Pakar Nilai Gerindra Turun Kelas di Pilkada Garut, Ini Sebabnya

saranginews.com, GARUT – Pengamat politik Asep Lukman mengaku kaget dengan partai Gerindra di Kabupaten Garut. Menurut dia, hingga saat ini partai belum mengumumkan calon bupati secara resmi kepada publik.

“Baliho yang diisi hanya calon bupati, belum ada satupun yang mendapat surat keputusan dari partai,” kata Luckman, Senin (12/8).

Baca Juga: Dasco Gerindra: Insya Allah KIM Plus Nama RK Tampil di Pilkada Jakarta

Ia mengetahui, Partai Gerindra hanya akan mengusung satu pasangan calon bupati dan wakil bupati yang didukung Golkar dan Nasdem.

Lukman menilai, secara politis tindakan seperti itu cukup memalukan.

Baca juga: Partai Gerindra Jatim: Lisdiarita Layak Maju di Pilkada Ponorogo

Meski begitu, Gerindra merupakan partai besutan Presiden terpilih, Prabowo Subianto, yang juga dipilih mayoritas masyarakat Garut pada Pilpres 2024.

Faktanya, Prabowo selalu memenangkan daerah pemilihan Garut dalam tiga pemilihan presiden terakhir.

Baca juga: Golkar Sebut Pasukannya Sendiri, Gerindra Masih Coba Lobi

Ironis sekali kini posisinya hanya berada di pilkada partai pendukungnya, tegas pria yang akrab disapa Asluk itu.

Lukman marah melihat keadaan ini. Tanpa alasan apapun, pada tahun 2014, Luqman menjadi sosok yang berperan penting dalam pencalonan Rudy Gunawan sebagai Bupati Garut, bersama wakilnya, Dr Helmi Budiman.

“Saat Partai Gerindra baru mendapat satu kursi di DPRD Kabupaten Garut, sayalah yang berjuang keras. Bahkan, untuk pertama kalinya dalam sejarah politik Kabupaten Garut menjadi bupati dua periode berturut-turut,” dia. menjelaskan.

Melihat keadaan Partai Gerindra yang belum mengumumkan calonnya, Lukman heran. Selain itu, ia akan mendukung calon yang diusung koalisi Partai Golkar-Nasdem yang sebenarnya sudah memiliki cukup kursi. Luqman juga mengecam keras Partai Gerindra Garut.

“Tidak berlebihan bila langkah politik seperti ini digambarkan sebagai kemunduran. Mungkin karena Partai Gerindra Garut sudah “menopause dini” dalam artian belum mampu mengembangkan kadernya setelah dua periode kekuasaan eksekutif (bupati) ., atau mungkin karena ada campur tangan politik dari luar, “sehingga partai Gerindra tidak mempunyai kedaulatan politik dan independensi untuk mencalonkan kader-kader terbaik dari partainya sendiri”, kata Lukman (dil/jpnn) Simak!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *