saranginews.com, Jakarta – Ketua organisasi kemahasiswaan yang tergabung dalam Cipayung Group (PLUS) menggelar pertemuan dengan Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Mutya Hafid di kantor Komdigi Jakarta pada Kamis (19/11). .
Sekadar informasi, istilah Kelompok Sipayung mengacu pada tempat pertemuan lima organisasi kemahasiswaan di Sipayung, Bogor, Jawa Barat pada 21-22 Januari 1972. Kelima ormas tersebut adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).
Baca Juga: PMKRI serukan perdamaian abadi di Timur Tengah
Susana Florica Kandaimu, Ketua Pemerintah Pusat Kepresidenan Republik Indonesia (PP PMKRI) periode 2024-2026, saat bertemu dengan Menteri Komunikasi dan Pendidikan serta Ormas Kelompok Sipayung menyampaikan dua hal. Isu penting yang muncul saat ini adalah literasi digital dan kesetaraan gender di ranah digital.
Menurut sapaan akrabnya Susan, literasi digital merupakan suatu keharusan di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
Baca juga: Kelompok Cipayung Plus: Hasil G20 Harus Disosialisasikan ke Masyarakat
“Sebagai generasi muda yang terus berinteraksi dengan berbagai platform digital, kita perlu memiliki pemahaman yang lebih baik tentang cara mengakses, mengelola, dan mengevaluasi informasi di dunia maya: “Literasi digital tidak hanya tentang keterampilan teknis tetapi juga etika dan isu-isu seperti ujaran kebencian, penipuan, rasisme “seperti cyberbullying. Ini juga menciptakan kesadaran tentang potensi ancaman,” katanya.
Susan menambahkan, pertumbuhan atau dinamika teknologi sangat pesat.
Baca Juga: PMKRI Tegaskan Laporan Ormas Keagamaan yang Dapat Wilayah Izin Operasi Pertambangan Khusus
Oleh karena itu, menurut Susan, sebaiknya dimanfaatkan untuk berbagai hal yang produktif dan bermanfaat.
“Indonesia adalah negara demokratis. Kami juga mendukung kebebasan berekspresi dan hak untuk menjaga hubungan komunal sebagai sebuah bangsa. “Jadi, di tengah dinamika teknologi yang begitu cepat, penggunaan media sosial yang tepat dan cerdas memerlukan pengetahuan dan pemahaman kolektif,” kata Susan.
Dalam kesempatan tersebut, Susana juga memperkenalkan ide keterampilan masa depan. Sebuah rencana aksi untuk memperkuat dan mengembangkan keterampilan staf di masa depan untuk memastikan mereka siap menghadapi tantangan kerja di era digital melalui pelatihan dalam berbagai keterampilan digital yang relevan.
Selain literasi digital, ia juga menyinggung isu kesetaraan gender di sektor digital yang belakangan ini banyak mendapat perhatian.
Susan mengatakan bahwa meskipun teknologi menawarkan peluang besar bagi kesetaraan, masih banyak perempuan dan kelompok rentan yang menghadapi tantangan besar di dunia maya, mulai dari kekerasan online hingga akses yang tidak setara terhadap teknologi.
“Perempuan seringkali menjadi target utama kekerasan dunia maya, seperti pelecehan seksual online dan diskriminasi berbasis gender. “Itulah mengapa sangat penting bagi kita untuk memperjuangkan kebijakan yang mendukung akses perempuan yang setara dan aman terhadap dunia digital, terutama untuk ruang aman di universitas dan organisasi kemahasiswaan,” kata Susan.
Langkah sederhana menuju solusi
PMKRI berkomitmen untuk melanjutkan upaya transformasi digital dengan menyelenggarakan lebih banyak inovasi dan kreativitas bagi kader PMKRI di seluruh Indonesia.
“Kami bersyukur atas kepedulian dan minat Menteri Mutya Hafid yang sangat besar terhadap literasi digital dan isu perempuan. Menyikapi hal tersebut tentu membutuhkan tindakan bersama. PMKRI siap bekerja dan berkolaborasi dengan Menteri,” kata Susan.
Susan berharap konferensi ini menjadi awal dari gerakan yang lebih luas yang dilakukan Grup Sipayung Plus bersama Komdigi untuk menciptakan dunia digital yang lebih aman, cerdas, dan lebih baik bagi semua pihak (Jumat/jpnn).