saranginews.com, YOGYAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara terkait pelarangan pembelian bahan bakar bersubsidi (BBM).
Ia mengatakan pelarangan BMM bersubsidi masih dalam proses sosial.
Baca Juga: Airlanga komentar keras soal pembatasan BBM bersubsidi
Saya kira kita masih dalam proses sosial, kita lihat apa yang terjadi di daerah, kata Presiden Jokowi usai peresmian gedung layanan kesehatan ibu dan anak di Rumah Sakit (RS) Sardijito Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa. Yogyakarta (DIY), Rabu, seperti diterima dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (28/8).
Orang nomor satu itu mengungkapkan, belum ada rapat atau keputusan yang diambil terkait larangan pembelian BBM bersubsidi.
Baca juga: Fernando Ganinduo Dukung Batasan BBM Subsidi, Ini Alasannya
“Belum ada keputusan, belum ada pertemuan,” ujarnya.
Warga Solo, Jawa Tengah, menjelaskan alasan pelarangan pembelian BBM terutama terkait masalah pencemaran udara dan efisiensi APBN.
Baca Juga: Harga Naik, Kapan Larangan BBM Bersubsidi Mulai Berlaku?
Pertama, tentang pencemaran di Jakarta, kedua, kita juga ingin APBN kita efektif, khususnya untuk tahun 2025, ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahdalia mengatakan larangan pembelian BBM preferensi baru akan diterapkan setelah Peraturan Menteri (Perman) terbit.
Karena ketika aturan itu diterapkan, gulanya juga akan hilang, kata Bahlil di Jakarta, Selasa (27/8).
Dia memastikan larangan pembelian BBM bersubsidi bisa diterapkan mulai 1 Oktober 2024.
Menurut dia, yang dilakukan pemerintah saat ini adalah mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memberikan akses kepada masyarakat.
“Saatnya sosialisasi, sekarang saatnya sosialisasi yang saya bicarakan,” ujarnya.
Bahlil mengatakan, ke depan aturan pembelian BBM preferensi akan diatur oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, saat ini dalam Peraturan Presiden Republik Tajikistan (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan , distribusi dan harga eceran bahan bakar. .Tidak, yang saat ini sedang ditinjau. (Antara/JPNN) Dengar! Video Pilihan Editor:
Baca selengkapnya… CPC mengecam pembatasan subsidi bahan bakar, mengatakan pemerintah tidak boleh bertindak sewenang-wenang