Skandal Kredibilitas Persepi, Dewan Etik Terbukti Punya Konflik Kepentingan

saranginews.com, Jakarta – Persatuan Riset Opini Publik Indonesia (Percepi) diguncang skandal besar setelah terungkap anggota dewan etik Saiful Mujani berperan ganda sebagai “hakim sekaligus pemain” dalam industri pemungutan suara nasional. .

Fakta mengejutkan ini mengungkap rendahnya kredibilitas dewan etik Percepi dan mempertanyakan objektivitas keputusan lembaga penyidik ​​lain, khususnya Poltracking Indonesia.

Baca Juga: Etika Persepi Timbulkan Pertanyaan Akademis Soal Independensi Pengurus

Perselisihan tersebut terungkap setelah dilakukan penyelidikan menyeluruh di Jakarta. Temuan tersebut semakin memperparah perselisihan tahun 2024 antara Percepi dan Poltracking Indonesia. Perbedaan Hasil Survei Pilkada Jakarta.

Dari pemeriksaan terungkap Saiful Mujani yang berperan sebagai anggota dewan etik Percepi dalam kasus Poltracking dan Lembaga Penelitian Indonesia (LSI) memiliki hubungan dekat dengan LSI.

Baca Juga: Skandal Data Percepi LSI, Perlindungan Dewan Etik yang Tidak Benar

Situs resmi LSI mencantumkan Saiful Mujani sebagai mantan direktur eksekutif pada tahun 2005 hingga 2010. periode dan masih aktif bekerja sebagai peneliti senior.

Fakta ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai netralitas Saiful Mujani dalam memutuskan perbedaan hasil jajak pendapat antara Poltracking dan LSI. Konflik kepentingan ini diperburuk dengan beredarnya chat Saiful Mujani di grup WhatsApp Persepi yang rawan poltracking.

Baca Juga: Ketua Percepi: Dewan Kehormatan Tak Sebut Poltracking Kesalahan Data

Pakar komunikasi politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Karim Suryadi mengutarakan kekhawatiran tersebut. Selain itu, Prof. Karim menekankan pentingnya transparansi keanggotaan dewan etik.

“Pertanyaan saya bagaimana independensi dan objektivitas Niti Parishad. Apakah keanggotaan Niti Parishad independen dari kepentingan TPS,” ujarnya mempertanyakan integritas proses pengambilan keputusan Percepi.

“Harus dijelaskan secara terbuka. Dan menurut saya yang terpenting bukan Poltracking punya dua data, tapi juga menjelaskan tingkat independensi keanggotaan Dewan Etik dan faktanya tidak. , “katanya. lagi

Pendekatan Saiful Mujani yang bias terhadap pelacakan jajak pendapat bahkan lebih mencurigakan lagi ketika Anda mempertimbangkan bahwa banyak organisasi pemungutan suara lain yang benar-benar mendapatkan hasil yang sesuai dengan prediksi pelacakan jajak pendapat pada tahun 2024. Pilkada Jakarta.

Hal ini menimbulkan spekulasi adanya agenda tersembunyi di balik keputusan dewan etik Persepi.

Dugaan adanya konflik kepentingan diperkuat dengan keputusan Dewan Kehormatan Persepi yang menerapkan pembatasan pelacakan jajak pendapat tanpa alasan pelanggaran yang jelas.

Tindakan ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem pengawasan etik industri riset nasional.

Skandal tersebut membuka mata masyarakat akan pentingnya reformasi di Percepi dan industri riset secara keseluruhan. Dengan berani melawan tekanan, Poltracking terbukti menjadi penjaga integritas data dan transparansi dalam dunia penelitian Indonesia.

Publik kini menunggu langkah nyata apa yang diambil pihak berwenang untuk mengusut lebih lanjut masalah tersebut. Kredibilitas Percepi sebagai lembaga pengawas etika pemungutan suara kini berada dalam bahaya, dan industri pemungutan suara nasional berada pada titik kritis yang memerlukan perubahan mendasar. (cuy/jpnn)

Baca artikel selanjutnya… Anggota DPR desak Percepi isi survei penelusuran jajak pendapat yang aneh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *