saranginews.com, JAKARTA – Grup legendaris KLa Project sukses menggelar konser bertajuk Aeternitas di Istora Senayan, Jakarta pada Jumat sore (25/10).
Pameran khusus dalam rangka perayaan 36 tahun Proyek KLa diselenggarakan oleh KLa Corporation dan CLE Indonesia.
BACA: KLa Project mengadakan Konser Aeternitas malam ini
Angka 36 ini khusus untuk Project KLa, karena logikanya 3 + 6 = 9. Angka itulah yang ditetapkan sebagai puncak tertinggi, tempat Project KLa bertahta hingga saat ini. Aeternitas adalah kata Latin kuno yang berarti inspirasi dari keabadian.
Band yang beranggotakan Katon Bagaskara (vokal), LiLo (gitar) dan Adi Adrian (piano) ini tampil menawan dengan suasana dewasa dan menyenangkan.
BACA Juga: 36 Tahun Berdiri, KLa Project Siapkan Konser Grand Aeternitas
Bertajuk Resonansi Regenerasi: Musik Abadi, Jembatan Antar Generasi, konser spesial ini menyatukan kenangan dan harapan.
Sebelum memasuki panggung, Project KLa melakukan pemotongan sebagai bentuk ucapan terima kasih. Beberapa orang penting seperti Mahfud MD dan Yenny Wahid turut hadir dalam kesempatan tersebut.
BERITA: KLa project kembali menghidupkan lagu Yogyakarta
Konser Aeternitas dibuka di Istora Senayan pukul 20.30 WIB dengan penampilan lagu Bagimu Negeri.
Anggota KLa Project Katon Bagaskara, LiLo, dan Adi Adrian naik ke panggung dan disambut oleh para penggemar.
Sempat terngiang-ngiang, kemudian Disco Revolution menjadi lagu pembuka yang dibawakan KLa Project untuk menyambut ribuan penonton.
“Halo Istora. Biasanya kami menggelar konser lima tahun sekali, tapi kali ini spesial HUT ke-36. Kami bahagiakan semuanya,” ujar Katon Bagaskara, pelantun KLa Project di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (25/10). . ) di malam hari.
KLa Project kemudian menampilkan Menangkat Impian dan Terkenang yang mengajak penonton ikut bernyanyi.
Jika awalnya masih malu-malu, para penggemar pun aktif menyanyikan lirik lagu KLa Project.
Di setiap jeda lagu, staf KLa Project berusaha mencairkan suasana dengan menyapa penonton.
Gitaris KLa Project, LiLo, juga berkali-kali bercanda sebelumnya bahwa dia tidak bertambah muda.
“Jangan panggil kami Pakde, panggil kami Paman,” kata LiLo KLa Project.
Di panggung Aeternitas, KLa Project mengingatkan penonton bahwa karya yang dihadirkan bukan sekadar lagu cinta.
Grup yang didirikan pada akhir tahun 1988 di Tebet, Jakarta ini membenarkan bahwa beberapa lagunya ditulis dan bertemakan isu sosial dan cinta tanah air.
“Lagu kita bukan hanya cinta, tapi juga hati tanah air,” kata Katon Bagaskara sebelum menyanyikan lagu Dekadensi.
Tak sampai disitu saja, Proyek KLa membuat marah pemerintah atas janji pembangunan gedung konser yang belum terealisasi.
Momen tersebut terjadi saat KLa Project hendak menyanyikan lagu Kidung Mesra.
“Banyak yang janji akan bangun gedung konser, tapi tidak jadi. Ini gedung konser atau bukan? GOR, sudah 10 tahun (janji),” kata Katon Bagaskara.
“Lagu ini kami persembahkan untuk para penguasa yaitu pemerintah, agar mereka bisa mendengar bahwa musik tidak hanya bagus, tapi juga menginspirasi, menyemangati kehidupan di sekitar kita,” lanjutnya.
Usai tampil di Kidung Mesra, KLa Project merilis lagu Ratu Hati, Sisa Waktu, dan Pasir Putih.
Proyek KLa perlahan mulai mengungkap kejutan bagi penonton konser Aeternitas. Untuk sisa lagu Nako, para staf berkolaborasi dengan para pemain gamelan di atas panggung.
Hal ini membuktikan bahwa karya KLa Project dapat dipadukan dengan musik tradisional. Penonton bertepuk tangan mengapresiasi kolaborasi unik ini.
Tak hanya Katon Bagaskara, LiLo mendapat tugas menyanyi di konser Aeternitas. Dia memainkan suara rocknya di nomor My Song, dan Leha e Hole.
“Lagu inilah yang membuat saya kembali ke KLa Project setelah 8 tahun berlalu,” kenang LiLo dari KLa Project.
Kemeriahan konser Aeternitas dari KLa Project berlanjut dengan penampilan Lagu Baru, Satu Kayuh Berdua, Lara Melanda, dll.
Lara Melanda menjadi salah satu lagu yang jarang dinyanyikan KLa Project di konser. Untuk kepentingan penonton yang hadir pada perayaan HUT ke-36, kini lagu ini diperdengarkan.
Dalam menggelar konser Aeternitas, KLa Project menggandeng Edy Khemod sebagai direktur kreatif. Banyak ide yang dilontarkan untuk mewujudkan konsep konser tersebut.
Salah satu yang menarik adalah adanya panggung kecil di tengah yang mendekatkan staf KLa Project kepada penonton.
Di sana, Project KLa diciptakan dengan konsep intim dengan diiringi suara biola dan bass. Lagu-lagu yang dibawakan dalam acara ini adalah Semoga, Belahan Jiwa, dan Romantis.
Katon Bagaskara sempat menarik perhatian Hang Mekel untuk bernyanyi saat lagu Romance dibawakan oleh KLa Project. Penonton langsung berteriak kegirangan seolah menemukan sesuatu yang menakjubkan.
KLa Project kembali ke panggung utama untuk mengikuti babak final konser Aeternitas. Kemudian lagu-lagu populer dimainkan dengan energi yang sama.
Terdengar sorak-sorai penonton saat lagu-lagu seperti Terpuruk, Hei, Tak Bisa Pergi ke Hati yang Lain, dan Tentang Kita, dibawakan oleh KLa Project. Penonton ikut bernyanyi merayakan kebingungan mereka dengan band yang kini berusia 36 tahun itu.
Suara penonton semakin nyaring saat KLa project memutar lagu Yogyakarta. Penonton bernyanyi dari tempat festival hingga arena dengan penuh semangat.
Tanpa ia sadari, penampilan KLa Project sudah sampai di penghujung konser. KLa Project menutup konser Aeternitas dengan lagu Tak Usa Chase Cinta.
Dengan diadakannya konser Aeternitas, KLa Project mampu mengabadikan masa-masa KLanese yang merasakan kehilangan karya-karya yang selalu penting.
KLa Project juga sukses membuktikan bahwa penonton konser Aeternitas tidak hanya didominasi oleh grup-grup dewasa namun juga menarik perhatian para Gen Z. Dengan bertambahnya penggemar dari generasi ke generasi, aktivitas KLa Project mengarah ke jantung musik selamanya. kekasih.
(ayah/jpnn)