saranginews.com, Jakarta – Komitmen untuk memberdayakan komunitas yang rentan dari petani garam tradisional di pantai Kepulauan Bangai, Sulawesi Tengah, Bangkalan, Madura, dan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Sorong, Papua, membawa pertamina hulu. . Tiga Penghargaan Internasional untuk Subholding Subholding East Region dalam kategori Praktik Terbaik di Acara Penghargaan Keberlanjutan Perusahaan Global.
Acara ini diselenggarakan oleh Taiwan Institute for Sustainable Energy (Taise) pada hari Rabu (20/11) di Taipei, Taiwan.
Baca juga: Pertamina Eco Runfest 2024 sukses, dihadiri oleh 12.300 pelari.
Penghargaan diberikan kepada Pertamina EP Dongi Matindoc Field (PEP DMF) dalam Program Kokolomboi Lestari, Lapangan Pep Papua dalam Program Air Bersih dan PHE WMO dalam Program Pusat Garam Terpadu.
Penghargaan ini diberikan kepada perusahaan, organisasi dan individu atas kontribusi mereka dalam mengejar pengembangan.
Baca Juga: Upaya Yax Pertamina untuk membangun ekosistem perawatan kesehatan yang kuat
Presentasi penghargaan ini diadakan di sela -sela Global Corporate Sustainability Forum (GCSF) dalam dua kategori, yaitu pelaporan keberlanjutan dan praktik yang baik.
“Dalam melaksanakan misinya untuk mendukung pasokan energi negara itu, Indonesia Timur berkomitmen untuk memberikan manfaat jangka panjang kepada para pemangku kepentingan di wilayah tersebut, terutama masyarakat tempat kami beroperasi,” kata hubungan senior manajer Fitri Erica.
Baca Juga: Tes Penggunaan Bioetanol E10 dengan Toyota dan Trac E10 dengan Toyota dan Trac
Dia mengatakan bahwa Indonesia timur masih menghadapi berbagai tantangan dalam mencapai pembangunan dan kesetaraan, terutama bagi komunitas miskin, yaitu komunitas lokal di Sulawesi, Bangkalan, petani garam tradisional di pantai Madura, dan komunitas miskin di Papua.
“Penghargaan ini adalah tanda komitmen kami terhadap keamanan yang sesuai dengan sistem internasional,” kata Fitri Erica.
Kokolomboi terletak di Proyek Leme-Leme Darat Village of Lestari di distrik tersebut. Bank, Kab. Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah, adalah rumah bagi kelompok etnis Togong Tanga.
Komunitas ini mengalami akses terbatas ke sumber daya dan akses dasar ke sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan.
Melalui pengembangan area perlindungan lingkungan, mendorong masyarakat untuk melestarikan sumber daya hutan dengan bijak melalui produksi di bawah madu, serta mempromosikan bidang-bidang ekowisata yang memiliki minat tertentu.
Saat ini, komunitas suku Togong -Tanga telah berhasil menciptakan beberapa pusat konservasi masyarakat di enam desa di sekitar Kokolomboi melalui keterlibatan 300 anggota dan memberikan peningkatan pendapatan IDR 1.445.000 – IDR 8.547.534 / bulan serta membimbing dan perintis. . Mitra dalam Mitigasi Perubahan Iklim dan Tindakan Adaptasi di Wilayah Kepulauan Bangga.
Program Air Bersih Berbasis Pemberdayaan Masyarakat adalah proyek untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi orang miskin di Distrik Kelas dan Klamono, Sorong Regency, Papua Barat Daya.
Sebelum proyek ini diimplementasikan, masyarakat mendapatkan air bersih dari waduk air hujan dan air sungai yang tidak cocok untuk digunakan.
Program ini mendorong masyarakat untuk air bersih menggunakan teknologi filtrasi dan menyaring tangki lokal.
Turbiditas dan keasaman air berhasil dikurangi dari 280 mg/L awal dan 8,4 hingga 174 mg/L dan 7.
Selain itu, proyek ini menggunakan teknologi panel surya untuk pengoperasian pompa air, sesuai dengan rencana perusahaan untuk mengurangi emisi karbon dan mengontrol penggunaan air tanah untuk 64.605m2.
Sebanyak 1.808 rumah tangga di dua distrik telah menerima air bersih dari proyek ini. Publik dapat menghemat uang untuk air bersih, dari 3,2 juta dolar per rumah per tahun hingga 600.000 dolar per rumah per tahun.
Program Pusat Garam Terpadu yang berbasis di desa Banyusangka, distrik Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan – Jawa Timur, menargetkan petani garam tradisional yaitu orang miskin.
Kelompok ini memiliki sedikit pengetahuan dan sumber daya untuk meningkatkan kualitas NaCl dan jumlah produksi garam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama bagi produsen ikan asin di desa Banyusangka.
Melalui pengembangan fasilitas garam campuran menggunakan teknologi yang sesuai, proyek yang dipimpin oleh Bumdes Vijaya Kusuma berhasil meningkatkan kualitas NaCl menjadi 94,07% (di atas standar SNI) dan mampu meningkatkan jumlah produksi garam menjadi lebih dari 54. . ton
Melalui perbaikan yang telah dilakukan, program Salt yang terintegrasi bukan hanya program yang dapat memenuhi kebutuhan garam, tetapi juga dapat menciptakan lebih banyak aktivitas dan partisipasi perempuan dalam produksi makanan olahan dan non-makanan. dari garam.
Proyek ini juga telah berhasil menjadi tempat pilot untuk memantau garam dan telah menghasilkan modul pembelajaran dengan ISBN yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat.
Fitri menambahkan bahwa pekerjaan perusahaan dilakukan di dalam lingkungan, sosial dan pemerintah (ESG) dan mendukung agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, terutama Sasaran 6 Air Bersih dan Sanitasi yang Baik, Tujuan 8 Pekerjaan yang Adil dan Pertumbuhan Ekonomi, Tujuan 13. Menangani. Perubahan Iklim, Tujuan 15 untuk Ekosistem Terestrial dan Kerjasama Untuk Mencapai Tujuan 17. (Fri/JPNN)