Survei LSI Denny JA: Elektabilitas Dedi-Erwan Masih Tertinggi di Pilkada Jabar 2024

P -Jawa melampaui Pilkada. Probabilitas terpilihnya Dedi-Erwan 74,6 persen, Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie 12,0 persen, Acep Adang Ruhiyat-Gitalis Dwi Natarina 6,5 ​​persen, Jeje Viradinata-Ronal Surapradja 5,3 persen.

Survei dilakukan LSI Denny JA pada 31 Oktober hingga 4 November 2024 dengan melibatkan 800 partisipan melalui wawancara tatap muka dengan metode multi stage random sampling. Margin kesalahan pemungutan suara adalah sekitar 3,5 persen. 

Baca Juga: Survei Schneider Electric: 71 Persen Pemimpin Bisnis Menghargai Keberlanjutan

Danny JA Toto Izul Fatah, CEO LSI Communications Photo, mengatakan keunggulan Dedi-Erwa tidak mengherankan. Pasalnya, partai tersebut melakukan pemungutan suara pilkada dan pilkada di beberapa daerah di Jabar, sekaligus mempertanyakan calon gubernur Jabar.

Hasilnya, kata Toto, Dedi selalu mengungguli Mulyadi dengan rata-rata 70 persen, bahkan ada yang mencapai 80 persen, yakni 90 persen di Purwakarta dan Subang. Sedangkan di Kota Bekasi hanya di bawah 70 persen yakni 62 persen, dan di Kabupaten Ciamis 67 persen.

Baca juga: Ini Analisa Pakar Potensi Kemenangan Dedi-Erwan di Pilgub Jabar

“Kami LSI Denny JA meninjau pilkada dan pilkada di beberapa daerah di Jabar antara bulan September dan Oktober. Hasilnya selalu di atas 70 persen kecuali di Bekasi dan Ciamis,” kata Toto, Jumat (8/11) di Bandung, Jawa Barat.

Dari data yang ada, salah satu faktor terpenting Derawa, jelas Wakil Gubernur Dedi Mulyadi, adalah sudah tingginya rating popularitas yakni 92,1 persen, dengan rating popularitas 88,6 persen. Menurut Toto, angka tersebut cukup menunjukkan popularitas Dedi berbanding lurus dengan kemiripannya.

Baca juga: Gerindra bersiap kalahkan Dedi Mulyad dan Erwan Setiawa di Pilkada Jabar 2024

Tingkat pengakuan dan empati yang tinggi antara lain berkorelasi dengan gender, etnis, agama, usia, tingkat pendidikan, pendapatan. Dia menjelaskan bahwa hal itu didukung dengan dukungan yang sama di semua segmen demografi.

Menariknya, mayoritas pemilih dari partai seperti PKS, PDIP, dan PKB dengan calon berbeda memilih Dedi-Ervan. Ia mengatakan, 47,9 persen pemilih PKS, 71,8 persen PDIP, dan 62,1 persen PKB memilih Dedi-Ervan.

Diakui Toto, pelamar memiliki waktu 20 hari untuk mencapai cita-citanya menjadi pilihan terbaik. “Biasanya hanya tsunami politik dan kebijakan moneter yang dapat mengubah peluang pemilu dalam waktu singkat.” Masalahnya adalah kita belum melihat tsunami politik seperti kebijakan moneter.

Tidak akan mudah jika ada kandidat yang mencoba mengambil langkah berbeda, seperti kebijakan moneter, kata Toto. Pertama, kata dia, memerlukan biaya yang sangat besar, bahkan ratusan miliar rupee. Kedua, risiko pemecatan oleh KPU sangat tinggi karena termasuk dalam kategori pelanggaran TSM (pelanggaran terorganisir, sistematis, dan massal).

“Kalau ada calon yang ingin terlibat dalam kebijakan moneter, pilihannya tidak boleh terlalu jauh, misalnya selisih 5 persen hingga 7 persen.” “Tapi kalau lebih dari 20 persen, tidak boleh lebih dari 30 persen. Biasanya nanti dipikir-pikir lagi. Belum tentu efektif, kecuali minta uang banyak.”

Toto juga mengatakan, berdasarkan data terakhir, sekitar 31,2 persen pemilih masuk dalam kategori “soft supporter”. Kanan kombinasi dari mereka yang memilih tetapi bisa berubah dan mereka yang tidak bisa memilih sama sekali. “Daerah pemilihan dalam kategori ini bukanlah tempat di mana semua orang masih bisa bertarung,” katanya.

Menurut Toto, Dedi-Erwan sudah memiliki pendukung yang kuat, yakni 55,4 persen. “Ini adalah kepribadian suportif yang langka. Berbekal angka tersebut, Dedi-Erwan tak akan minder sekalipun dalam menghadapi kebijakan moneter. “Mungkin akan diambil uangnya, tapi pilihan ada di tangan Dedi-Ervan.” (mcr27/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *