saranginews.com, Jakarta – Indonesia kembali kehilangan salah satu tokohnya sebagai tokoh radikal dan fasih. Pada Kamis (5/4/2024) ekonom kondang Faisal Kh. Basri meninggal dunia.
Kabar duka dibagikan salah satu rekan Feisal, Drajad H. Vibovo. Faisal dan Drajad adalah rekan ekonom di Institute for Development Economics and Finance (INDEF).
BACA JUGA: Faisal Basri Sebut Jokowi Hancurkan Fondasi, Negara Rugi
Menurut Drajad, salah satu pendiri INDEF meninggal dunia pada usia 65 tahun. Faisal WIB meninggal dunia pada pukul 03.50 di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan.
“Almarhum terkena serangan jantung. “Tolong Rahimahullah, berikan (almarhum) tempat terbaik di Firdaus Jannah,” kata Drajad melalui pesantren.
BACA JUGA: Drajad Vibowo, menulis di Majalah Dunia, menjelaskan kombinasi cara menyelamatkan masyarakat dan perekonomian dari pandemi.
Jenazah Faisal juga dimakamkan di rumah duka di Kompleks Amunisi A 60, Jakarta Selatan.
“INDEF sangat berduka atas meninggalnya salah satu pendirinya, seorang ekonom Indonesia,” kata Drajad.
BACA JUGA: Indef minta Kementerian Keuangan hapus BMAD untuk bangkitkan perekonomian dan perdagangan Indonesia
Faisal lahir pada tanggal 6 November 1959 di Bandung. Pria berdarah Batak, bernama lengkap Faisal Hasan Basri Batubara.
Pada tahun 1985, Faisal S.E. dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Selain itu, ekonom yang kritis terhadap kebijakan pemerintah ini memperoleh gelar master pada tahun 1988 dari Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, AS.
Faizal, keponakan Adam Malik, presiden ketiga RI, dikenal sebagai salah satu penggerak reformasi tahun 1998. Pasca lengsernya Soeharto yang memerintah selama 32 tahun, Faisal mendirikan Amanat Nasional. Partai (PAN).
Pada tahun 1988-2000, beliau menjadi pengajar mata kuliah sejarah filsafat ekonomi di FEU dan menjadi Sekretaris Jenderal PAN.
Berdasarkan laman LPEM UI, Faisal pernah menjadi anggota International Economic Development Group sebagai Asisten II Menko EKUIN (1985-1987). Pekerjaan pemerintah lainnya adalah sebagai anggota Tim Bantuan Presiden Indonesia (2000).
Faisal merupakan salah satu anggota Komisi Peninjau Persaingan Usaha (BRC) saat pertama kali didirikan. Di dunia politik, suami Syafitri Nasution ini juga mengadu nasib sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2012.
Pada tahun 2014, atau di awal masa jabatan pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi), Faisal dipercaya memimpin Komite Reformasi Regulasi Migas. Salah satu hasil panitia adalah pembubaran Pertamina Energy Trading Limited (Petral).(saranginews.com)
BACA ARTIKEL LAINNYA… Profil Faisal Basri, Dampak Ekonomi Sekjen Pertama PAN, Penyidik Kasus Petral