Dinas Pendidikan Dituding Bohong Soal Data Guru Honorer yang Diberhentikan

saranginews.com, Jakarta – Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta diduga memalsukan informasi tentang guru jujur ​​​​yang dipecat akibat program pembersihan.

Persatuan Pendidikan dan Guru (P2G) pun membeberkan fakta adanya penipuan publik yang dilakukan Dinas Pendidikan Jakarta.

Baca Juga: Guru Honorer Negara Berganti Sebelum Pendaftaran PPPK 2024

Menurut Ketua Advokasi Guru P2G, Iman Zanatul Hari, dari 107 laporan guru honorer yang dipecat, 76% dilaporkan di Dapodik.

Ada pula yang mengaku sudah memiliki Nomor Pokok Tenaga Kependidikan (NUPTK). Ada guru honorer yang diundang pada Program Pendidikan Profesi Guru (PPG). 

Baca juga: Ini Solusi Masalah Nasib Guru Jujur yang Terancam Pemecatan

“Kalau tidak ikut Dapodik atau tidak punya NUPTK, bagaimana bisa diajak ikut PPG. Karena syarat ikut PPG harus punya NUPTK,” jelas Iman kepada saranginews.com, Jumat (19/1). ). 7). 

Kesimpulannya, dia mengatakan perwakilan Kementerian Pendidikan sangat salah. Sebab, mereka yang dipecat dinas sekolah pada awal tahun ajaran baru sebenarnya adalah mereka yang tergabung dalam Dapodik dan memiliki NUPTK. 

Baca juga: Guru yang Jujur Itu yang Perlu Dibersihkan

“Kami menyayangkan sikap Kementerian Pendidikan yang tidak sesuai dengan kenyataan,” ujarnya. 

Sebelumnya, Iman mengatakan, menjelang Pilkada PPPK 2024, ratusan guru honorer dipecat akibat aksi pembersihan tersebut.

Ironisnya, para guru tersebut diberikan formulir pembersihan oleh kepala sekolah dan diberitahu bahwa mereka mengundurkan diri dan perlu mencari pekerjaan lain.

Iman mengatakan, pada tanggal 5 Juli 2024 atau minggu pertama setelah dimulainya sekolah negeri untuk tahun ajaran baru 2024/2025 di DK Jakarta, para guru terhormat mendapat kabar buruk. Mereka mulai dari hari pertama sekolah hingga hari terakhir. 

“Kepala sekolah sudah mengirimkan formulir penyucian guru honorer kepada guru honorer untuk diisi,” kata Iman di Jakarta, Senin (15 Juli).

Diungkapkan Iman X di media sosial, para guru jujur ​​di DK Jakarta kaget karena tiba-tiba berhenti bekerja.

Iman mengatakan, hal itu juga terjadi pada beberapa anggota Persatuan Guru dan Pendidikan (P2G) DKI Jakarta yang notabene merupakan guru honorer. 

“Mereka kaget, ada yang sudah mengajar 6 tahun atau lebih. “Mereka sebenarnya menunggu seleksi PPPK 2024, tapi kalau di-recall seperti ini, mereka juga kehilangan kesempatan mengikuti PPPK,” ujarnya.

Menurut Iman, fenomena “pengusiran lunak” terhadap guru yang jujur ​​terjadi di berbagai daerah. Namun cara pembersihan ini hanya ditemukan di DK Jakarta.

Hingga 15 Juli 2024, DK Jakarta telah menerima 77 laporan guru honorer yang terdampak kebijakan pembersihan. 

Jika kita melihat rangkuman aksi pembersihan tersebut, terdapat 173 guru jujur ​​yang mengalami dan selamat dari aksi pembersihan di wilayah Jakarta Utara saja. Artinya, jumlah orang yang terkena dampak pembersihan bisa mencapai ratusan.

Situasi guru yang jujur ​​saat ini sungguh menyedihkan. Pemurnian menjadi kematian bagi mereka 

“Ada yang menangis, ada pula yang bingung bagaimana cara menyampaikan kepada keluarga di kampung halaman bahwa karir mengajarnya dipersingkat,” kata Iman. 

Penggunaan istilah ‘kebersihan’ secara politis sangat problematis karena memposisikan guru sebagai objek kebersihan, padahal mereka adalah manusia. 

“Dinas Pendidikan DK Jakarta yang mengirimkan surat edaran penyingkiran kepada guru-guru yang jujur, harusnya bisa menjelaskan apa maksud dari kebijakan penyingkiran ini,” tegas Iman. (esy/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *