kasus Kebocoran Data, DPR Minta Tokopedia Bertanggung Jawab

“Terkadang data yang disusupi bukanlah data yang diklaim penyerang ada di web gelap.

Lembaga Penelitian Keamanan Siber CISSREC mengungkapkan, kebocoran data pribadi juga terjadi menjelang HUT ke-79 Republik Indonesia.

Kali ini Badan Kepegawaian Negara (BKN) menjadi korban peretasan.

“Penemuan ini diprakarsai oleh penyerang bernama Anonymous Topix pada hari Sabtu, 10 Agustus 2024, di BreachForums,” kata Dr. Pada Minggu (11/8) pagi Pratham Parsadha akan dikukuhkan di Semaran.

Dalam rilisnya, dosen lulusan Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) itu mengatakan, pelaku mendapat data berisi 4.759.218 baris dari BKN, antara lain Nama, Tempat Lahir, Tanggal Lahir, Gelar, Tanggal CPNS, Tanggal PNS, NIP, Nomor SK CPNS. dan nomor SK PNS.

Data lain seperti kategori, jabatan, profesi, alamat, nomor identitas, nomor handphone, email, pendidikan, jurusan dan tahun kualifikasi.

Selain data tersebut, masih banyak data yang berupa teks biasa (informasi yang disimpan atau dikirimkan dalam bentuk tidak terenkripsi) dan dokumen yang diolah dengan metode kriptografi.

Dalam postingan tersebut, lanjut Prathama, seorang hacker yang pernah mengikuti acara jual beli produk hasil hack sebelumnya memberikan seluruh datanya senilai 10.000 dolar Amerika Serikat (sekitar Rp 160 juta).

Pakar keamanan siber ini mengatakan, para peretas membagikan sampel data yang berisi 128 ASN dari berbagai bisnis di Aceh.

Untuk itu, CISSREC melakukan verifikasi acak terhadap 13 ASN yang namanya tercantum dalam database sampel melalui WhatsApp.

“Mereka bilang datanya benar padahal ada yang memberitahu mereka tentang salah memasukkan angka terakhir di kolom NIP dan NIK,” kata Prathama. (Antara/JPNN)

Selengkapnya… BKN mengusulkan untuk salah mendaftarkan pelamar kerja nasional Pelamar aman, bermartabat untuk beristirahat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *