saranginews.com, JAKARTA – Indonesia memasuki era kepemimpinan baru setelah menyerahkan Presiden Joko Widodo kepada Presiden Pravo Subianto.
Di tengah perubahan tersebut, keamanan maritim Indonesia masih menjadi fokus utama yang memerlukan perhatian segera
Baca Juga: Tantangan dan Strategi Stabilitas Maritim Indo-Pasifik jelang JGF VIII/2024
Data terkini Biro Maritim Internasional ICC menunjukkan akan terdapat 55 kasus pembajakan di perairan Indonesia pada tahun 2023, 38 kasus di antaranya terjadi di perairan Singapura, perdagangan maritim tersibuk di dunia, dan 17 kasus lainnya tersebar di perairan pedalaman Indonesia.
Laporan tersebut menegaskan bahwa keamanan maritim negara tersebut masih dalam kondisi lemah
Baca Juga: Pemberantasan Korupsi di Laut, Panggilan Calon Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Maritim
Dr. Kapten Marcellus Hakeng Jayabawa, pengamat maritim di Lemanas Strategic Center (ISC), mengatakan peningkatan kasus pembajakan menunjukkan lemahnya keamanan dan pengelolaan maritim Indonesia.
Selat Singapura merupakan jalur perdagangan utama yang sangat rentan terhadap pembajakan dan ketidakmampuan sistem keamanan kita mengatasi tantangan di kawasan menunjukkan betapa sulitnya menaikkan indeks keamanan maritim Indonesia ke level tertinggi, kata Kapten Marcellus di Jakarta. Pikirkan dua kali.
Baca juga AD: Mengidentifikasi Bakat Maritim dalam Skala Global, PIS Gandeng Singapore Maritime Foundation.
Menurut data terbaru dari Program Kejahatan di Laut Internasional, pembajakan dan kejahatan di laut merugikan dunia lebih dari $15 miliar setiap tahunnya.
Kejahatan maritim ini tidak hanya akan berdampak pada stabilitas keuangan negara berkembang seperti Indonesia namun juga akan meningkatkan kekhawatiran terhadap keamanan perdagangan internasional.
Kapten Marcellus menekankan bahwa keterbatasan anggaran dan kurangnya alokasi keuangan di departemen keamanan maritim adalah akar penyebab masalah yang perlu segera diatasi oleh pemerintah.
Ia mengatakan upaya penguatan keamanan maritim akan selalu terhambat karena dukungan anggaran yang tidak memadai dan keputusan mendesak untuk membangun pasukan penjaga pantai Indonesia yang kuat, baik Bakamla maupun KPLP.
Dia mencontohkan, anggaran Bakamla saat ini hanya 0,2 dari total anggaran pertahanan Indonesia. %%, yang merupakan jarak yang cukup jauh untuk menghadapi tantangan keamanan maritim.
Ia menambahkan, kehadiran pasukan penjaga pantai yang kuat tidak hanya sekedar penegakan hukum tetapi juga merupakan tanda kedaulatan maritim yang meningkatkan posisi negosiasi Indonesia di mata internasional. Bisa.
“Ada kebutuhan akan Penjaga Pantai yang dilengkapi dengan kemampuan dan teknologi canggih untuk secara efektif mengatasi pembajakan dan ancaman lainnya di laut,” kata sang kapten. Marcellus
Ia menekankan pentingnya kerja sama internasional untuk menjaga stabilitas jalur perdagangan penting seperti Koridor Singapura.
Kerja sama strategis dengan Singapura, Malaysia, dan negara sahabat seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok harus diperkuat untuk menciptakan zona aman di kawasan Asia Tenggara.
Kerja sama ini dapat mencakup latihan militer, pembagian intelijen, dan patroli terkoordinasi untuk meningkatkan efektivitas pengawasan maritim.
Kapten Marcellus menekankan bahwa masalah keamanan maritim harus dilihat sebagai prioritas utama tidak hanya dari sudut pandang pertahanan tetapi juga dari sudut pandang ekonomi dan geopolitik.
Pemerintahan baru, yang dipimpin oleh Presiden Pravo Subianto, akan mengembangkan strategi utama keamanan maritim dengan memberlakukan kebijakan yang ditujukan untuk keamanan maritim, menyediakan anggaran yang memadai, dan memperkuat kerja sama internasional. Ia mengatakan, Asia berada di Samudera Pasifik.