Nucleopad, Solusi Cepat untuk Deteksi Penyakit Infeksi

saranginews.com, JAKARTA – Universitas Padjadjaran dan PT Pakar Biomedika Indonesia berhasil mencapai terobosan melalui program Teaching Factory.

Salah satu produk unggulan yang dikembangkan adalah Nucleopad, yaitu alat optik berbasis imunokromatografi kertas in vitro untuk mendeteksi DNA hasil amplifikasi PCR (polymerase chain react).

BACA JUGA: Kemendikbud gandeng 46 perguruan tinggi luar negeri dalam program IISMA

Perangkat ini menawarkan metode deteksi yang cepat, akurat dan sederhana tanpa peralatan laboratorium yang canggih.

“Dengan produk ini kita dapat mendeteksi penyakit menular seperti tuberkulosis dengan lebih cepat dan efisien, yang tentunya akan sangat berguna dalam pengobatan penyakit tersebut,” kata Yusuf.

BACA JUGA: Ajang KMHE 2024 jadi bukti komitmen Kemendikbud terhadap keberlanjutan

Inovasi alat pendeteksi kontaminasi ini didukung oleh Dana Pendampingan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2023 dengan total sebesar Rp 1,3 miliar, serta dukungan mitra industri dengan jumlah yang hampir sama.

Nucleopad dapat digunakan sebagai rapid test untuk mendeteksi penyakit menular seperti demam berdarah, chikungunya, dan tuberkulosis.

BACA JUGA: Inovasi Kemandirian Kesehatan: Nucleopad, Solusi Cepat Deteksi Penyakit Menular

Nucleopad dapat mendeteksi penyakit tuberkulosis dengan hasil visual berupa warna merah yang terlihat dengan mata telanjang, tanpa perlu menggunakan gel agarose seperti metode konvensional.

Produk ini ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan bahan kimia saat menampilkan hasil PCR.

Keunggulan lain dari Nucleopad adalah sensitivitasnya yang mencapai 75% dan spesifisitas 95%, lebih tinggi dibandingkan metode visualisasi elektroforesis yang hanya memiliki sensitivitas 60%.

Dengan produk ini, kami berharap dapat menekan biaya pembelian alat diagnostik sekaligus mempercepat diagnosis dan pengobatan penyakit menular.

Produk seperti Nucleopad tidak hanya meningkatkan efisiensi tenaga medis dalam mendiagnosis penyakit, namun juga memperluas akses masyarakat terhadap teknologi diagnostik yang lebih terjangkau.

Sebagai produk dalam negeri, Nucleopad turut andil dalam kemandirian negara dalam memenuhi kebutuhan alat diagnostik tanpa harus bergantung pada produk impor.

“Kami yakin inovasi ini dapat mendorong kemandirian kesehatan di Indonesia dan mengurangi ketergantungan terhadap produk diagnostik impor,” kata Yusuf.

Penyaluran dana kemerdekaan nasional

Muhammad Yusuf, inovator sekaligus ketua tim peneliti program inovasi Nucleopad menyampaikan pentingnya peran pengembangan training factory bagi pengembangan inovasi.

Teaching Factory merupakan fasilitas yang didedikasikan untuk menjembatani dunia pendidikan dan industri khususnya untuk mengembangkan keterampilan sumber daya manusia (SDM).

Sinergi ini memungkinkan penelitian dan pengembangan produk lokal dapat memenuhi kebutuhan industri yang mendesak, seperti kebutuhan alat diagnostik yang dapat diproduksi secara mandiri di dalam negeri.

“Melalui Teaching Factory kami ingin menciptakan sumber daya manusia yang tidak hanya kompeten, namun juga mampu berinovasi,” jelasnya.

“Kerja sama kami dengan industri akan memungkinkan terjadinya transfer teknologi yang akan mempercepat proses pengembangan alat diagnostik dengan kandungan dalam negeri yang lebih tinggi (TKDN), sehingga menjadikan Indonesia mandiri di bidang kesehatan,” tambahnya.

Sebagai lembaga pendidikan yang berperan menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten melalui pendidikan berbasis praktik di Teaching Factory, Universitas Padjadjaran bekerja sama dengan PT Pakar Biomedika Indonesia menyediakan fasilitas, peralatan, dan bimbingan industri untuk pengembangan produk diagnostik yang inovatif.

Kemitraan ini diharapkan dapat memperkuat kemandirian sektor kesehatan Indonesia, khususnya dalam penyediaan peralatan tes diagnostik.

Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam mencapai kemandirian di bidang kesehatan.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada tahun 2020, sekitar 90% bahan baku medis di Indonesia masih diimpor, dan negara ini juga bergantung pada alat kesehatan impor untuk sebagian besar kebutuhan medisnya.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya inovasi lokal seperti Nucleopad dalam mengurangi ketergantungan terhadap produk luar negeri dan meningkatkan potensi produksi dalam negeri.

Selain itu, laporan Lembaga Promosi Ekspor Indonesia (LPEI) mencatat nilai impor alat kesehatan Indonesia mencapai USD 1,1 miliar pada tahun 2021, meningkat secara stabil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Dengan mengembangkan produk lokal, Indonesia mempunyai peluang besar untuk menurunkan rasio tersebut dan meningkatkan daya saing industri kesehatan dalam negeri di pasar global.

“Kami yakin inovasi ini dapat mendorong kemandirian kesehatan di Indonesia dan mengurangi ketergantungan terhadap produk diagnostik impor,” kata Yusuf.

“Kami berharap dengan produk ini, biaya pembelian alat diagnostik dapat ditekan, serta diagnosis dan pengobatan penyakit menular dapat dipercepat,” ujarnya.

Pembangunan Teaching Factory Universitas Padjadjaran menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara akademisi dan industri dapat menciptakan inovasi yang berdampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat.

Dengan terus melakukan penelitian dan pengembangan produk diagnostik seperti Nucleopad, Indonesia semakin dekat untuk mencapai kemandirian kesehatan.

Kemitraan ini juga membuka peluang besar untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional.

Program Dana Padanan dan Kedaireka yang dicanangkan pada tahun 2020 melalui Merdeka Belajar episode keenam menunjukkan dampak yang semakin positif.

Saat ini, kolaborasi penelitian antara universitas dan industri telah berkembang pesat.

Jumlah proposal penelitian yang diterima perguruan tinggi dari perusahaan meningkat dari 1.200 pada tahun 2021 menjadi 5.600 pada tahun 2023.

Pendanaan penelitian juga meningkat sebesar 420 persen.

Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab Indonesia naik dari peringkat 87 pada tahun 2021 menjadi peringkat 61 pada tahun 2024 dalam Global Innovation Index (GII).

Abdul Haris, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Diktiristek) menekankan pentingnya peran Réka Cipta dalam pembangunan bangsa, khususnya dalam menggerakkan roda perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. daya saing. dan mendorong kemandirian.

“Kerjasama perguruan tinggi dengan dunia usaha dan industri (DUDI) mempunyai potensi besar dalam melahirkan kreativitas unggul dan solusi efektif. “Dan Kedaireka merupakan wujud komitmen Ditjen Pendidikan dan Teknologi untuk menjadi penghubung antara keahlian insan perguruan tinggi dengan sumber daya mitra strategis DUDI,” kata Dirjen Haris.

Inovasi yang mendorong kemandirian nasional merupakan langkah penting dalam membangun ekosistem layanan kesehatan yang lebih kuat dan mandiri.

Selain itu, inovasi tersebut membuktikan bahwa sinergi antara riset akademis dan industri dapat membawa manfaat nyata bagi kehidupan masyarakat. (Antara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAGI… 6 Manfaat Kangkung Ampuh Mencegah Serangan Penyakit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *