saranginews.com, JAKARTA – NasDem DKI Jakarta menolak usulan Komisi C DPRD DKI Jakarta untuk menghapuskan pajak kantin sekolah.
NasDem menolak membiayai kantin sekolah, kata Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Wibi Andrino, di Jakarta, Jumat (22/11).
BACA JUGA: Pajak Pasar Naik, Ketua DPRD Klungkung Minta Dinas Terkait
Wibi memahami usulan penghapusan sewa kantin di sekolah kemungkinan akan menimbulkan permasalahan bagi para pedagang dan pelaku usaha kecil, kecil, dan menengah (UKM).
Jadi kalau ada usulan, sebaiknya dipikirkan apakah akan merugikan masyarakat atau tidak.
BACA JUGA: Tarif Tol untuk Kapal Tongkang yang Mengarungi Sungai Musi
“Risiko memungut biaya kantin sekolah akan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar daripada manfaatnya,” ujarnya.
Untuk itu, Wibi yang juga Ketua DPW NasDemi Jakarta ini berpesan agar pemerintah mengambil kebijakan yang baik demi kepentingan masyarakat Jakarta. Dan yang terpenting, kata dia, sebagai anggota DPR harus berpikir panjang dan keras untuk mencapai sesuatu.
BACA JUGA: Apa dasar hukum pemungutan pajak dan bea kelahiran di Papua? Hal ini dilaporkan oleh Kementerian Dalam Negeri
“Sebaliknya, dorong pemerintah untuk mencari solusi lain yang tidak membebani siswa, pengelola kantin, dan kualitas pendidikan,” ujarnya.
Wibi mengatakan kantin sekolah berperan sebagai bagian dari lingkungan belajar dan menyediakan kebutuhan dasar siswa dengan harga terjangkau.
“Penempatan tugas di dapur dapat menyebabkan fungsi ini berorientasi pada bisnis,” ujarnya.
Akibatnya gizi dan kesehatan siswa terancam. Hal ini karena restoran mungkin memilih bahan-bahan yang lebih murah untuk menutupi biaya tambahan, yang dapat menurunkan kualitas dan nilai gizi makanan yang disajikan.
“Kebijakan ini mungkin bertentangan dengan program nasional untuk meningkatkan gizi anak, khususnya di lingkungan sekolah,” ujarnya.
Selain itu, retribusi tersebut akan meningkatkan biaya operasional kafetaria, yang kemungkinan besar akan dibebankan kepada siswa dalam bentuk harga pangan yang lebih tinggi. Hal ini khususnya sulit bagi siswa dari keluarga berpenghasilan rendah.
Ia menilai kontribusi kantin terhadap pendapatan asli daerah (PAD) mungkin relatif rendah dibandingkan sektor lain. Fokus pemerintah seharusnya bisa pada sumber pendapatan yang lebih penting tanpa membuat siswa menderita.
“Pemanfaatan aset sekolah bisa dilakukan dengan cara lain, seperti sponsorship atau program kerjasama, sehingga tidak memberatkan dapur,” ujarnya. (hati/jpnn)