Konon, Ada Pengerahan Aparat di Pilkada demi Menangkan Calon yang Didukung Jokowi

saranginews.com, Medan – Aktivis politik Prof. Sumpah Nusa Bakti mengingatkan masyarakat Sumatera Utara (Utara Sumut) agar berani melawan penguasa negara demi memenangkan calon yang diusung Joko Widodo (Jokowi).

Hal itu diungkapkannya dalam acara Forum Demokrasi bertajuk “Selamatkan Demokrasi di Sumut” yang digelar di Hotel Le Polonia, Kota Medan pada Minggu (17/11). Sekitar seribu tokoh masyarakat Sumut dari berbagai kalangan juga turut serta dalam acara ini.

Baca Juga: Pilkada Sumut: AMS XII Sebut Bobby-Surya Akan Raih Mimpi yang Sudah Lama Terbengkalai

Tanpa keberanian masyarakat, tidak akan ada peluang perubahan. Kita harus mengembalikan Indonesia ke jalur yang benar dan bisa menerapkan demokrasi, kata Sumpah Nusa Bakti.

Apa yang disampaikannya bukan dilatarbelakangi persoalan menang atau kalah pemilu. Namun, permasalahan penggunaan perangkat untuk memenangkan kandidat tertentu adalah melemahkan demokrasi dan pada akhirnya merugikan rakyat.

Baca juga: Ini Alasan KPU Mengurangi Jumlah Pendukung Debat Pilkada Sumut Ketiga

“Bukan soal menang atau kalah di pemilu. Tapi bagaimana melawan aparat negara, aparat desa, aparat ASN, hanya dengan menggunakan kemenangan calon yang didukung Jokowi,” ujarnya.

Padahal, lanjutnya, ada putusan Mahkamah Konstitusi yang secara tegas melarang pejabat negara, polisi, TNI, bahkan aparat desa/kabupaten Kawe-Kawe untuk ikut serta dalam pemilu.

Baca juga: Dukung Hubungan Bobby-Surya, Sumut Genjot Kekuatan Amir-GG di Binjai

Sumpah tersebut juga menyatakan bahwa gerakan rakyat harus dilakukan untuk menyelamatkan Indonesia dari pemerintahan tirani. Ia menjelaskan, tiran adalah penguasa yang merasa lebih unggul dari kekuatan lain. Ia mencontohkan Raja Louis XIV dari Perancis yang mengatakan bahwa negara adalah saya, sehingga ia dapat menentukan apa yang dibutuhkan negara tersebut.

Sayangnya hal ini sudah terjadi sejak tahun 2023, ketika penguasa merasa berkuasa sehingga mendikte apa yang harus dilakukan lembaga negara lainnya. Kita harus hati-hati bagaimana kedaulatan rakyat bisa terlaksana,” jelasnya.

“Mengapa penindasan ini harus diakhiri? “Bisakah Indonesia menjadi satu untuk semua dan semua untuk satu, bagaimana kita bisa kehilangan keluarga?”

Janji tersebut juga mengingatkan kita pada tahun 1997/1998 ketika seluruh rakyat bersatu dengan TNI dan Polari untuk mengubah Indonesia, yang saat itu merupakan negara diktator, menjadi negara demokratis. Sayangnya, demokrasi hanya bertahan 26 tahun.

“Dan ternyata bukan dengan senjata atau tenaga besi, tapi pemimpin bangsa, yaitu presiden, yang biasa kita panggil Jokowi, tapi dia menghancurkan demokrasi Indonesia, jadi tetap memulihkan negara. Sulit dilakukan. Kedaulatan yang benar-benar ada di tangan rakyat, sampai pemilu 3-5,” tutupnya (tan/jpnn).

Baca artikel lainnya… Anggota DPRD PDIP Sumut Bersatu Menangkan Eddy-Hassan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *