saranginews.com – JAKARTA – Buku bertajuk “Dinasti Siput Demokrat yang Mematikan” karya tiga politisi besar FI Titik Wijayanti, Amos Apridawan, dan Purwandono resmi diluncurkan pada Senin (28 Juni) di kota Jakarta.
Upacara pembukaan dan pameran buku dihadiri puluhan relawan politik.
BACA JUGA: Yayasan Resensi Buku, Sindikat PARA & NCBI: Bpk. Rondahaim Saragih dari Simalungun dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional
Dalam sambutannya pada peluncuran dan bedah buku Dinasti Siput Demokrasi Mati, Titik Wijayanti membeberkan awal mula buku tersebut ditulis.
“Saat ada protes besar di Mahkamah Konstitusi, saat itulah saya terpikir untuk membuat buku ini,” kata Titik dalam keterangannya. Sejak saat itulah wacana tentang kerajaan muncul dan menjadi efisiensi penulisan. diterima pada Selasa (29 Oktober).
BACA JUGA: Kampanye Zebra Lancang Kuning, AKBP Fahrian Tawarkan Pendidikan Demokrasi dan Transportasi
Di sisi lain, Purwandono memberikan penjelasannya mengingat situasi masa lalu dan kemungkinan terulangnya bencana kemanusiaan di Tanah Air.
Dari konteks angka 98, jelasnya, hasilnya adalah suatu sistem, meski tidak sempurna, namun menghasilkan angka-angka terdepan.
BACA JUGA: Beberapa Tokoh yang Hadir dalam Peluncuran Buku Dede Yusuf, Berikut Daftar Namanya
Dikatakannya, peninjauan terhadap peristiwa 98, munculnya upaya menyembunyikan sejarah 98, dan kemunduran demokrasi dengan melibatkan kekuasaan untuk mengubah aturan hukum demi kepentingan sahabat, oligarki, dan keluarganya. . alasan menulis buku ini.
“Sekali lagi saya mengajak seluruh sektor gerakan untuk mengembalikan demokrasi ke singgasana politik di negeri ini,” ujarnya dalam keterangan yang sama.
Analis politik Ikraar Nusa Bakti melaporkan naik turunnya demokrasi pasca kemerdekaan.
Ia mengatakan, apa yang terjadi saat ini sungguh di luar dugaan dan banyak orang yang sangat terkejut dengan apa yang dilakukan pemerintah yang berkuasa saat itu.
Berjanjilah untuk percaya bahwa demokrasi tidak akan mati karena masih ada masyarakat yang peduli terhadap negara ini.
“NKRI akan tetap eksis dan perlawanan terhadap penyelamatan demokrasi harus terus digalakkan,” ujarnya dalam keterangan yang sama. “Kami berharap demokrasi tidak mati,” imbuhnya. (*/anak/jpnn)