Stafsus BPIP Romo Benny Susetyo Ajak Pemuda Keluar dari Mentalitas Manusia Terjajah

saranginews.com, MALANG – Staf khusus Ketua Dewan Pengurus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonio Beni Susetyo mengimbau generasi muda keluar dari mentalitas kemanusiaan kolonial.

Hal itu disampaikan Romo Benny, sapaan akrabnya, saat menjadi pendamping pada acara Dialog Keberagaman yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) dan Pimpinan Daerah Nasiyatul Aisiiah (PDNA) Kabupaten Malang.

BACA JUGA: Pastor Benny Ingatkan Demokrasi Berbahaya Jika Hanya Ada Satu Kandidat di Pilkada 2024

Acara yang mengusung tema ‘Menenun Harmonisasi dalam Keberagaman’ ini dilaksanakan di Aula BAU Universitas Muhammadiyah Malang pada Minggu (11/8).

Dialog Keberagaman yang dihadiri seluruh pimpinan dan anggota PDPM dan PDNA se Kabupaten Malang ini juga menghadirkan narasumber, selain staf khusus BPIP Romo Benny Susetyo, hadir pula Nurbani Yusuf selaku Ketua MUI Kota Batu, serta staf profesional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Muhammadiyah (UMM) Universitas Malang dan pendiri komunitas Padhang Makhsiar.

BACA JUGA: BPIP Serahkan Duplikat Bendera Pusaka kepada Bupati dan Walikota se-Indonesia

Romo Benny mengatakan, Muhammadiyah adalah inspirasi gerakan pemuda pencerahan.

“Bung Karno, sebagaimana telah dikatakan, adalah bagian dari Muhammadiyah. Ibu Fatmawati jelas-jelas anggota Muhammadiyah. Muhammadiyah dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya. Gerakan Muhammad di Indonesia bagian timur, seperti Jayapura dan Kupang misalnya, menginspirasi dunia pendidikan,” jelasnya.

BACA JUGA: Demikian Pesan Kepala BPIP pada Pembukaan Balai Latihan Paskibrak Tingkat Pusat Tahun 2024.

Beni menambahkan, gerakan pendidikan semacam ini sejalan dengan penerapan sila kelima nilai Pancasila, yaitu keadilan sosial.

“Hal ini dicapai melalui pemerataan dunia pendidikan. Mengapa? Agar mentalitas masyarakat terjajah dihilangkan. Mentalitas ini menjajah sumber daya alam dan manusia, yang pada akhirnya berujung pada kesengsaraan, kesenjangan sosial, dan kemiskinan,” jelasnya. .

Saat ini, kata Benny, kita harus melawan ideologi populisme. “Populisme menghancurkan demokrasi, caleg boneka, caleg perseorangan keluar, masyarakat dengan algoritma bertujuan menjadi suara tanpa ada suara kritis dan dialektis demi kebaikan bersama, akhirnya Pancasila hanya menjadi retorika belaka. Nilai keadilan sosial hanya menjadi aspirasi belaka,” katanya.

Pakar komunikasi politik ini menyatakan, pemuda harus menjadi suara yang berani bersuara ketika ada yang tidak beres.

“Kasihan kita saat ini, banyak generasi muda yang tidak tamat SMA. Tanpa ilmu dan pendidikan, demokrasi Pancasila dibajak oleh oligarki yang terhubung dengan kapital. Akhirnya? Mentalitas orang-orang terjajah masih tetap terjaga,” tegasnya.

Ia pun mengajak generasi muda untuk memikirkan ucapan selamat ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-79.

“Mari kita kembali pada visi para founding fathers kita, untuk menata kembali kehidupan berbangsa sesuai tujuan bernegara dalam Pembukaan UUD 1945. Jadilah orang yang benar-benar bebas. Gunakan media sosial untuk bersuara dan menghancurkan mentalitas masyarakat terjajah. “Pelajarilah sejarah dengan baik, pahami apa yang dipikirkan para founding fathers dan tokoh negara kita, jadilah pejuang, bukan pecundang,” kata Romo Benny.

Pakar lainnya, Nurbani Yusuf, menyebut Soekarno dan Puan Maharani adalah bagian dari keluarga Muhammadi.

Katanya, Soekarno adalah murid KH Ahmad Dahlan. nyonya. Fatmawati juga merupakan bagian dari Muhammadiyah, aktivis Aisiiah, dan Syiah Sang Saka Merah Putih.

Ayah Ibu Fatmawati adalah Konsul Muhammadiyah di Bengkulu. Kita sudah kehilangan hal-hal tersebut, sehingga dengan mudah kita berasumsi bahwa Bu Mega dan Bu Puan, misalnya, bukan anggota Muhammadiyah. Meskipun dia adalah kakek mereka. semua bagian dari Keluarga Muhammadi,” kata Nurbani.

Nurbani menegaskan, memang generasi muda Muhammadiyah belum begitu paham dengan sejarah dan ilmu pengetahuan Muhammadiyah.

“Hanya sedikit orang yang mengenal pemimpin-pemimpin muhammadiyah, banyak pula yang hilang, dianggap mitos. Ki Bagus Hadikusumo yang ikut serta dalam pembentukan Pancasila hilang dan dilupakan. Ini yang harus selalu diingat, watak dan jasa-jasanya,” ujarnya. . menjelaskan.

Ia juga menyarankan agar generasi muda Mohammedan berbicara dan berinteraksi dengan generasi sebelumnya untuk membangun pengetahuan dan persahabatan.

“Yang saya sarankan kepada teman-teman semuanya, ke PDMN dan PDNA yang lama agar tidak terjadi kekurangan. Satukan hati dan pikiran semua agar tidak ada lagi informasi yang salah dan misinformasi,” ujarnya. (mar1/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *