saranginews.com, Jakarta – CEO Indonesia Ray Benny Wawruntu mengatakan tingkat cakupan masyarakat pengguna produk asuransi di Indonesia masih rendah.
Pada tahun 2022, hanya 16,63 persen masyarakat yang akan menggunakan produk asuransi, jauh di bawah target yang ditetapkan pemerintah dan sektor perbankan memiliki tingkat cakupan sebesar 74 persen atau lebih.
Baca Juga: Agung Nugroho Luncurkan Program Keamanan Kebakaran Rumah Bagi Warga Pekanbaru
Rendahnya cakupan ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran, serta terganggunya kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi menyusul serangkaian kejadian gagal bayar dan salah urus pada masing-masing perusahaan asuransi, kata Benny dalam keterangannya, Rabu (23/1). 23/2019). 10). .
Dilihat dari tingkat penetrasinya, diperlukan upaya serius untuk lebih meningkatkan tingkat literasi asuransi di Indonesia.
Baca Juga: Presiden PAAI: Kebanyakan Agen Asuransi Tak Patuhi Standar Mutu, Ini Tantangannya
Berdasarkan Survei Literasi dan Inklusi Keuangan Nasional (SNLIK) OJK, indeks literasi asuransi pada tahun 2022 tercatat sebesar 31,72 persen.
Meskipun kemarahan ini meningkat sejak survei sebelumnya, tingkat literasi asuransi masih kurang dari 49 persen dibandingkan dengan sektor perbankan.
Baca Juga: Angka Asuransi Jacindo Terus Bertambah Hingga Q3 2024, Laba Naik
Rendahnya literasi menandakan masih banyak masyarakat yang belum memahami produk asuransi dan manfaatnya.
Oleh karena itu, Indonesia Riley ingin meningkatkan kualitas industri asuransi tidak hanya dari sisi bisnis, tetapi juga dari sisi kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang merupakan motor penggerak dan modal utama industri asuransi.
Melalui kegiatan bertajuk Peluncuran Program iLearn – Indonesia Re Institute Learning and Small Talk, Indonesia Re memaparkan upaya perusahaan dalam mengambil keputusan berdasarkan data dan informasi yang bertanggung jawab.
“Bagaimana kita bisa menjadi katalis bagi industri ini yang didorong oleh data dan riset. Kita bukan hanya reasuradur tapi juga pusat pengetahuan. Kita harus punya pendekatan yang sama dalam melihat risiko,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa Indonesia mengutamakan proses pelatihan seluruh talenta terkait.
Hal ini sejalan dengan tujuan Ricoh Indonesia untuk menjadi perusahaan berbasis pengetahuan dan industri berbasis data.
ILearn sendiri merupakan platform pembelajaran Departemen Learning Center Indonesia Re Institute yang diharapkan dapat menjadi penggerak utama transformasi industri asuransi melalui peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM).
Sementara itu, Direktur Pengembangan dan Teknologi Informasi Indonesia Ray Beatrix Santi Anugra mengatakan Institut Indonesia telah mengembangkan program iLearn sebagai platform pembelajaran bagi mitra bisnis dengan tema Journey to Excellence: Budaya Pembelajaran Berkelanjutan sebagai Fasilitator Transformasi Bisnis. . Kepada seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat.
ILearn merupakan salah satu komitmen IndonesiaRe Institute sebagai layanan sekunder berbasis pengetahuan untuk mendorong pertumbuhan tingkat penetrasi asuransi di Indonesia yang menurun menjadi hanya 3,06 persen setelah tahun 2021.
“Dan ini merupakan langkah nyata dalam menciptakan budaya pendidikan berkelanjutan di Indonesia yang pada akhirnya akan mendukung perbaikan berkelanjutan pada industri asuransi,” kata Beatrix. (mcr4/jpnn)