saranginews.com, JAKARTA – Pakar kesehatan masyarakat Dr Ngabila Salama MKM mengomentari isu kontroversial bisphenol A (BPA) pada air minum kemasan polikarbonat galon (AMDK).
Ia menegaskan, air minum dari galon polikarbonat berat masih aman, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir untuk meminum air dari galon tersebut karena tidak menimbulkan gangguan kesehatan.
BACA JUGA: Para Ahli Sebut Penyebab Kemandulan Bukan terletak pada liter polikarbonat
“Masih aman. Dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan,” kata dr Ngabila Salama baru-baru ini.
Pakar komunikasi reformasi kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa pemanfaatan BPA sebenarnya tidak hanya terdapat pada galon polikarbonat padat. Ini banyak digunakan dalam makanan kaleng seperti ikan, daging, jagung kering dan susu bubuk.
BACA JUGA: Asdamindo Tegaskan Botol Air Palsu Bisa Dihukum, Hukumannya Besar
Ngabila melanjutkan, BPA juga terdapat pada produk non-makanan seperti mainan, peralatan elektronik, peralatan mobil, peralatan makanan, obat-obatan, peralatan olah raga, kemasan makanan, floppy disk, CD, kertas cetak, dan lain-lain. Artinya BPA terdapat pada banyak barang sehari-hari.
“BPA aman asalkan tidak berpindah ke manusia dalam jumlah di luar batas,” ujarnya.
BACA LEBIH LANJUT: Pakar Pemasaran Bisnis Kompetitif Dibalik Perumahan Polikarbonat Padat Galon BPA, Simak Penjelasannya
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan rata-rata BPA pada anak di atas 3 tahun adalah 70 ng/kgBB/hari. Sedangkan orang dewasa dua kali lebih banyak. Dosis yang aman adalah 0,05 mg/kgBB/hari dan kadar rata-rata yang terdapat dalam urin manusia adalah 0,03 mg/kgBB/hari. Sedangkan ambang batas di Indonesia yang ditetapkan BPOM adalah 0,06 mg/kg.
Ngabila menjelaskan, 90 persen BPA yang masuk ke dalam tubuh dikeluarkan melalui urin dan feses. Ia menjelaskan, BPA baru berpindah dari kemasan ke dalam makanan ketika dipanaskan hingga suhu di atas 70 derajat Celcius.
Suhu tinggi menimbulkan risiko migrasi manusia paling besar, kata Kepala Bidang Diagnosa dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Hal serupa juga ditegaskan Ketua Direktorat Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra. Ia memastikan, meminum air dari galon polikarbonat padat atau polikarbonat yang dapat digunakan kembali tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan.
Dia memastikan, galon-galon tersebut sudah memenuhi standar SNI dan telah lolos pemeriksaan dan uji kelayakan pangan. Untuk itu, pakar kesehatan masyarakat Indonesia meminta masyarakat tidak perlu khawatir mengonsumsi air berliter-liter.
“Jika seluruh produk, terutama kemasan, memenuhi standar SNI, berarti tingkat toleransi pencemarannya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan masalah bagi kehamilan maupun janin,” kata Hermawan.
Ahli epidemiologi menjelaskan, bagian persetujuan mutu melakukan penelitian dan uji klinis sebelum memberikan label SNI pada galon atau kemasan makanan. Ia melanjutkan, hasil penelitian tersebut menyimpulkan paparan BPA pada wadah galon polikarbonat masih dalam batas aman dan tidak merugikan konsumen.
Artinya dengan standarisasi atau SNI (galon) sudah melampaui tingkat pembuktian atau perbandingan hasil penelitian dan hasil produksi, ujarnya (antara/jpnn).