Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Buka Suara soal Polemik Disertasi Bahlil

saranginews.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang juga Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia menjadi sorotan publik karena gelar doktor yang diraihnya. 

Ketua Umum Partai Golkar diyakini telah menjiplak atau memiliki 95% kemiripan dengan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan pemeriksa plagiarisme Turnitin.

BACA JUGA: Mengenai tesis Bahlil, Prof. Iswandi: Secara prosedural dia harus lulus ujian

Menanggapi hal tersebut, Guru Besar UIN Prof. dr. Maila Dinia Husni Rahiem M.A. menjelaskan kronologi dan temuan dugaan plagiarisme.

Mailia Dinia menegaskan, kontroversi disertasi Bahlil Lahadalia terjadi murni karena kesalahpahaman internal.

BACA JUGA: Bahlil Lahadalia Resmi Gelar PhD, Sarmuji: Pengaruh Positif Bagi Kepemimpinan Golkar

“Kasus ini mengajarkan kita betapa pentingnya kehati-hatian dalam menyebarkan informasi agar tidak timbul candaan dan fitnah,” Mailia Dinia, Senin (21 Oktober).

Maila Dinia menambahkan, mahasiswa S3 sekaligus dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memverifikasi keaslian disertasi Bahlil. 

BACA JUGA: AIMRI: Disertasi Bahlil relevan menjawab tantangan nikel

Dia mengatakan ujian tersebut diselenggarakan melalui akun Turnitin sekolah dan menghasilkan skor kesamaan 13 persen.

Namun dokumen tersebut tidak langsung dihapus dan disimpan di gudang Turnitin kampus. Setelah dicek ulang, sistem menemukan kecocokan 100 persen karena file tersebut sudah terdaftar di database Turnitin sebagai dokumen resmi.

Kondisi ini menimbulkan kesan keliru bahwa Menteri Bahlil melakukan plagiat terhadap karya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini terjadi karena disertasi Menteri Bahlil diunggah ke repositori Turnitin dan dianggap sebagai dokumen terdaftar, kata Maila Dinia.

“Saat lima orang dari universitas berbeda dicek kembali, ternyata kemiripannya 95 hingga 100 persen. Hasil tes ini kemudian menyebar ke jejaring sosial dan semakin memperkuat kesalahpahaman,” imbuhnya.

Adapun kontroversi lainnya, khusus mengenai masa studi dan penelitian Bahlil Lahadaliu yang singkat, sekitar satu tahun 7 bulan. Wakil pemateri disertasi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia buka suara dan Teguh Dartanto.

Teguh menjelaskan, Bahlil menanyakan tentang program doktor di Universitas Indonesia (UI). Saat itu, ia menyarankan agar Bahlil mendapatkan gelar doktor penelitian di SKSG UI.

Ini merupakan pilihan yang lebih layak dibandingkan tidak mengambil PhD di FEB UI, karena pada semester pertama ada perkuliahan terstruktur pada hari kerja. 

Bahlil memenuhi syarat untuk mendaftar gelar PhD di SKSG UI karena menyelesaikan gelar master di bidang ekonomi di UNCEN pada tahun 2009. Saya melihat ijazah dipindai ke sistem SKSG UI. Informasi dari PDDIKTI mengenai BL yang dianggap mengundurkan diri. kurang tepat, Bahlil bertahan 4 semester,” jelas Teguh.

Teguh juga menyoroti permasalahan log predator yang menyerang Bahlil. Dikatakannya, Bahlil memenuhi syarat tiga publikasi yaitu jurnal yang diakui secara internasional, jurnal SINTA 2, dan proses yang dapat diubah pada jurnal SINTA 2. 

“Laporan jurnal predator bulan Juli 2024 diselesaikan oleh SKSG pada bulan Maret hingga April 2024. Bahlil harus menulis ulang ke jurnal lain untuk syarat kelulusan. Tidak benar Bahlil lulus dengan majalah predator,” ujarnya.

Sementara itu, salah satu penguji Bahlil yaitu Prof. dr. Arif Satria mengaku diminta dan bersedia menjadi penguji. 

Arif berharap karena ia yakin Universitas Indonesia pasti akan menjaga reputasinya sebagai universitas ternama dengan sistem penjaminan mutu yang kuat. 

“Saya sering bekerja sebagai mahasiswa PhD di UI, dan untuk bisa lulus tes dengan sukses, saya melalui fase-fase yang panjang dan sulit. Selain itu, sebelum acara dimulai, ketua penelitian menjelaskan kepada penyiar, rekan penyiar dan penguji bahwa Tes Promosi p. Bahlila sesuai dengan prosedur di ÚJ bahwa “Masa studi doktor semester 4 juga sesuai dengan peraturan UI. Dijelaskan juga bahwa artikel jurnal yang dijadikan persyaratan PhD sudah memenuhi syarat,” kata Arif. (mcr10/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *