Paul Finsen Mayor Kritik Keras Kabinet Prabowo-Gibran: Gemuk Struktur, Miskin Fungsi

saranginews.com, JAKARTA – Senator terpilih dari wilayah Barat Daya Papua, Paul Finsen, Wali Kota bereaksi keras terhadap banyaknya orang yang akan mengisi kabinet pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rokaboming Roka.

Ada hampir 100 nomor yang tercatat. Jumlah tersebut dihitung sejak dipanggil hingga mengikuti pengarahan di Padepokan Garuda Yaksa, Hambaang, Bogor, Jawa Barat.

Baca: Qodari Tanggapi Rencana 33 Kepala Negara Hadiri Halaman Prabowo – Gibran

Mereka yang berada di kediaman Presiden terpilih Prabowo Subianto akan mengisi jabatan penting pemerintahan baru, yakni Menteri, Wakil Menteri, Kepala Badan, dan Staf Khusus.

Meski presiden belum mengumumkan secara rinci tugas yang akan diembannya.

Baca juga: Adinjauharudin: GP Ansor Siapkan Asta Bisa untuk Dukung Asta Sita Prabowo-Gibran

Sesuai agenda, angka tersebut akan diumumkan setelah tahun 2024 – 2029. Presiden dan Wakil Presiden resmi dilantik pada 20 Oktober 2024.

Walikota Paul Finsen menanggapi pemilihan dan penamaan tokoh tersebut.

Baca Juga: Katanya Abdullah Beri Beberapa Agenda Strategis kepada Prabowo – Gibran

“Sebagai anak bangsa dan anak tradisi, saya berhak menyampaikan kritik dari suara masyarakat Papua,” ujarnya.

Menurut dia, banyaknya jumlah tokoh yang masuk dalam daftar kabinet Prabowo – Gibran bisa berdampak pada persoalan pemerintahan daerah dan persoalan struktural organisasi.

“Dengan banyaknya menteri dan menteri koordinasi, jangan sampai ada kesan bahwa kepemimpinan Prabowo – Gibran sering kali melakukan tugas, kegiatan, dan kewenangan kabinetnya yang paling penting. Hal ini menurunkan kinerja kantor. diselesaikan,” katanya.

Senator yang juga Ketua Dewan Adat Papua (DAP) wilayah tempat Doberai membawahi wilayah Papua Barat dan Papua Barat Selatan ini menegaskan, banyaknya calon menteri dan menteri koordinator (MENCO) dapat menambah beban keuangan Papua. pemerintah, dikeluarkan dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), namun kegiatannya berkurang, karena Tumpang tindih jabatan, pendelegasian administratif, lambatnya koordinasi antar pejabat yang bertugas atau birokrasi.

“Salah satu yang menjadi kekhawatiran adalah adanya delegasi dari pemerintah, jangan sampai mereka melakukan hal yang sama pada masa Prabowo – Gibran menjabat,” tegasnya, mencontohkan apa yang akan terjadi pada keseluruhan koordinasi kerja kementerian. Hukum. dan Menteri Hak Asasi Manusia.

Paul pun membandingkan kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang jumlah menteri di kabinetnya yang bernama Indonesia Maju hanya 34 orang, terdiri dari empat menteri koordinasi dan 30 menteri. Dan semuanya berjalan secara fungsional, tidak seperti pilihan periode Prabowo – Gibran tampaknya memberikan kuenya.

“Saya sebut saja Prabowo, kabinet Gibran yang akan dilantik itu lemah secara struktural,” ujarnya menutup perbincangan (ray/jpnn) jangan lewatkan video terakhir:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *