saranginews.com, Jakarta – Korps Gerakan Mahasiswa Islam Wanita (KOPRI) menggalakkan terciptanya ruang aman bagi perempuan dan anak di wilayah tersebut, seperti sekretariat organisasi, kampus, kantor pemerintahan, dan perusahaan swasta.
Informasi tersebut disampaikan Wulan Sari AS, Ketua Kopri PB PMII, bertepatan dengan Hari Anak Sedunia yang diperingati setiap tanggal 20 November.
Baca Juga: Kopari PMII Puji Pendekatan Puan terhadap Islam Merah Putih
Ia mengatakan bahwa pada peringatan Hari Anak Sedunia pada tanggal 20 November, perempuan dan anak-anak menghadapi kenyataan ketidakadilan yang menyakitkan, terutama di tempat dan institusi publik.
Aspek yang sering diabaikan adalah pentingnya menciptakan ruang aman yang inklusif dan bebas kekerasan bagi perempuan dan anak.
Baca juga: KOPRI PB PMII Siap Kawal Implementasi Pengesahan UU TPKS
Dari sudut pandang ini, Wulan berpendapat bahwa Kopri mempunyai tanggung jawab moral sebagai pendorong utama dalam mendorong terciptanya ruang aman di seluruh wilayah.
“Ruang aman bukan sekedar pilihan, tapi kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap organisasi. Ini adalah hak dasar yang harus dinikmati setiap perempuan dan anak tanpa kecuali,” tegasnya.
Baca juga: BNPT: Keterlibatan perempuan dan anak dalam terorisme merupakan tantangan bagi pemerintahan baru
Ruang Aman: Tugas yang Terabaikan
Ia menjelaskan, ruang aman adalah tempat yang memberikan perlindungan fisik dan psikologis kepada individu dari segala bentuk kekerasan, ancaman, dan diskriminasi.
Ruang aman bagi perempuan dan anak sangat dibutuhkan, terutama mengingat tingginya tingkat kekerasan berbasis gender di ruang publik.
Menurut statistik Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Comnas Perempuan), lebih dari 289.000 kasus kekerasan terhadap perempuan dilaporkan pada tahun 2023.
Dari jumlah tersebut, mayoritas terjadi di tempat umum yang seharusnya aman, seperti perkantoran dan kampus.
Dalam banyak kasus, pelecehan ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga verbal dan psikologis – sulit dideteksi, namun berdampak besar pada kesehatan mental korban.
“Dalam kesempatan ini saya ingatkan bahwa jika kita ingin menciptakan masa depan yang lebih baik, kita harus memulainya dari tempat kita tinggal dan melakukan aktivitas sehari-hari. Sekretariat organisasi, kampus, dan kantor adalah tempat kita mewujudkan cita-cita dan cita-cita kita. tempat yang aman untuk mewujudkan mimpi yang mustahil, kata Wulan.
Ruang aman di sekretariat organisasi: langkah nyata bagi perempuan dan anak
Ia juga menegaskan, sekretariat organisasi harus menjadi contoh nyata dalam menciptakan ruang aman, terutama pada organisasi seperti Kopri yang berkomitmen melindungi hak-hak perempuan.
“Bukan hanya soal kebijakan tertulis, tapi juga soal budaya organisasi yang harus mencerminkan perlindungan perempuan dan anak,” tegasnya.
Sayangnya, masih banyak sekretariat organisasi yang mengabaikan aspek ini, dan ini merupakan permasalahan serius yang perlu segera diperbaiki.
Keengganan untuk membentuk sekretariat ramah perempuan dan anak menunjukkan pengabaian terhadap hak asasi manusia.
“Di KOPRI, kami berkomitmen penuh untuk memastikan sekretariat organisasi kami tidak hanya menjadi tempat pertemuan, tetapi juga tempat yang aman bagi perempuan dan anak,” kata Wulan.
Ia juga menegaskan, sekretariat organisasi harus menjadi tempat kebanggaan, tempat perempuan merasa dihormati, dihormati, dan aman.
“Tidak ada lagi ruang bagi budaya kekerasan, pelecehan, atau marginalisasi. Kita harus menciptakan lingkungan yang aman tidak hanya secara fisik, tetapi juga emosional dan psikologis,” tegasnya.
Ruang aman di kampus, di pemerintahan, dan di dunia bisnis: Tanggung jawab bersama
Ruang aman bagi perempuan dan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab organisasi kemahasiswaan, namun juga sektor publik dan swasta.
Kampus, sebagai lembaga pendidikan, seharusnya menjadi tempat yang benar-benar aman bagi pelajar dan anak-anak.
Faktanya, tingkat kekerasan seksual di kampus-kampus di Indonesia masih sangat tinggi, meski berbagai strategi disebut bisa mengatasi permasalahan tersebut.
Hal serupa juga terjadi pada sektor pemerintahan dan dunia usaha.
Meskipun banyak perusahaan mengklaim memiliki kebijakan untuk melindungi perempuan, kenyataannya sering kali tidak sesuai harapan.
Menurutnya, masih banyak perempuan dan anak yang terpaksa menghadapi diskriminasi dan pelecehan di lingkungan kerjanya.
“Kami tidak bisa menunggu situasi membaik,” tegasnya.
Untuk itu, lanjut Wulan, KOPRI mendorong penerapan kebijakan perlindungan perempuan dan anak secara berkesinambungan dan diawasi secara ketat.
“Kita perlu membuat kebijakan yang mengutamakan keselamatan dibandingkan kesetaraan,” katanya, seraya menambahkan bahwa menurut data yang diterbitkan Organisasi Buruh Internasional (ILO), perempuan di seluruh dunia masih bekerja di pekerjaan yang tidak aman dan menindas.
Selain itu, mereka seringkali tidak mendapatkan perlindungan yang memadai jika mengalami kekerasan atau pelecehan di tempat kerja.
Oleh karena itu, perusahaan dan lembaga pemerintah harus mengembangkan kebijakan yang kuat tidak hanya sekedar formalitas, namun juga sebagai langkah konkrit untuk menjamin ruang yang aman.
Menjadi Agen Perubahan: Tanggung Jawab Bersama
Ia mengatakan, Hari Anak Sedunia mengingatkan semua negara bahwa tanggung jawab untuk menciptakan tempat yang aman bagi perempuan dan anak adalah tanggung jawab bersama antara negara, masyarakat, organisasi, dan individu.
Wulan menegaskan, KOPRI berkomitmen untuk terus berupaya menciptakan ruang aman di seluruh lini kehidupan, termasuk sekretariat organisasi, kampus, dan tempat kerja.
“Kita tidak hanya menunggu perubahan, tapi juga memperjuangkannya dan menjadi agen perubahan. Ruang aman adalah hak yang harus dilaksanakan, bukan sesuatu yang bisa dinegosiasikan,” tegasnya.
KOPRI menghimbau seluruh negara untuk bekerja sama agar setiap perempuan dan anak merasa aman dan nyaman kemana pun mereka pergi.
Tidak boleh ada tempat yang ditinggalkan atau dibiarkan menjadi tempat yang membahayakan keselamatan mereka.
“Jika kita benar-benar ingin menciptakan dunia yang lebih baik, kita harus mulai dengan menyediakan ruang yang aman bagi perempuan dan anak-anak di semua lapisan masyarakat. Kita tidak akan berhenti sampai setiap perempuan dan anak memiliki tempat yang aman untuk tumbuh dan berkembang. Aman penuh dengan potensi ,” tutupnya. .(mar1/jpnn)