Kepala BKKBN: Kehamilan Usia Remaja Faktor Risiko Tinggi Kematian Ibu

saranginews.com, Jakarta – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bekerja sama dengan United Nations Population Fund (UNFPA) dan United Nations Sexual and Reproductive Health Organization (UN) menyelenggarakan acara memperingati Hari Kependudukan Sedunia . (HKD) Tema tahun 2024 adalah “Menyatukan kekuatan data inklusif untuk masa depan yang berketahanan dan adil bagi semua.”

Kegiatan ini dilakukan untuk mengadvokasi penggunaan data yang andal dan lengkap untuk memastikan pembangunan tidak meninggalkan siapa pun.

Baca juga: BKKBN Temui DPP LDII Bahas Pencegahan Stunting

Kegiatan tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya data untuk menjamin terwujudnya hak asasi manusia. Hal ini terutama berlaku bagi kelompok paling rentan, seperti perempuan dan anak perempuan.

Perayaan nasional bersama Hong Kong ini, yang diadakan setiap tahun bersama oleh BKKBN dan UNFPA, merayakan kemajuan, merefleksikan tantangan dan pembelajaran, serta memperkuat upaya bersama untuk mengatasi tantangan demografi yang mendesak. Tahun ini dilaksanakan pada Senin (29/7/2024) di Kota Serang, Provinsi Banten.

Artikel terkait: Menkes Budi dukung kebijakan pertumbuhan penduduk seimbang, jawab Kepala BKKBN

Perwakilan UNFPA di Indonesia, Hassan Moftashami, yang hadir pada kesempatan tersebut, menyoroti kekuatan data inklusif untuk membangun masa depan yang berketahanan dan adil bagi semua.

Dia mengatakan HKD2024 adalah seruan untuk bertindak untuk memastikan sistem data memperhitungkan seluruh keragaman manusia.

Artikel terkait: Kepala BKKBN: PT Vale Indonesia berkontribusi dalam peningkatan kualitas masyarakat Higashikagiri

Oleh karena itu, setiap orang dapat menggunakan haknya dan mencapai potensi maksimalnya di dunia yang semakin tidak dapat diprediksi.

Ia mengatakan data demografi yang dapat diandalkan sangat penting dan harus digunakan untuk mengatasi dan memenuhi kebutuhan kelompok marginal.

Hassan juga memaparkan temuan UNFPA bahwa perempuan yang paling terpinggirkan di 25 negara hanya mendapat sedikit manfaat dari peningkatan layanan kesehatan, dan hambatan etnis memainkan peran penting. Hanya sedikit negara yang memiliki akses terhadap jenis data ini.

Di Amerika, hanya 4 dari 35 negara yang mengidentifikasi ras atau etnis perempuan yang meninggal saat hamil atau melahirkan, dan sebagian besar negara tidak mengumpulkan data kesehatan ibu yang dipilah berdasarkan ras. Hanya ada 11 negara.

Dari 80 negara yang disurvei dalam makalah tahun 2018, hanya 16 negara yang memiliki data mengenai kesehatan ibu perempuan pribumi.

Hadir pula Wakil Gubernur Banten dr Al Muqtabal yang mengatakan pihaknya serius menerapkan e-PPGBM (pencatatan dan pelaporan gizi elektronik berbasis masyarakat). Artinya, lebih dari 870.000 anak di Provinsi Banten telah ditimbang 100% sepanjang waktu.

Untuk data ini, Banten sudah memiliki data nama dan alamat. “Ini merupakan amalan baik yang bisa dikunjungi kapan saja (calon pengantin, anak yang pertumbuhannya terhambat, ibu hamil).

PKK dan posyandu memiliki aplikasi real-time yang memantau perkembangan anak stunting. “Dengan terapi yang kami lakukan, telah dibuat dapur PKK dan diberikan edukasi di sana agar ibu-ibu muda memiliki kemampuan dalam memberi makan anaknya,” kata Al-Muqtabal.

Kepala BKKBN Dr. Hast dalam keynote speaker pembukaan acara mengatakan, Hari Kependudukan Sedunia (HKD) tahun 2024 merupakan kesempatan untuk melakukan refleksi diri dan seruan untuk meningkatkan pengumpulan dan analisis informasi.

“Apakah kita memasukkan semua orang ke dalam data intervensi kita? Apakah pengumpulan data kita aman? Apakah data yang kita miliki akurat?” tanya Dr. Hast.

Dr Hast juga melaporkan perkembangan di tingkat kependudukan Indonesia. Berkat konsistensi pelaksanaan program KB selama hampir 50 tahun, Indonesia berhasil mencapai angka kesuburan total (TFR) sebesar 2,14. Angka Kematian Ibu (AKI) menurun signifikan menjadi 189 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi (AKB) menurun signifikan menjadi 16,86 kematian per 1.000 kelahiran hidup.

Ia juga mengatakan bahwa penyebab utama kematian ibu berkisar dari kondisi kesehatan hingga faktor sosial ekonomi, dan pernikahan dan kehamilan remaja menjadi faktor risiko tinggi kematian ibu.

Dalam kegiatan tersebut, Dr. Hast juga melakukan peninjauan lapangan terhadap pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan (KBPP).

Sebanyak 100 penerima dilayani di Mobil Unit Pelayanan KB (Muyan). Gerai Keluarga Cinta Keliling Peduli Stunting dan Gerai Setya Gratya Keliling dan Usaha Tumbuh Keluarga Akseptor (UPPKA) pun turut ditinjau.

Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman Penguatan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana serta Perjanjian Kerja Sama Peningkatan Pengembangan Kapasitas Pelayanan Kontrasepsi di Perguruan Tinggi antara BKKBN dan AIPKIND, serta peluncuran Jam Penduduk Provinsi Banten. dilakukan. Aku kecewa. dan dimulainya satu minggu pelayanan bagi 100.000 penerima manfaat KB pasca melahirkan secara nasional.

Dalam rangka memperingati HKD 2024, pejabat BKKBN dan UNFPA juga mengunjungi Kampung Keluarga Berkualitas BKKBN (Kampung KB), termasuk Rumah Datak. Di Kampung KB Pelangi, pengelola data, tokoh masyarakat, perempuan dan pemuda berbagi pengalaman mengumpulkan dan memanfaatkan data di tingkat desa.

Tokoh masyarakat dan anggota masyarakat juga berkumpul untuk menyaksikan pemutaran Kesele, film pendek tentang pernikahan anak yang diproduksi oleh UNFPA bekerja sama dengan BKKBN dan Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) (Jumat waktu Jepang).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *