saranginews.com – JAKARTA – Presiden terpilih Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai delapan persen di masa depan.
Kepala Ekonom Center for Economic Reform (CORE) Indonesia Hendri Saparini mengatakan tujuan tersebut dapat tercapai jika menggunakan pendekatan komprehensif.
BACA JUGA: Kemenko Perekonomian dan Universitas Pertahanan menjajaki strategi komunikasi yang efektif untuk wilayah Pantura Jawa
Menurut Hendri, ada tiga pendekatan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan berkualitas agar Indonesia bisa keluar dari jebakan berpendapatan menengah.
Pertama, menerapkan pendekatan ekonomi Pancasila, yaitu ekonomi kerakyatan.
BACA JUGA: Perekonomian Indonesia Tumbuh Signifikan dalam Satu Dekade Terakhir, Ini Faktanya
Ia mencontohkan pesan para pendiri NKRI bahwa perekonomian harus dilakukan secara bersama-sama.
Artinya perlu adanya demokrasi ekonomi, yaitu pemerintah melibatkan dan memberikan akses kepada semua pihak dalam kegiatan ekonomi dan promosi industri.
Dengan begitu, tidak akan ada lagi masyarakat yang menganggur dan kesulitan mendapatkan penghasilan karena tidak mempunyai kesempatan kerja.
“Sebenarnya semua orang bisa bekerja. Hanya saja pemerintah harus mengambil kebijakan ekonomi agar semua orang bisa melakukan sesuatu yang produktif, ujarnya.
Kedua, menghidupkan kembali industri.
Hendri menjelaskan, dengan belajar dari negara-negara maju, mereka mampu naik kelas karena berhasil mencapai kemajuan ekonomi, terutama melalui industrialisasi.
“Indonesia akhir-akhir ini cenderung kembali ke deindustrialisasi prematur,” ujarnya.
Oleh karena itu, kebangkitan industri berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan. Hal ini dapat dicapai dengan membangun industri inti dan menggerakkan seluruh sektor di seluruh wilayah.
Selain itu, kata Hendri, industri manufaktur dapat dijadikan jangkar untuk membangun hubungan bolak-balik antara BUMN dengan pihak swasta seperti usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Ketiga, menerapkan strategi dan kebijakan industri yang lebih canggih (sophisticated) dan inovatif dalam konteks perubahan global. Pemerintah dirasa harus menjadikan industri asuransi sebagai pendukung kebangkitan industri dan memperkuat instrumen kebijakan industri.
“Layanan penjaminan yang diberikan oleh beberapa BUMN di bidang penjaminan mutu, sertifikasi, standardisasi, inspeksi dan sejenisnya sangat penting untuk mendukung kebijakan hilirisasi,” ujarnya.
Hendri menjelaskan, konsekuensi kebijakan industri pertambangan memerlukan konfirmasi berupa validasi perhitungan nikel, bauksit, dan bahan lainnya.
Dengan kebijakan deklarasi konten ini, perbedaan antara pelaku pertambangan hulu dan hilir dapat diminimalisir.
Kebijakan ini juga untuk memastikan standar yang disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan hasil pertambangan terpenuhi.
Melalui kebijakan pencarian kandungan bahan tambang ini, kemungkinan kerugian negara akibat sengketa juga dapat dicegah, kata Hendri (antara/jpnn).