saranginews.com, JAKARTA – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindyana mengatakan, selain makanan bergizi untuk mencegah pencemaran limbah, kotoran juga bebas seperti pupuk.
“Kita sudah masukkan ke dalam ekosistem, sampah kita hasilkan dengan memasak makanan sehingga menjadi pupuk kandang, bagian dari ekosistem yang akan kembali ke bumi,” kata Dadan Hindayana, Kamis di Gedung Parlemen, Jakarta.
Baca Juga: Jaga Kesehatan Gigi dengan Mengonsumsi 6 Makanan Ini
Menurutnya, ada peluang ekonomi sirkular bagi masyarakat dengan memanfaatkan sisa sisa makanan bergizi.
“Pada waktunya, kita akan menggunakan sebagian besar sisa makanan sebagai pupuk pertanian untuk ekonomi sirkular,” katanya.
Baca Juga: Pj Bupati Jembrana berharap mesin Ecowiz bisa mengurangi sampah hingga 2 ton per hari.
Selain itu, Dadan mengatakan makanan bergizi gratis akan dibagikan dalam kemasan yang dapat digunakan kembali untuk mencegah sisa makanan mencemari lingkungan.
“Harap diperhatikan, makanan tersebut akan kami distribusikan dalam kemasan yang dapat digunakan kembali, agar tidak dibuang begitu saja,” ujarnya.
Baca Juga: Petani Ahmad Ali Sulteng Ingin Sejahtera, Pastikan Tak Ada Kelangkaan Pupuk
Dadan mengatakan pihaknya telah membentuk unit pelayanan bersama pemerintah daerah dan mitra untuk mensukseskan program pangan bergizi gratis.
“Semua dikuasai BGN, tidak ada unit pelayanan yang tidak dikuasai BGN, hanya pemeliharaan gedung yang didukung APBN, dukungan lainnya mungkin departemen/lembaga lain atau pihak ketiga,” ujarnya.
Ia mengatakan, dengan terbentuknya unit layanan BGN di masing-masing daerah, maka bisa dilakukan rekrutmen pegawai baru.
“Pekerja BGN di bidang jasa ada tiga, tapi pekerja lokal ada 30-47, pasti butuh pekerja baru,” ujarnya.
Kepala BGN juga menegaskan, setiap unit pelayanan memiliki ahli gizi yang memantau gizi dan pemilihan menu program makan gratis.
Perlu diketahui, di setiap unit pelayanan, tim ingin memiliki ahli gizi lulusan perguruan tinggi, dan sudah memahami standar gizi anak, baik usia dini, PAUD, SD, atau SMA, lho. Komposisi nutrisi.
Selain itu, kata dia, ahli gizi tidak hanya memantau kandungan gizi setiap makanan, tetapi juga memastikan menu makanan yang disediakan sesuai dengan target selera daerah masing-masing.
Ahli gizi juga memeriksa apa yang disukai anak-anak di daerahnya, katanya.
Dengan begitu, menu yang dibuat di unit pelayanan tidak hanya dibuat oleh ahli gizi, ujarnya. Namun, amati dan evaluasi bagaimana anak menyukai makanan tersebut.
“Kami berharap makanan tersebut benar-benar dimakan, bukan disia-siakan,” ujarnya. (antara/jpnn)
Baca artikel lainnya… Sultan: Program pangan gratis penting dalam membentuk standar ketenagakerjaan Indonesia