saranginews.com, Jakarta – Banyak cerita tentang pengalaman berharga para relawan dokter yang bekerja di Rumah Sakit Terapung (RSA). Lie Dharmawang II.
Salah satunya adalah dokter bedah RSCM Dr. Dimas Putrasmorrow dari Doctors Foundation yang baru pertama kali bergabung dengan RSA.
Baca juga: Kisah Singkat Seorang Relawan Ahli Bedah yang Bersiap Mengoperasi Pasien di Kapal
Pada pengalaman pertamanya ini, dr Dimas mengikuti kunjungan RSA selama tiga hari ke Pulau Phangang, Pulau Seribu.
Kapal rumah sakit terapung dr Dimas, dokter relawan dan tenaga medis lainnya berangkat dari Pelabuhan Mulayangk di Jakarta Utara dan tiba di Pulau Pangang dalam waktu sekitar 4 jam.
Baca juga: Kisah Dokter Wahoudi yang Berkelana ke Pulau Terpencil untuk Rawat Puluhan Ibu Hamil dalam Satu Hari
Dokter Dimas secara sukarela memberikan layanan pengobatan gratis kepada warga pulau. Tentu saja rasa lelah bukanlah halangan baginya karena ia berencana menjadi sukarelawan di rumah sakit terapung.
“Indonesia memiliki lebih dari seribu pulau dan banyak masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan seperti di kota-kota besar. Kami menyerukan agar layanan tersebut menjangkau daerah-daerah terpencil lainnya,” kata Dr. Dimas bekerja di JPNN pada hari libur sambil bekerja di RPN. Kebohongan Dharmavan.
Baca juga: Mengenang Mendalam, RS Terapung Dr Ridama Wan II Kembali Kunjungi Kepulauan Seribu
PhD. Lie Dharmawan dan Dr. Dimas Putramolo bersiap menjalani operasi di kapal rumah sakit terapung. Foto: Dika Rahardjo/JPNN
Sesampainya di Pulau Pangang pada sore hari, dr Dimas, rekan dan tenaga medis langsung berangkat melayani warga.
Para tenaga medis berkumpul di Balai Karang Taruna Pulau Pangang untuk bertemu dengan ratusan warga setempat.
Puluhan tenaga medis relawan yang dipimpin oleh dr Lee Dharmawan langsung bertugas di aula hingga larut malam.
Keesokan harinya, dr Dimas dan dokter bedahnya langsung memeriksa pasien yang menjalani operasi di kapal.
“Tentu saja, pengalaman bekerja di rumah sakit di kota versus di pulau berbeda. Arus lalu lintasnya berbeda-beda. Di rumah sakit di darat, pasien mungkin harus melewati IGD dan poliklinik. Di sini, kami membuat profil penduduk pulau. Kami Tulis turunkan dan periksa lagi di lobi untuk memahami diagnosisnya lagi. “Kami periksa apakah pasien bisa dioperasi di RSA lalu ke ACC untuk dioperasi,” kata dokter yang humoris itu. “
Ratusan pasien diperiksa hingga larut malam. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat Dokter. Dimas dan rekan.
Keesokan paginya, Dr. Dr Lee Dharmawan, pendiri RSA, mulai memberikan layanan bedah gratis kepada warga Pulau Panggang dan sekitarnya.
Sekitar 20 warga menjalani operasi tumor, bekas luka, dan sunat di atas kapal RSA dari pagi hingga malam, dan dokter bedah menanganinya hampir tanpa henti.
“Saya senang bisa bergabung dalam gerakan yang dipimpin oleh Dr. Lee Dharmawan, seorang dokter yang memiliki sejarah panjang dalam melayani masyarakat kurang mampu. Dr. Dimas.
PhD. Dr Dimas Putramolo di dek rumah sakit terapung. Damowan II, pembohong dari Pulau Pangang. Foto: Natalia Lawrence/JPNN
Ayah satu anak ini mengaku punya pengalaman beragam saat bertemu warga pulau. Dia merasa itu adalah pengalaman unik.
“Meski banyak warga di pulau ini yang berpengetahuan tentang kesehatan dan bertanya kepada kami, namun fasilitas di pulau tersebut sangat berbeda. Kami tidak membeda-bedakan dalam memberikan pelayanan,” kata Dr. Dimas.
Dr Dimas berharap bisa kembali menjadi sukarelawan di RSA. Berbagi kasih dengan warga miskin di Teluk Fake Damo dan wilayah pulau terpencil lainnya.
“Saya juga ingin bekerja sama dengan dokter di wilayah Indonesia Timur yang kekurangan fasilitas kesehatan. (Flo/Jepang)